Sukses

Lifestyle

Mudah Jatuh Cinta Akan Membuatmu Mudah Terluka

Namaku Nita, aku adalah salah satu pendiri sebuah gerakan sosial di kotaku. Suatu hari aku menghadiri acara bakti sosial dengan teman-temanku. Di sana aku berkenalan dengan sorang pria bernama Dipa. Dia cukup terkenal dikalangan teman-teman dan dia pandai soal fotografi. Sebagian besar waktuku habis untuk mengobrol dengannya. Dipa berwawasan luas, kami bercerita banyak hal, mengenai pendidikan, seni, sampai tempat wisata. Kami saling bertukar nomor HP dan  saling berkirim pesan.

***

Aku sedang menghabiskan waktu di kedai kopi favorit bersama seorang teman. Saat aku melangkah ke pintu keluar ada seserang yang memanggil namaku.

“Hai, Nita. Sama siapa di sini ?”

“Oh, hai Dipa. Aku di sini sama teman.”

“Ih, kamu sombong, sering ke sini tapi kalau disapa nggak pernah nengok.”

“Hah ? Mas sih ? Sorry habis kalo jalan kadang nggak lihat kanan kiri sih.”

“It’s okay. Udah mau balik ?”

“Iya nih. Aku balik dulu yah.”

“Lanjut sms aja ya.”

Aku cukup terkejut dengan keberadaan Dipa yang tiba-tiba. Dia bersama teman-temannya. Oh…ternyata dia diam-diam memperhatikan keberadaanku di kedai kopi ini. Ada rasa senang dalam hatiku.

Sesampainya di rumah ternyata ada sebuah pesan dari Dipa.

Sering minum kopi di sana yah ? Besok mau pergi ke kedai kopi bareng nggak ?

Ajakan kencan dari Dipa. Ah…aku senang sekali dan tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakannya.

***

Aku melanjutkan pembicaraan yang tertunda sebelumnya dengan Dipa dikedai kopi ini. Sambil menikmati makan malam. Dipa menceritakan tentang kisah hidupnya dan keluarganya. Aku semakin tertarik mendengar ceritanya. Dia juga menunjukkan foto-foto perjalanannya yang membuatku semakin kagum padanya. Positif, sepertinya memang aku jatuh cinta pada Dipa. Dan dari sikapnya yang cukup perhatian padaku, aku merasa jika Dipa juga tertarik padaku. 

Tiba-tiba Dipa mengajakku pergi menonton film Sabtu besok. Hatiku malayang-layang rasanya. Dipa mengajak aku kencan lagi. Berarti hubunganku semakin baik dengannya. Aku berharap semoga bisa lebih dari sekedar teman.

*** 

Hampir 30 menit sudah aku menunggu di bioskop tapi Dipa tak kunjung tiba. Aku mencoba menghubunginya berkali-kali tetapi tidak ada jawaban. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk.

Sorry Nita, aku ketiduran. Sekarang aku baru aja selesai mandi dan makan. Sepertinya nggak jadi deh nontonnya. Kalau kamu memang mau pindah ke kedai kopi aja.

Rasanya aku ingin marah, tetapi tak kuasa. Akhirnya aku beranjak ke kedai kopi terdekat dan menunggu kedatangan Dipa. Untung saja ada buku yang bisa menemaniku saat menunggu Dipa. 45 menit kemudian Dipa datang. Aku tak mampu marah padanya, hanya menyambutnya dengan senyum.

***

Pertemuan kedua lagi-lagi Dipa terlambat dan membatalkan dengan tiba-tiba. Aku dibuatnya menunggu lagi selama 1 jam di kedai kopi. Dan pulang dengan perasaan kecewa. Tetapi setelah mendengar kata maaf darinya rasa marah dan kecewaku luntur seketika.

Setiap aku mulai lelah mengharap pada Dipa, dia selalu datang dengan sikap paling manis. Aku tak kuasa membenci dan menjauh darinya karena perasaanku yang sudah terlanjur sayang. Meskipun aku tahu kalau kami belum resmi berstatus pacaran.

Kali ini Dipa mengajakku makan dan berjanji tidak akan terlambat. Aku berdandan semenarik mungkin dan setia menunggu kedatangannya di tempat langganan kami yang sudah sengaja aku pesan lebih dulu. 10 menit kemudian Dipa datang. Tapi kali ini dia tidak sendirian. Dia bersama 3 orang adiknya dan seorang perempuan.

Kami semua duduk bersama dalam satu meja dan saling berbincang, tetapi Dipa lebih asik berbincang dengan teman wanitanya dan membiarkanku mengobrol dengan adiknya. Aku berusaha tetap bersikap ramah sampai makanan kami habis. Ketika aku berdiri dan akan membayar tiba-tiba Dipa merengkuh bahuku dan mengajakku berjalan berdampingan ke arah kasir. Hatiku sempat melambung lagi dan merasa sangat senang. Tetapi ternyata, setelah selesai membayar dia pergi begitu saja bersama adik dan teman wanitanya. Meninggalkanku sendirian yang terpaku menatap kepergiannya.

***

Oh Tuhan, semenjak kejadian itu aku mulai berhenti mengharapkannya. Aku tak ingin terluka dan kecewa lagi karena harapan palsu yang dia berikan. Satu pelajaran yang kudapat dari kejadian kali ini adalah "jangan mudah suka atau jatuh cinta karena akan mudah juga bagi kita untuk terluka."

(vem/cey)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading