Sukses

Lifestyle

Membenci Orang Lain Tidak Akan Membuatmu Bahagia

Hai ladies, apa kabar? Semoga Anda selalu diberkahi hati yang lapang untuk mau memaafkan orang lain.

Beberapa hari yang lalu, tim Vemale berkesempatan sharing atau curhat dengan seorang sahabat kami, sebut saja namanya Indri. Dia bercerita tentang masa lalunya yang sangat membenci seorang wanita yang sudah merusak pernikahan orang tuanya.

Balas Dendam Tidak Membuatku Bahagia

Singkat cerita, ayah Indri berselingkuh dengan sang wanita saat Indri masih berusia 15 tahun. Kejadian itu akhirnya didengar oleh ibu Indri, beliau bersikeras mempertahankan pernikahannya, tetapi takdir berkehendak lain, beliau meninggal dunia setahun kemudian. "Ibu selalu sehat, tetapi setelah tahu ayah berselingkuh, dia jadi mudah sakit," cerita Indri. "Saya tahu ibu pasti tertekan, setelah ibu mengetahui perselingkuhan itu, ayah justru jarang pulang ke rumah. Sebagai pengusaha, ayah mencukupi kebutuhan keuangan kami, tetapi perselingkuhan itu jelas menjadi duri yang melukai keluarga. Rasanya sia-sia ibuku mempertahankan pernikahannya hingga meninggal,"

Sejak saat itu, Indri membenci sang wanita yang berselingkuh dengan ayahnya. Menurut Indri, wanita itulah yang membuat ibunya meninggal, wanita itu juga yang membuat usaha ayahnya bangkrut lalu pergi begitu saja. Setelah sang wanita pergi, kehidupan Indri dan ayahnya memburuk. Kebencian Indri sangat menjadi-jadi. Dari seorang gadis baik, Indri berkeinginan balas dendam. "Sempat terlintas untuk menghancurkan hidup wanita selingkuhan ayah," lanjut Indri, "Rasanya saya akan bahagia jika hidupnya juga hancur. Dia sudah menghancurkan kehidupan dan keluargaku, jadi saya rasa, dia pantas mendapatkannya,"

"Saat itu, saya kalap. Hampir saja saya memakai jasa dukun untuk menghancurkan hidup wanita itu dengan santet," ujar Indri sambil tersenyum getir. "Bodoh memang, tapi saya dalam kondisi terpuruk, bahkan saya lupa jika saya punya Tuhan. Yang saya pikirkan hanya balas dendam demi ibu dan demi ayah. Tidak peduli jika tabungan saya habis untuk balas dendam".

Mimpi Itu Mengubah Hidupku..

Indri bercerita bahwa pada suatu malam, tepat sehari sebelum dia menemui dukun untuk menyantet wanita yang paling dia benci, dia bermimpi bertemu dengan ibunya. Dalam mimpi itu, ibunya mengatakan, "Anakku, janganlah kamu sia-siakan hidupmu dengan dendam. Ibu tidak lagi ada di dekatmu karena Tuhan memang berkehendak demikian. Balas dendam tidak akan membuatmu bahagia, ibu juga tidak akan bahagia walaupun dendam itu kamu balaskan untuk ibu.." lanjut Indri sambil menerawang mengingat mimpinya. "Ibu juga mengatakan, mengapa kamu tidak memaafkan dan merawat ayahmu? Dia merindukanmu, Indri.."

Saat itu, Indri langsung terbangun. Hingga menjelang pagi, dia memikirkan mimpi yang tampak sangat nyata itu. Dia menyelami pikiran dan hatinya. "Ternyata, selama ini saya belum memaafkan ayah atas perselingkuhannya. Rasanya pipi saya seperti kena tamparan panas. Yang saya pikirkan hanya balas dendam, entah berapa tahun terbuang percuma untuk hal itu. Padahal, saya bisa melakukan hal lain yang lebih bermanfaat, misalnya merawat ayah, karena hanya dia satu-satunya keluarga saya yang tersisa. Saya merasa sangat bodoh karena tidak peduli dengan ayah yang terseok-seok memulai lagi usaha konveksiknya. Saya bahkan lupa kapan terakhir kali berbincang dengan ayah."

Leganya Memaafkan

Setelah mendapat mimpi itu, Indri langsung menemui ayahnya untuk meminta maaf atas sikapnya yang tidak peduli dan hanya memikirkan balas dendam. "Saat itu hati saya seperti terbuka lebar untuk memaafkan ayah. Saya tahu ayah salah, tetapi saya juga manusia yang penuh dengan dosa, jadi rasanya tidak pantas jika saya menghukum ayah dengan tidak peduli padanya,"

Sejak saat itu, Indri yang sudah berusia 21 tahun membantu ayahnya membangkitkan kembali usaha konveksi keluarga mereka. Terlepas dari kehidupan mereka yang membaik dan lebih hangat dibanding sebelumnya, Indri merasa sangat bahagia. Itulah kebahagiaan yang sesungguhnya, saat dia mencintai dan dicintai oleh seseorang.

Indri justru merasa lega karena dia tidak sempat balas dendam pada sang wanita yang merusak kehidupan keluarganya. "Biarlah, saya sudah melupakan semuanya. Kalaupun ada pembalasan, biar Tuhan yang membalas. Saya cukup menghabiskan waktu untuk orang yang saya cintai."

Sampai saat ini, Indri menganggap mimpinya lebih dari sekedar bunga tidur. Dia menganggap mimpi itu sebagai sentilan halus dari Tuhan agar kembali mengingat-Nya dan berserah pada-Nya.

"Daripada menghabiskan hidup dengan dendam atau balas dendam pada orang lain yang kita benci, lebih baik alihkan tenaga dan pikiran untuk membahagiakan orang yang kita sayangi. Di situlah letak kebahagiaan sesungguhnya."

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading