Sukses

Lifestyle

Menikah Itu Indah

Oleh: Tanthree Isfahani Alleyda

Menikah bagi sebagian orang beranggapan adalah memasuki gerbang permasalahan yang pelik, tapi tidak menurutku. Menikah itu indah. Yah, menikah itu indah pikirku.

Inilah kisahku, aku yang dulunya gadis tomboy akhirnya memutuskan untuk memakai jilbab. Di saat itulah, aku bertemu dengan pria yang menjadi suamiku saat ini.

Klik halaman selanjutnya untuk membaca kisah cinta dan pernikahan yang indah ini.

(vem/yel)

Dulu tomboy, lalu berjilbab

Aku adalah seorang penyiar radio dan staf marketing salah satu Rumah Sakit swasta di kotaku. Aku adalah pribadi yang menurut banyak orang ramai, mudah berteman, lantas ada juga yang beranggapan endel (centil, dari bahasa Jawa).

Wah wah, mungkin karakter  yang suka bergaul, mudah beradaptasi dengan banyak orang, dan cenderung suka bercanda  muncul anggapan-anggapan semacam itu. Tapi apalah anggapan banyak orang, aku bersyukur masih banyak yang mau berteman denganku.

Aku dulunya adalah gadis tomboy (sepertinya kontras kalau dibilang kemayu atau centil). Ya begitulah gaya gadis tomboy kebanyakan, maunya berpenampilan casual saja. Sampai-sampai koleksi baju tidak ada yang berbentuk long dress, rok atau semacamnya. Hingga akhirnya aku memutuskan berjilbab pada tahun 2009.

Pada tahun yang sama, aku bertemu dengan seseorang yang sekarang sudah berstatus suamiku. Sosok pria yang cukup dewasa menurut penilaianku. Selama kami menjalin pertemanan, kuanggap dia sebagai sosok kakak  yang sering dengarkan cerita-ceritaku.

Pada tahun yang sama pula, aku sudah mengalami putus cinta yang kesekian kali. Singkat kata, akhirnya tak kuduga dia mengungkapkan perasaannya. Kaget dan malu, itu yang aku rasakan. Selama berteman, dia adalah pribadi cuek, tak tampak tanda dia suka atau apa. Akhirnya luluh juga. Kami menjalin hubungan selama 8 bulan sampai akhirnya kami memutuskan untuk menikah.

Indah saat kita saling menghargai

Pada awalnya, menikah menurutku adalah sesuatu yang merepotkan dan menakutkan. Bayangkan, tidak sebebas saat masih single, harus mengurus ini itu dan lain sebagainya. Namun orang tualah yang juga meyakinkan aku untuk segera menikah.

Menikah merupakan salah satu ibadah. Bukannya tanpa alasan, aku ragu karena merasa belum mampu membiayai biduk rumah tangga. Belum mampu berpikir hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga. Sangat bersyukur ketika motivasi juga muncul dari suamiku.
 
Awal menjalani biduk rumah tangga, tak jarang mulai muncul konflik. Mulai dari yang berdebat hingga bertengkar hebat. "Mulai deh kelihatan aslinya," begitu yang banyak dikatakan orang. Namun itu semua akhirnya membuat kami sadar, saling pengertian, dan komunikasi yang baik adalah kunci mencapai sebuah kekompakan dalam hidup berumah tangga.

Memiliki pasangan dalam hidup dengan keterikatan sebuah pernikahan, ternyata mampu membuat ringan semua beban yang dipikul. Ketakutan, kekhawatiran yang ada sebelumnya sirna.

Suami bagai seorang sahabat dan partner yang mampu memberi semangat, ketika masalah yang ada menyebabkan ketakutan dan kekhawatiran. Tak dapat disangkal, dalam berumah tangga, pasti ada fase-fase di mana kita tidak cukup secara materi. Tapi dengan kunci syukur akan nikmat Allah SWT, semuanya seolah tidak terasa.

Menikah itu indah, indah saat kita saling menghargai, indah saat kita saling menghormati, indah saat kita saling menyayangi, indah saat kita mampu bersinergi, dan indah saat keduanya memiliki iman.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading