Sukses

Lifestyle

Emansipasi Tak Sekedar Sehelai Kebaya

Vemale.com - Oleh: Wenny Sri Widowati

Selamat Hari Kartini, para perempuan Indonesia! Semoga Anda menikmati hasil perjuangan R. A. Kartini, salah satu pahlawan yang mengangkat derajat dan kesamaan hak perempuan dalam bidang pendidikan, hukum, pekerjaan dan sektor lainnya. Walaupun saat ini banyak anggapan miris mengenai emansipasi yang dianggap kebablasan, kita tentu tak dapat memungkiri bahwa perempuan masa kini sudah lebih mandiri dan bebas mendapatkan pendidikan serta pekerjaan seperti apa yang mereka cita-citakan.

Bicara mengenai perayaan Hari Kartini, kita terbiasa melihat para perempuan muda hingga paruh baya berdandan spesial. Mereka memakai kebaya, sanggul dan riasan yang cantik. Tentu mereka berganti penampilan bukan tanpa alasan, "Biar cantik seperti ibu Kartini," begitu biasanya jawaban mereka. Tidak salah, tetapi tidak juga tepat jika moment Hari Kartini hanya dirayakan sebatas sehelai kebaya, jarik dan sanggul.

[quote]

Sebagai seorang putri dari keluarga priyayi, kita selalu melihat foto-foto R. A. Kartini memakai kebaya, jarik batik dan sanggul. Bila dilihat dari foto hitam putih tersebut, terlihat jelas bahwa pakaian yang membalut tubuh seorang Kartini merupakan pakaian mewah pada masanya. Tetapi apakah hanya dengan meniru cara berpakaian beliau, cita-cita dan pemikiran seorang Kartini dapat tersampaikan di tangan perempuan-perempuan modern Indonesia?

Jika dua puluh tahun lalu, perayaan Hari Kartini dinikmati dengan suka cita sebagai bentuk kebebasan bahwa perempuan juga dapat memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang setara dengan pria, dalam beberapa tahun ini, justru banyak orang mempertanyakan emansipasi yang dinilai sudah terlalu jauh, melewati apa yang sesungguhnya menjadi cita-cita seorang Kartini. Banyak orang mengeluhkan bahwa perempuan masa kini salah mengartikan emansipasi. Jika sebelumnya emansipasi merupakan upaya kesetaraan pendidikan dan pekerjaan, maka emansipasi pada masa kini diartikan sebagai pencapaian karir yang mandiri, sehingga banyak perempuan yang dianggap melupakan tugas yang sesungguhnya, mendidik putra putri mereka.

Sebenarnya apa yang diperjuangkan oleh R. A. Kartini pada masa itu? Sejarah kadang tak memberi jawaban yang menjanjikan, tetapi kami memiliki sebuah kutipan surat yang ditulis beliau untuk Prof. Anton dan istrinya.

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

Tampaknya ada sepenggal perjuangan yang selama ini luput dari kita. Mayoritas dari kita hanya mengenal emansipasi yang diperjuangkan R. A Kartini hanya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, tetapi bagian untuk menjadi pendidik dalam keluarga justru terlupakan. Memiliki pendidikan yang tinggi boleh saja. Mencapai kedudukan tinggi dalam karir juga tak terlarang. Tetapi kembali lagi pada kewajiban yang diserahkan alam ke dalam tangan perempuan, sebagai pendidik bagi anak-anak mereka.

Tulisan ini hanya sebatas pengingat, karena Anda juga punya kebebasan untuk setuju ataupun tidak. Sama halnya seperti Anda yang ingin memakai kebaya pada Hari Kartini, silahkan jika Anda ingin memakainya, toh kebaya adalah pakaian kebanggaan perempuan Indonesia. Tetapi sebagai tonggak generasi bangsa, kebaya saja tak cukup, karena Andalah sang pendidik utama bagi generasi bangsa ini.

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading