Sukses

Fashion

Perbedaan Tenun Ikat Sumba Timur dengan Tenun Nusantara Lainnya

Tak hanya batik, di Indonesia juga memiliki kain tenun yang tak kalah indah yang bisa kamu gunakan nih ladies. Motif dan warnanya pun sesuai dengan ciri khas dari masing-masing daerah pembuatan kain tenun ini. Salah satunya ialah kain tenun ikat dari Sumba Timur.

Lalu apa ciri khas dan keunikan dari tenun Sumba Timur? Fidelis Tasman Amat dari kelompok penenun Lukamba Nduma Luri, Waingapu, Sumba Timur mengatakan, tenun Sumba Timur memiliki nama yang begitu mendalam yaitu Lukamba Nduma Luri - benang yang memberi ruh, kain yang memberi hidup. Kata-kata tersebut memiliki arti bahwa seuntai benang dapat menyambung kehidupan masyarakat Sumba Timur seperti dapat menyekolahkan anak-anak dan memberi makan untuk keluarga.

"Memang jika dilihat benang tak berarti, namun jika dipintal dengan seni yang tinggi akan menghasilkan tenun yang begitu indah. Ternyata,sehelai benang tersebut mempunyai arti besar dalam kehidupan kami," ujar Fidelis saat ditemui dalam pembukaan pameran Lukamba Nduma Luri, di Plaza Indonesia, Jakarta.

Proses pembuatannya pun berbeda dengan batik atau tenun dari daerah lain. Fidelis menjelaskan proses pembuatan tenun ini mengutamakan pemotifan yang menggunakan daun gewang. Jadi urutan prosesnya ialah siapkan benang, motif, dan pengikatan, setelah itu pewarnaan.

Menurutnya, terdapat dua warna yang menjadi ciri khas tenun ikat Sumba Timur, yaitu merah dan biru. Merah didapatkan dari akar mengkudu, biru dari nila atau indigo. Nah jika terdapat warna hitam kecoklatan, warna ini didapatkan dari perpaduan biru dan merah. Lalu, ada pula warna putih yang menjadi dasar benang, serta kuning dari sogan kayu kuning. Sebelum diberi warna, kain pun dicelupkan terlebih dahulu ke santan kemiri agar warna meresap dengan mudah.

Kain tenun Sumba Timur begitu indah dan cantik/copyright Vemale.com/Anisha SP

Setelah diwarnai, masukan ke dalam keranjang yang ditutup lalu biarkan. Proses ini akan terjadi kematangan membuat warna menjadi lebih tahan lama dan meresap, jika proses ini diabaikan tidak akan mendapatkan hasil yang sempurna.

"Pembuatan tenun ikat ini gampang-gampang susah, dibutuhkan kesabaran karena ada tahapan tidak hanya kerja instan atau cepat. Seperti dimulai dari pemotifan, menghani, mencelup harus sabar. Ada tahapan di mana kita tidak melakukan apa-apa dan membiarkan kain tersebut dijemur selama satu bulan lamanya," tambahnya.

Lama waktu yang dibutuhkan untuk satu selembar kain tenun ialah enam bulan. Termasuk saat kain dijemur lalu dan disimpan dalam keranjang. Paling lama membutuhkan waktu tiga tahun.

"Tenun ikat kalau sudah salah, tidak bisa lagi diperbaiki. Pernah terjadi di dalam hasil kerja kami, kita mengerjakan atas dasar order. Kerja kita itu alam ikut campur. Penjemuran di musim kemarau hasilnya beda dengan musim penghujan. Nantinya terjadi degradasi warna," ujarnya.

Untuk motif tenun ikat Sumba Timur kebanyakan menggunakan gambar kuda yang memiliki filosofi tinggi seperti gambar kuda diartikan kepahlawanan dan kebangsawanan, kuda juga simbol harga diri bagi perempuan. Lalu buaya memiliki arti kekuatan. Atau papanggang yang biasa digunakan saat upacara kematian karena menggambarkan proses penguburan. Papanggang sendiri ialah hamba yang paling dekat selama hidup raja.

Walaupun dianggap klasik, antusias anak muda Sumba Timur tetap ada. Fidelis mengatakan, anak muda di sana masih suka menggunakan kain tenun dan masih memiliki semangat dalam memajukan kain tenun Sumba Timur.

"Diharapkan orangtua perlu mendorong anak untuk memahami dan mencermati bahwa kain Sumba itu merupakan gaya hidup kita, untuk semua kalangan," tutupnya.

(vem/asp/mim)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading