Sukses

Parenting

Yuk, Minimalisir Dampak Perceraian Pada Anak

Perceraian bukan hal yang mudah, apalagi jika telah memiliki anak. Suka atau tidak suka, anak selalu menjadi korban dari perceraian orang tua. Itulah konsekuensi sebuah perceraian. Tapi meski tidak bisa dihindari, orang tua bisa meminimalisir dampak perceraian pada anak dengan langkah berikut ini.

    Yakinkan anak bahwa ia selalu dan tetap dicintai

    Ketika salah satu orang tua tidak dapat memenuhi jadwal kunjungannya ke anak, anak sering menyalahkan diri sendiri. Mereka akan berpikir,”Andai saja mereka jadi anak yang lebih baik, maka ayahnya tidak akan tidak datang.”Walhasil harga diri anak bias turun. “Anda perlu terus meyakinkan anak bahwa ia dicintai sama seperti dulu.Katakan kepada mereka seperti ini; orang dewasa tetap bias berbuat salah dan kadang itu menyakiti orang-orang yang mencintainya. Ayahmu membatalkan janji padahal kehadirannya sangat ditunggu-tunggu – itu salah. Tapi biar bagaimanapun ayahmu tetap sangat mencintaimu,” saran Edward Teyber, Ph.D., seorang profesor psikologi di California State University, San Bernadino, dan penulis buku Helping Children Cope With Divorce.

    Jangan tutupi situasi

    Orangtua kadang bersikap tidak konsisten dan anak bisa mengetahuinya. Orangtua atau dalam hal ini mantan Anda tidak bisa berkunjung karena sakit flu, itu bias dipahami. Tapi jika pada hari yang sama ia bias berangkat kerja atau rapat dengan klien dan anak tahu itu, Anda tak perlu membela atau menutupi mantan Anda. “Biarkan anak mengekspersikan kekecewaannya kepada ayahnya (atau ibunya) karena ingkar janji,” kata terapis keluarga M. Gary Neuman, pencipta program terapi perceraian Sandcastles dan penulis buku Helping Your Kids Cope With Divorce the Sandcastles Way. Biarkan anak melampiaskan perasaannya tanpa perlu Anda minta maaf atas nama mantan pasangan Anda.

    Miliki rencana cadangan

    Pihak orangtua yang tinggal bersama anak kadang harus siap dengan rencana cadangan bila pihak orangtua yang lain sering mengingkari janji pertemuan dengan anak. Pergi menonton, berjalan-jalan ke mal, berenang, bersepeda bersama, berkemah di halaman, dan lain sebagainya kegiatan yang disukai anak. Putuskan berapa lama kalian akan menunggu ibu/ayahnya datang. Misalnya kalian akan menunggu selama 30 menit maka katakana begini ke anak,”Kita akan menunggu ibumu/ayahmu selama 30 menit. Jika dia tidak datang, mari kita pergi menonton.”Jika anak mengungkapkan kekecewaannya, dengarkan saja tanpa perlu menghakimi pihak manapun.

    Dorong anak untuk berbicara

    Saat salah satu orang tua yang sudah berpisah mengecewakan anak, orang tua yang satunya lagi dapat mendorong anak untuk bicara langsung. Berbicara akan mengurangi rasa frustasi mereka. Jika anak belum siap untuk bicara langsung dengan ayah atau ibu yang mengecewakannya, tawarkan pilihan untuk menulis surat atau email.

    Jadilah fleksibel

    Jika Anda sebagai orang tua yang tidak lagi tinggal bersama anak dan kebetulan berhalangan memenuhi jadwal pertemuan dengan si buah hati, tawarkan hari lain sebagai kompensasi. Jika anak tidak setuju jadwal yang Anda tawarkan, tanyakan kepadanya hari apa yang dianggapnya paling baik untuk bertemu. Setelah mendapat kesepakatan, mintalah persetujuan dari mantan Anda alias ayah atau ibu yang memegang hak asuh anak. Penting bagi anak untuk tahu bahwa salah satu orang tuanya yang pergi meninggalkan rumah, menganggap pertemuan dengannya sebagai hal yang super penting.

    Ciptakan sistem dukungan lingkungan yang kuat

    Bekerjasamalah dengan orang dewasa lain yang peduli dengan anak Anda dalam pengasuhan sehari-hari, terutama di saat suasana masih 'panas' dan anak masih terguncang. Kehadiran mereka akan menambal perang orang tua yang 'hilang' dalam keseharian anak. Plus membantu Anda melewati masa duka.

    Apapun yang terjadi jangan berkelahi di depan anak

    Penelitian membuktikan, anak yang melihat langsung perkelahian-perkelahian orang tuanya, lebih sulit beradaptasi dengan kondisi baru dibanding anak yang orang tuanya tidak berkelahi di depan mereka.

    Bertransisilah dengan damai

    Meski orang tua sudah menjaga agar anak tidak tahu konflik ayah dan ibunya, anak tetap bisa merasakan suasana kaku dan tegang di antara kedua orang tua. Survei di Amerika Serikat menemukan, cukup banyak ayah-ayah yang bercerai akhirnya memutuskan untuk tidak menemui anaknya karena enggan bertemu mantan istri yang dianggap mereka bersikap sinis. Harusnya setelah resmi bercerai, kedua orang tua sama-sama berusaha mendinginkan emosi. Tidak perlu berteman baik jika memang tidak bisa, cukup bersikap rasional dan tenang ketika mantan datang ke rumah untuk menjemput anak kalian. Jika suasana tak mudah diredakan, ada baiknya sang ayah menjemput anak di tempat netral seperti sekolah atau restauran langganan dan ibu menunggu di mobil sampai anak pergi untuk berakhir pekan bersama ayahnya.

    Ucapkan sampai bertemu lagi dengan senyum

    Jangan tunjukkan muka masam saat anak pergi bersenang-senang dengan mantan. Jika anak tahu kedua orangtuanya bermusuhan, dia akan bingung dan merasa bersalah karena melakukan yang seharusnya mereka lakukan. Tersenyumlah ketika anak dijemput mantan Anda, ucapkan 'Sampai bertemu lagi,' tanpa cemberut atau air mata berderai-derai. Ini agar anak mendapat lingkungan yang stabil bersama kedua orang tuanya. Lingkungan yang stabil sangat diperlukan untuk tumbuh kembang mereka.

Sumber: http://meetdoctor.com/

(vem/apl)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading