Sukses

Lifestyle

Beda Usia 23 Tahun dengan Suami, Pernikahan Kami Bahagia Meski...

Perbedaan usia yang jauh bukan lagi penghalang jika ikatan cinta sudah terbentuk kuat. Cinta sejati tak akan memandang usia, status, apalagi kelas seseorang. Yang terpenting adalah bisa tetap saling mencintai dan menjaga rasa cinta itu hingga akhir hayat.

Rachel Reeves, usianya 28 tahun ketika menikahi Tom yang saat itu sudah berusia 51 tahun. Dilansir dari dailymail.co.uk,beda usia 23 tahun itu mungkin dianggap tak lazim di kalangan masyarakat. Namun, Rachel dan Tom membuktikan kalau pernikahan mereka tetap bahagia dan baik-baik saja. Kini mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang putra.

Meski pernikahan mereka terlihat baik-baik saja dengan perbedaan usia yang cukup jauh, tetap saja ada halangan atau hal-hal yang sering mengusik hidup mereka. Apa sajakah rintangan yang mereka lalui saat membangun bahtera rumah tangga dan bagaimana cara mereka mengatasinya? Ladies, simak kisah mereka yang begitu menyentuh hati ini.

(vem/nda)

Suamiku Dikira Kakek Putraku

Suatu hari, ketika Rachel dan Tom jalan-jalan dengan putra mereka yang masih balita di High Street, Wilthshire, Chippenham, ada dua wanita yang memberikan balon kepada sang putra. "Anak yang manis sekali. Dia benar-benar membuatku bahagia. Apakah Anda kakeknya?" tanya salah satu wanita. Menanggapi hal itu, Tom hanya tertawa karena ia sudah sering mengalami hal serupa.

[startpuisi]"Saya sempat cemas dengan perbedaan usia kami (dia sekarang 67 tahun dan saya 44 tahun). Saya menyadari kalau bisa saja suatu hari nanti, saya akan tinggal dengan putra semata wayang saya. Namun kedewasaan Tom punya daya tarik tersendiri. Ia tahu apa yang ingin ia lakukan dan tetap terbuka mengungkapkan perasaannya. Tom sangat bisa diandalkan dan kaya akan pengetahuan dan pengalaman yang selalu saja mengejutkan. Setelah lebih dari satu dekade bersama, ia tetaplah pria yang sama seperti sejak saya pertama kali bertemu dengannya. Saat pertama kali bertemu Tom, saya merasa ia mirip Omar Sharif," papar Rachel.[endpuisi]

Ketika Rachel pertama bertemu Tom, Tom bekerja di Kementrian Pertahanan. Saat itu Rachel bertanya apakah Tom seorang mata-mata. Hal itu kemudian mencairkan suasana. Tom pun tertawa dan mengatakan kalau ia adalah teman dari rekan kerja jurnalis Rachel.

Sejak saat itu, keduanya makin akrab. Meski awalnya Rachel ragu, tapi dengan peson Tom yang saat itu memiliki mata berwarna cokelat, rambut hitam, dan kumis ala prajurit militer, Rachel malah tertantang untuk bisa makin dekat dengan Tom.

Dulu Ia Menolak Ajakan Dansaku

Enam bulan setelah pertemuan pertama, Rachel kembali berjumpa dengan Tom dalam sebuah acara di klub West End. Saat itu Rachel memberanikan diri mengajak Tom berdansa. "Tadinya saya pikir ia menerima ajakan saya. Tapi ia tetap berdiri di bar dengan segelas whisky di genggamannya dan menolak dengan sopan. Saya ternganga. Rasanya tak mungkin, saya seorang wanita muda, langsing, pirang, dan ingin berdansa ditolak oleh seorang duda, berusia lebih dari 50 tahun. Ego saya terluka, tapi saya malah makin tertantang," ungkap Rachel.

Beberapa waktu kemudian, Rachel dan Tom kembali dekat. Bahkan Rachel sempat menciumnya. Hanya saja keraguan itu kembali mendera. Perbedaan usia yang cukup jauh lagi-lagi jadi masalahnya. "Kami berdua merasa tak memiliki harapan. Saya merasa masih terlalu muda dan menggebu-gebu. Sementara dia merasa sebagai orang yang terlalu membosankan, sudah mandiri, dan tua untuk saya," kata Rachel.

Kami Akhirnya Menikah dan Bahagia Meski...

Selama 14 tahun sejak pertemuan pertama, Rachel dan Tom terus bersama. Sampai kemudian tahun 2011 keduanya memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka pun dianugerahi seorang putra yang diberi nama Tanoa. Walau beda usia cukup jauh, mereka bisa tetap mendapatkan kebahagiaan yang mereka butuhkan.

Bahagia bukan berarti tak memiliki rasa khawatir. Setelah memiliki putra, Rachel cemas apa jadinya jika suatu hari nanti Tom meninggal dan ia hidup seorang diri membesarkan Tanoa.

[startpuisi]"Kelahiran putra kami memberi tantangan tersendiri. Di samping kenyataan banyak orang menyangka Tom adalah kakek Tanoa, saya terus saja cemas apa jadinya jika Tom meninggal dunia lebih dulu, saya dan Tano pasti akan hidup sendiri dan sejarah hidup saya akan kembali terulang. Ayah saya meninggal ketika saya berusia 13 tahun dan Ibu saya membesarkan saya seorang diri," ujar Rachel.[endpuisi]

Meski menyimpan rasa cemas, Rachel tetap berusaha menguatkan dirinya. "Saya menguatkan diri saya dengan meyakini kalau kita tak pernah tahu kapan kita akan meninggal dunia. Ayah saya meninggal saat baru berusia 48 tahun dan bisa jadi saya yang malah akan meninggal lebih dulu daripada Tom," ungkapnya.

Meski Ibu Rachel sempat menentang hubungan mereka, tapi pada akhirnya mereka bisa membangun rumah tangga sendiri. Sementara itu, keluarga dari pihak Tom sangat terbuka dan menerima Rachel dengan baik. Tom memiliki dua putri dan satu putra dari pernikahan pertamanya. Anak sulung Tom bahkan berusia 8 tahun lebih muda daripada Rachel. "Mereka semua sangat baik dan ramah dan selalu berkata kalau apapun yang bisa membuat ayah mereka bahagia akan membuat mereka bahagia juga. Saya tak menyangka bisa dimengerti sebaik itu," kata Rachel.

Menikah dan bahagia, meski ada rasa cemas dan khawatir. Namun, yang perlu kita lakukan adalah mensyukuri apa yang kita miliki hari ini, ya Ladies. Yang penting kita bisa menjalani hari-hari yang masih kita miliki sebaik mungkin bersama orang yang kita sayangi dan cintai. "Cinta bisa hadir dengan berbagai cara. Ikatan cinta kami mungkin tak biasa, tapi kami bahagia dan itu semua sudah cukup," tukas Rachel.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading