Sukses

Parenting

Kala Cubitan Guru Pada Muridnya Harus Berakhir Ke Meja Hijau

"Halo Pak, Halo Bu!"

Demikian teriakan anak - anak SMA sambil berlarian menerobos sela - sela bapak dan ibu gurunya yang sedang berjalan di koridor sekolah. Lalu terdengar bunyi: "Proooot!" Diikuti suara ketawa cekakakan anak - anak yang tak peduli pada kernyit di dahi bapak guru dan elusan dada ibu gurunya.

Ah, masa sih itu benar - benar terjadi? Ya, siapapun tak akan percaya hal seperti ini terjadi, jika kisah ini tidak diceritakan oleh salah seorang guru SMA sambil berurai air mata karena merasakan sakit hatinya setiap hari menghadapi ke-kurang ajar-an anak - anak muridnya.

Benarkah anak - anak generasi sekarang bisa melakukan hal seperti itu? Ya, dan itu hanya satu hal 'biasa' yang ditunjukkan oleh mereka setiap hari. Sedang hal - hal yang lebih luar biasa yang dilakukan oleh mereka, juga banyak terjadi. Masih ingat pembunuhan dosen senior oleh mahasiswanya beberapa waktu lalu? Dan kejadian - kejadian tragis yang mungkin dulunya tidak pernah ada di dunia pendidikan kita yang penuh sopan - santun, budi pekerti, menjunjung tinggi kesusilaan, wibawa dan martabat. Sekolah yang madrasah, selalu menjadi tempat terbaik untuk belajar 'memanusiakan sesama manusia'.

Lalu terbetik kabar yang marak di media, seorang ibu guru dikurung setelah dilaporkan ke polisi oleh salah satu orang tua murid yang tak rela lengan anaknya dicubit. Dengan tuduhan penganiayaan si ibu guru mau tak mau harus siap diperkarakan dan akan menghadapi kenyataan dipersalahkan serta akan segera menghuni ruang tahanan.

Bukan hendak menelusuri sebab musababnya, toh kisah ini telah terlanjur terjadi. Bukan juga berniat mengupas latar belakang kedua belah pihak yang terbawa dalam pusaran kasus 'pencubitan' ini, toh hal ini telah menunjukkan adanya perubahan cara pandang di masyarakat dalam memandang dunia pendidikan kita. Saat dimana semua pihak tak bisa menahan diri, saling menghormati, tenggang rasa dalam penuh rasa salin mempercayai. Hukum telah dibawa masuk ke ranah yang sebenarnya penuh 'cinta kasih', 'welas asih' dalam semangat 'bijak bercendekia'.

Jika demikian yang telah terjadi di negeri ini, mungkin perlu dipertimbangkan juga, agar para guru juga berani untuk menggunakan hukum untuk memberikan 'pelajaran' bagi anak - anak muridnya. Pasal 'perbuatan tidak menyenangkan' karena si anak bertindak tak sopan, kurang ajar, berlarian dan menyiramkan air ke badan gurunya yang sedang menunaikan sholat dhuha atau tindakan menjurus pada mengganggu ketertiban umum lainnya. Atau para guru harus mulai tega untuk melaporkan anak - anak didiknya saat mereka melakukan 'pencurian atau penipuan' saat ujian, berbohong atau jenis - jenis pelecehan terhadap lembaga pendidikan yang dilakukan anak - anak didiknya dalam keseharian.

Namun inikah yang diharapkan? Apakah seperti ini dunia pendidikan negeri ini akan diarahkan? Saling mensomasi, saling melaporkan dan saling menjatuhkan pihak lain ke ruang sel tahanan?

Saya yakin sekali bahwa para guru tak akan setega itu karena sudah tugasnya untuk menelan semua keburukan dan kesalahan para muridnya, lalu mencoba menghembuskan balik nilai - nilai keluhuran, memberikan contoh kebaikan dan menularkan sifat - sifat ketauladanan. Dan yakin sekali jika para guru bisa setega seorang polisi yang tak rela anaknya dicubit, lalu para guru melaporkan balik tindakan amoral, asusila, atau mengganggu ketertiban serta berbagai tindakan pelecehan yang dilakukan para muridnya sehari - hari, polisi jugalah yang akan kewalahan menanganinya. Saya yakin sekali, bagaimana dengan Anda?

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading