Sukses

Parenting

Jangan Menyerangnya...

Oleh: Fiona Yasmina

“Sepertinya anak saya sudah memiliki teman dekat, mungkin teman sekolahnya. Saya sudah melarangnya pacaran karena belum waktunya tetapi sepertinya ia backstreet. Hampir setiap hari ia pulang telat,” ujar Tamara (40), ibu rumah tangga, tentang anaknya yang berusia 14 tahun. Keluhan lain soal remaja adalah begitu intensnya dengan smartphone, nilai pelajaran turun, sering minta izin keluar, dan masih banyak lagi.

Psikolog permasalahan remaja Fayanisa Dwityarani, M.Psi, (27) dari Kassandra & Associate mengungkapkan masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang dilalui manusia. Di masa ini seseorang selalu ingin mencari jati diri. Sikap ingin mencari tahu jati diri ini biasa dilakukan dengan mencoba melakukakn berbagai eksperimen yang tidak jarang dianggap berbahaya sehingga menimbulkan keresahan orangtua.

Remaja seringkali lebih memercayai temannya yang memiliki perspektif sama dengannya dibanding Anda sebagai orangtuanya. Salah satunya ini disebabkan adanya perbedaan umur yang jauh antara Anda dan si buah hati. Akibatnya miskomunikasi dan mispersepsi seringkali tak terhindarkan. Psikolog yang akrab disapa Faya ini mengatakan secara fisik remaja sudah bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukan orang dewasa, namun kemampuan berpikir, mengolah informasi, dan mengantisipasi konsekuensi, remaja masih seperti anak-anak. Mereka belum dapat berpikir panjang dan cenderung impulsif dalam melakukan sebuah tindakan tanpa didasari pemikiran yang lebih mendalam. Terjadilah generation gap.

Ketidaksepahaman orangtua dan anak bisa dilihat dari hal sepele ketika anak sering menggunakan kalimat seperti, ‘Ya gitu deh, masa ibu ngga ngerti, sih?’ Kalimat ini mungkin dianggap biasa oleh anak-anak, tapi bisa terkesan menyepelekan Anda sebagai orangtua. Inilah yang membuat Anda sebagai orangtua kesal. Sebaliknya, begitu juga yang terjadi saat ia bercerita tentang teman dekatnya. Dengan maksud melindungi, Anda meresponnya dengan rentetan nasihat. “Kamu masih kecil, tidak boleh memiliki pacar dulu, harus mementingkan pelajaran sekolah, agar belajar lebih fokus dan tidak terlalu banyak bermain.” Anak yang semula menganggap Anda bisa menjadi teman bertukar cerita yang baik akan mundur dan lebih memilih bersikap tertutup. Anak tidak merasa kalau orangtua adalah orang yang tepat untuk didatangi. Ia merasa ketika bercerita, ia justru membawa masalah lain ke rumah. Ia berpikir orangtua tidak memihaknya bahkan menyerangnya.

Jika Anda atau sahabat-sahabat di sekeliling Anda sedang menghadapi masalah ini, solusi berikut mungkin bisa membantu:

(GH/yel)

7 Sumber Pertengkaran Anak dan Solusinya

Pertengkaran antara Anda dan anak tentu bisa membuat suasana rumah memanas. Redamkan emosi dan dinginkan suasana rumah agar komunikasi antara Anda dan anak bisa tersampaikan dengan baik. Faya menyarankan agar kedua belah pihak sebaiknya berusaha saling memahami. Kuncinya adalah: setelah perdebatan panjang jangan berhenti dan meninggalkan arena. “Beri timeout atau jeda sesaat untuk mendinginkan suasana sebelum kembali membahas permasalahan sampai tuntas dan mencapai kesepakatan,” ujar Faya. Berikut tujuh sumber utama perdebatan dan langkah untuk meredakan emosi menurut Faya.

SITUASI: Memilih sekolah yang tidak sesuai keinginan Anda

SOLUSI: Tanyakan alasan anak memilih sekolah. Cari juga sumbernya mengapa ia ingin bersekolah di sana, misalnya karena teman-temannya. Berikan ia pengertian menggunakan ‘I statement’, seperti “Mama takut dengan berita-berita di televisi tentang sekolah itu. Mama takut kalau kamu sekolah di sana, kamu ikut tawuran.”

Berikan juga contoh aneka konsekuensi yang mungkin diterimanya kalau bersekolah di sana. “Kalau kamu masuk sekolah itu, apakah kamu sudah siap kalau kakak-kakak kelas mengajak tawuran?” Biarkan anak memikirkan kembali keputusannya tanpa memojokkan untuk mengikuti keinginan Anda. Pastikan juga Anda mengerti apa yang ingin disampaikan anak dan sebaliknya. Ketika masalah sudah jelas, kedua belah pihak bisa mencari kesepakatan.

SITUASI: Anak merasa ia berhak memiliki kekasih

SOLUSI: Untuk memulainya, tanyakan padanya apa yang ia maksud tentang pacaran. Pertanyaan bisa dimulai dengan, “Ya, kalau pacaran biasanya melakukan apa saja?” Berikan pengertian dan alasan mengapa ia tidak diberikan izin pacaran. “Pacaran itu selalu menggunakan hati. Apa kamu sanggup merasa sakit hati karena pacarmu sibuk dengan kegiatan ekskul di sekolahnya? Apa kamu sanggup tidak dibalas SMS atau teleponnya?”

Berikan ia kesempatan mengutarakan isi hati dan pikirannya sampai selesai kepada Anda. Usahakan diri untuk tidak memotong dan memarahinya. Setelah itu baru ungkapkan kekhawatiran Anda. Jika masing-masing sudah saling memahami carilah jalan tengah. Misalnya Anda bisa mengalah dengan meminta anak mengenalkan pacarnya ke rumah. Undang ia ke rumah Anda untuk makan malam atau sekedar jalan-jalan ke mall bersama.

SITUASI: Ingin mengendarai mobil atau motor

SOLUSI: Tanyakan dulu mengapa ia ingin mengendarai motor atau mobil. Kemudian biarkan ia mengutarakan pendapatnya dan alasan mengapa ingin mengemudi. Lalu jelaskan keberatan Anda dengan pernyataan yang masuk akal. “Mengendarai mobil itu kan harus memiliki SIM dan kamu belum cukup umur untuk mendapatkannya.” Jelaskan juga tentang kondisi jalan raya yang bisa membahayakan jiwanya, “Mama dan Papa takut kalau kamu kecelakaan di jalan raya. Apakah kamu siap mengatasi stres di jalan raya?”

SITUASI: Nilai pelajaran menurun

SOLUSI: Cari tahu nilai buruknya di mana. Telusuri di mana kelemahan anak Anda, apakah ia memiliki masalah konsentrasi di sekolah, sosialisasi teman-teman di sekolah atau masalah hubungan dengan orangtua di rumah. Ketika kumpul keluarga, tanyakan mengapa ia memiliki nilai buruk di sekolah. Jangan didesak. Berikan waktu sesaat untuknya berpikir dan tunggu ia memberikan penjelasan. Lalu berikan penjelasan tentang risiko memiliki nilai buruk, seperti akan tinggal kelas, sulit mendapatkan perguruan tinggi idaman, dan tidak bisa menggapai cita-cita. Apabila jawabannya tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah, bantulah ia dengan memberi les pelajaran tambahan di rumah. Namun jika jawabannya kondisi rumah yang tidak kondusif sehingga mengganggu konsentrasi belajarnya, sebaiknya Anda dan suami sepakat untuk membuat hubungan harmonis sehingga kondisi rumah lebih nyaman dan mendukung konsentrasi belajar anak.

SITUASI: Anak konsumtif

SOLUSI: Tanyakan keperluannya memiliki barang-barang, baju, atau gadget terbaru. Apa memang perlu untuk aktivitasnya atau sekedar takut ketinggalan zaman. “Kalau kamu tidak punya memangnya teman-temanmu tidak mau berteman dengan kamu lagi?” Dorong ia untuk berpikir jika itu benar apakah bentuk pertemanan seperti itu bisa disebut sebagai teman sejati? Berikan waktu padanya untuk mengutarakan isi hati dan alasan mengapa ia ingin sekali meminta telepon genggam baru. Jika gadget itu berupa laptop untuk keperluan sekolah, hal itu bisa dipikirkan kembali. Misalnya mengabulkannya jika nilainya bagus.

SITUASI Meminta izin menginap di rumah teman

SOLUSI: Mintalah waktu jeda dan berdiskusi dengan pasangan. Sebagai orang tua pahami mengapa anak ingin menginap di rumah temannya. Jelaskan alasan mengapa izin tidak bisa diberikan. Jika ia tetap ingin menginap dengan alasan takut ketinggalan cerita teman-temannya dan ingin merasakan pengalaman baru, Anda bisa mengambil jalan tengah. Misalnya tempat menginap dipindahkan ke rumah atau ia diizinkan pulang hingga sedikit lebih larut dan Anda sendiri yang akan menjemputnya.

SITUASI: Pulang terlambat

SOLUSI:Selalu sediakan waktu untuk mendengar alasan anak Anda. Apa saja kegiatan yang harus ia ikuti. Jelaskan juga tentang kekhawatiran Anda tentang pulang terlambat. Misalnya, tingginya kriminalitas atau utarakan kekhawatiran Anda akan terganggunya kesehatan anak jika terlalu lelah bepergian. Berikan kesempatan anak untuk mengemukakan pendapat juga isi hatinya. Jika acara yang ingin didatangi cukup penting untuk dirinya, cari solusi misalnya berikan ia tugas seperti menyelesaikan PR terlebih dahulu, baru diizinkan. Ketika memutuskan solusi ini, Anda juga harus konsisten untuk memberi peraturan yang sama dengan kakak dan adiknya. Di samping itu, Anda juga perlu memberikan contoh untuk ikut menaati peraturan yang telah disepakati bersama. [initial]

Source: GoodHouseKeeping, Edisi November 2012, Halaman 81

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading