Sukses

Parenting

Ayah Juga Mau Terlibat di Hari Pertamamu Sekolah, Nak!

Ladies, sudah jadi hal biasa dalam keseharian masyarakat urban sekarang ini mengenai peran ayah yang semakin "membumi". Dalam artian, ayah tidak lagi hanya sebagai pencari nafkah dan menyerahkan seluruh masalah anak dan rumah tangga pada ibu. Jika selama ini ibu saja yang sering mengantar anak ke sekolah, berbeda dengan masa kini.

Ayah masa kini harus ikut proaktif dalam tumbuh kembang anak. Ayah juga harus bisa menjadikan ibu sebagai partner seimbang dalam memecahkan masalah rumah tangga. Salah satu momen penting yang wajib dibagi ayah dan ibu adalah ketika si kecil mulai masuk sekolah.

Ayah-ayah modern di masyarakat urban sudah tak lagi sungkan menunggui anak di hari pertamanya sekolah. Malah ada juga ayah yang menjadi penyemangat utama anaknya sekolah, bukan si ibu.

Seperti yang diceritakan Ismoko, 37, ayah dua putra dan pekerja swasta. Untuk anak pertamanya, Ismoko rela menunggu hingga akhir sekolah di hari perdananya menuntut ilmu. Ia sampai rela bolos kerja demi menunaikan tugas mulia ini.

"Tapi sama anak kedua, saya melakukan kesalahan dengan tidak menunggui dia sampai pulang. Akhirnya sampai semester dua ini dia sama sekali nggak mau sekolah lagi," cerita Ismoko.

Hal senada diceritakan Arry yang putri semata wayangnya, Nafisa, baru masuk TK A. Arry dan istri sepakat menunggui Nafisa hingga pulang di hari pertama sekolah. "Biar dia merasa aman karena itu kan tempat asing," demikian alasan Arry.

Di minggu kedua sekolah, barulah Nafisa dibiarkan beradaptasi sendiri dengan teman-teman barunya."Di rumah, saya puji dia karena berani sekolah sendiri," cerita Arry.

Cerita lebih berkesan dipaparkan Sahid, ayah dari Kano. Untuk membuat sang putra semangat sekolah, Sahid membuatnya sebagai "tandem" berangkat di pagi hari. Dengan demikian, Kano tidak merasa sang ayah mengantarkannya ke sekolah. Melainkan Kano-lah yang mengantarkan sang ayah bekerja.

"Saya bilang ke dia,'Sekarang Ayah berangkat nggak sendiri lagi karena ada kamu.' Dan dia jadi semangat sekolah karena mau nemenin saya kerja," cerita Sahid.

Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.,Psi, dari Lembaga Terapan Psikologi Universitas Indonesia, anak harus diberi semangat bersekolah karena belum paham dengan makna dari menuntut ilmu dalam durasi waktu yang lama. Maka itu anak perlu diberi motivasi internal dan eksternal agar bersemangat bersekolah.

Motivasi eksternal ini berisi hal-hal konkret yang dapat dirasakan anak dalam jangka waktu tidak terlalu lama, misalnya di sekolah dapat bermain dengan berbagai macam mainan dan bertemu teman. Sedangkan motivasi internal dapat mulai dikembangkan dengan cara memberikan pujian.

"Yang perlu diingat oleh orangtua adalah fokus pada hal-hal yang menyenangkan di sekolah saja, hindari membuat anak cemas seperti 'Ayo nanti nggak boleh nakal nanti dimarahin bu guru lho!," kata Vera.

Well, ternyata kemaslahatan anak di sekolah bukan hanya didominasi oleh ibu. Peran ayah juga akan terasa istimewa karena membuat anak merasa diperhatikan. Yuk, ajak pasangan untuk bersama-sama memberi motivasi anak bersekolah.

(vem/zzu/feb)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading