Sukses

Parenting

Ibu, Aku Hanya Tak Ingin Melihat Air Matamu Menetes

Hati siapa yang tidak pedih dan sedih ketika melihat air mata menetes dari sepasang mata orang yang paling kita kasihi. Melihat Ibu kita sedih saja rasanya sudah begitu menyiksa batin. Sonia Pardede, sahabat Vemale yang satu ini punya kisah indahnya sendiri tentang sosok Ibu yang membesarkan dan mengasuhnya sejak kecil seorang diri. Meski sang ayah tak bisa lagi melihat Sonia tumbuh dewasa tapi Sonia tetap bisa jadi wanita kuat berkat kehadiran sang ibu tercinta.

***

Aku memanggil wanita kuat itu dengan sebutan Mama.

Dari kecil kuakui bahwa aku adalah anak kesayangan Papa. Ke mana-mana selalu bersama Papa. I was my dad's little girl.

Tapi kebersamaanku bersama Papa ternyata sangat singkat. Saat aku berusia delapan tahun ketika masih duduk di bangku kelas 3 SD, Papa meninggal. Sejak saat itu, hanya Mama yang bisa jadi tempat bersandarku.


Sejak tahun 2003, kami sekeluarga pindah ke tempat Nenek. Tapi kami berpencar karena saat itu Mama tidak bisa membiayai sekolah kami. Aku di Tigaraksa, di tempat Adik Mama. Sedangkan abangku di Jakarta, di tempat Kakak Mama. Meskipun kami berpisah, setiap minggunya kami selalu berkumpul bersama di Tangerang, menghabiskan waktu seperti keluarga utuh. Baru ketika aku lulus sekolah, aku bisa kembali bersama Mama di tempat Nenek.

Aku sempat merasakan bangku kuliah. Saat itu Adik Mama mampu membiayai biaya kuliahku. Tapi sejak masuk semester 3, aku memutuskan untuk kerja karena tidak ingin membebani keluarga Tanteku lagi. Aku juga ingin membahagiakan Mama dengan hasil jerih payahku sendiri.

Aku bangga sekali punya ibu seperti Mama. Dia benar-benar luar biasa. Aku selalu berdoa agar ia diberi kesehatan dan kebahagiaan. Setiap kali aku berbincang dengan Allah, aku selalu menyebut nama Mama. Aku memang tidak tahu cara membuat Mama bahagia, tapi aku akan berjuang semampuku dan berusaha sekuat tenaga agar bisa menjadi kebanggaannya. Aku tidak mau melihat satu tetes air mata pun jatuh membasahi pipinya.

Foto: dok. Sonia Pardede

Aku bangga bisa dilahirkan dari rahim seorang wanita yang berhati malaikat. Mama selalu membuatku kuat dan percaya bahwa akan selalu ada pelangi setelah hujan.

Mama juga tak pernah malu dengan kekurangan yang aku punya. Pernah suatu kali saat masih duduk di bangku SD, kakak kelas dan teman-temanku mengejekku dengan sebutan tompel dan Bang Napi. Aku pun mengadu kepada Mama. Dan tahukah kalian apa yang langsung dilakukan Mamaku saat itu? Ia langsung pergi ke sekolah dan mendatangi anak yang mengejekku. Mama juga menemui kepala sekolah. Ah, aku bangga dengan Mama yang tak pernah malu punya anak sepertiku dengan tanda lahir di pipi.

Aku dulu selalu malu dan minder karena banyak sekolah orang yang menghinaku. Tapi Mama selalu menguatkanku dengan kata-kata yang halus dan lembut. Mama selalu meyakinkanku kalau tanda lahirku akan hilang ketika kena air wudlu. Ya, itulah cara Mama menghiburku karena Mama pasti tidak ingin melihatku sedih.

Mama selalu bilang kalau aku harus percaya diri dan selalu bersyukur. Alhamdulillah, saat ini aku sudah ikhlas menerima semua yang ada pada diriku. Aku juga beruntung masih punya Mama yang selalu ada untukku. Dia istimewa. Dia lah sosok malaikat tak bersayap dan aku bangga padanya.

I love you, Mom. Sonia sayang sama Mama dan Sonia akan tunjukkan pada semua orang kalau Sonia bisa sukses. Sonia pun pasti akan mendapatkan seorang lelaki yang bisa mencintai Sonia apa adanya. Ladies, hanya satu pesanku, cintai ibumu selagi ia masih ada dan berbaktilah padanya.






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading