Sukses

Parenting

6 Mitos dan Fakta Tentang Aborsi

Aborsi masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Ada yang mengatakan bahwa aborsi adalah pembunuhan, sama seperti membunuh manusia dewasa. Ada juga yang mengatakan bahwa aborsi adalah keputusan bagi sang wanita, karena mempertimbangkan masa depan bayi dan kesehatan psikologis ibu jauh lebih penting.

Ada banyak pemahaman tentang aborsi, tindakan ini biasanya dilakukan secara legal jika kondisi kesehatan sang ibu atau kondisi janin membahayakan. Sedangkan tindak aborsi ilegal biasanya dilakukan wanita yang hamil sebelum menikah, tidak ingin punya anak lagi atau malu karena hamil bukan anak suaminya.

Yang membuat miris, aborsi ilegal justru lebih banyak dilakukan. Walaupun demikian, Anda sebagai wanita harus punya pengetahuan mengenai aborsi. Sehingga dapat menekan tindakan aborsi jika tidak ada alasan kesehatan. Dilansir oleh Options for Sexual Health, inilah beberapa mitos dan fakta seputar aborsi.

(vem/yel)

Usia aman untuk aborsi

Mitos: Aborsi dapat dilakukan pada usia kehamilan berapapun 

Begitulah mitos yang banyak beredar. Faktanya, aborsi tidak dapat dilakukan begitu saja, ada masa-masa di mana aborsi aman dilakukan, ada masa di mana aborsi memberikan risiko besar bagi ibu hamil jika dilakukan. Di beberapa negara, aborsi hanya boleh dilakukan jika usia kandungan masih muda, biasanya di tiga bulan pertama masa kehamilan, hingga trimester kedua.

Sedangkan di trimester ketiga, aborsi sudah tidak bisa dilakukan, karena ada risiko tinggi bahkan kematian ibu hamil jika dipaksa melakukannya. Sementara itu di Indonesia, aborsi masih menjadi tindakan yang dilarang, kecuali ada alasan kesehatan. Para dokter biasanya juga menolak melakukan aborsi jika usia kandungan sudah lebih dari enam bulan.

Aborsi sangat berbahaya

Mitos: Aborsi lebih berbahaya ketimbang melahirkan

Faktanya, proses kelahiran juga memiliki risiko komplikasi jika tidak ditangani secara benar dan tepat. Begitu halnya dengan aborsi, bisa terjadi komplikasi jika dilakukan tidak benar. Biasanya risiko aborsi semakin besar jika dilakukan oleh dokter atau praktik ilegal, terutama pada alat-alat aborsi yang tidak sesuai standar.

Di Indonesia, praktik aborsi ilegal sangat banyak dijumpai, baik oleh praktisi kesehatan, orang yang mengaku-ngaku sebagai dokter (padahal bukan), hingga dukun bayi yang banyak dijumpai di pedesaan. Yang lebih mengerikan, banyak dijual bebas obat atau pil aborsi. Ini jauh lebih berbahaya lagi, karena bisa menyebabkan pendarahan hebat dan kematian.

Aborsi sebabkan kanker

Mitos: Aborsi dapat menyebabkan kanker payudara

Banyak mitos beredar tentang aborsi yang dikaitkan sebagai penyebab kanker payudara. Disebutkan bahwa wanita yang pernah melakukan aborsi lebih mungkin mengalami kanker payudara dibandingkan wanita yang belum pernah aborsi.

Faktanya, pada bulan Maret 2003, National Cancer Insitute menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara aborsi dan kenaikan risiko kanker payudara. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membenarkan mitos tersebut. Masih dilakukan banyak penelitian yang menghubungkan aborsi dan perkembangan kanker tertentu.

Aborsi sebabkan stres dan depresi

Mitos: Aborsi dapat menyebabkan depresi dan trauma psikologis

Sebagai hal kontroversi, ada banyak tekanan bagi wanita yang telah melakukan aborsi. Tekanan dari masyarakat sebagai pembunuh atau wanita yang jahat bisa saja membuat wanita mengalami stres dan depresi. Apalagi jika aborsi ini dilakukan tanpa dasar kesehatan.

Namun, sebuah penelitian menyebutkan bahwa wanita yang melakukan aborsi tidak akan mengalami trauma atau depresi dalam waktu panjang. Wanita memang bisa stres atau mengalami trauma di awal masa aborsi (disebut post-abortion syndrome), terlebih lagi jika aborsi dilakukan karena pertimbangan kesehatan si ibu dan janin. Namun hal ini tidak akan berlangsung lama. 

Mitos: Daripada aborsi, lebih baik gunakan alat kontrasepsi

Mitos: Daripada aborsi, lebih baik gunakan alat kontrasepsi

Bagi wanita yang belum menginginkan kehamilan, penggunaan kontrasepsi memang jadi pilihan. Namun tidak semua kontrasepsi memberikan jaminan 100 persen berhasil. Lagipula, ada kondisi tertentu di mana wanita tidak ingin hamil dan tidak ada kesiapan menggunakan alat kontrasepsi, misalnya korban pemerkosaan.

Fakta mengejutkan yang harus Anda ketahui, sekitar 54 persen wanita yang melakukan aborsi sudah melakukan pencegahan kehamilan (memakai alat kontrasepsi). Namun demikian, bisa saja alat kontrasepsi digunakan, selama hal itu dianggap aman bagi penggunanya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading