Sukses

Beauty

Menderita Diabetes, Bapak Tetap Hidup Normal dan Sehat

14 November, tanggal ini diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia. Dengan adanya hari ini, kita diharapkan lebih waspada dan peduli dengan risiko penyakit diabetes. Tapi sudahkah kita paham betul dengan penyakit ini? Atau jangan-jangan kita tak menyadari kalau sebenarnya kita punya risiko terkena diabetes? Ladies, berikut ini artikel kiriman sahabat Vemale yang akan membuka mata kita tentang penyakit diabetes.

***

Pernah dengar beberapa mitos soal risiko penyakit diabetes? Sebagian besar masyarakat masih  banyak yang percaya kalau diabetes diturunkan secara  menyilang. Begini maksudnya. Kalau  yang menyandang  diabetes ibunya, maka yang punya potensi terkena diabetes adalah  anaknya yang laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Seorang bapak bisa menurunkan risiko diabetes pada anak  perempuannya. Bener nggak, sih?

Sekitar tahun 1997, baru ketahuan kalau bapak saya menyandang diabetes. Ceritanya setelah   mencicipi jamuan bersama teman-temannya, bapak saya merasa pusing dan tidak enak badan. Setelah diperiksa ke dokter, ternyata hasilnya positif  diabetes. Kalau ditarik ke belakang, dari  riwayat medis keluarga, bapak saya mewarisi penyakit diabetes dari abah atau kakek saya.  See? Jadi risiko diabetes tidak diturunkan secara menyilang.    

Selain itu risiko terkena penyakit diabetes juga bukan cuma bisa dialami mereka yang sudah berusia setengah baya. Enggak sedikit lho, yang masih berusia muda sudah terkena diabetes.  Meski ibu saya penggemar makanan manis, kegemarannya itu tidak menurun saya. Thanks, God. Salah satu pintu risiko pencetus diabetes bisa saya antisipasi.

Ngomongin soal diabetes, enggak selamanya imej penderita diabetes dibuat hidup repot dan kepayahan. Sejak tahun 1997, setelah  diketahui terkena diabetes, bapak saya baru sekali  ini dirawat di  rumah sakit, sekitar  tahun 2013. Waktu itu kadar gulanya sempat kritis, ngedrop sampai 40mg/dL , sangat rendah di bawah ambang normal.
 
Tapi untungnya, kami segera membawa Apa--panggilan kami sekeluarga untuk bapak saya--ke rumah sakit. Di sana Apa memerlukan bed rest selama beberapa hari. Alhamdulillah, tidak ada tindakan medis  serius yang bisa membuat hati berdesir dan mencelos. Selebihnya  sebelum dan perawatan di rumah sakit, bapak saya bisa menjalani hidup normal meski harus hidup dengan diabetes sepanjang hidupnya. Membatasi makanan yang manis dan mengganti gula putih dengan  gula rendah kalori, porsi nasi yang sedikit dan sesekali mengonsumsi oatmeal atau beras merah  untuk pengganti nasi putih.

Obat? Ya, sesekali kalau keluhannya terasa. Itu pun masih cukup dengan obat generik dan belum sampai mengalami ketergantungan pada insulin (oral atau  suntik). Duh jangan sampai, deh. Di  usianya yang menginjak 70  tahun  bapak saya masih terbilang sehat, masih bisa berpuasa  bahkan untuk puasa sunnah, masih sanggup mengendarai motor sendirian, ingatan yang masih  baik meski sesekali direcoki keluhan khas orang tua yang sudah sepuh. Itu saja, kok.

Saya sendiri sadar pentingnya soal menjaga aset kesehatan. Meski tes darah terakhir juga menunjukkan kalau kadar gula dalam darah saya masih wajar. Tapi saya nggak mau ah cuek soal itu. Selain faktor genetik, gaya hidup juga bisa memengaruhi  kemungkinan terkena diabetes.

Foto: dok. Efi Fitriyyah

Makanya, selain membatasi makanan yang manis sebagai pencetus diabetes itu tadi, sejak  6 bulan terakhir  ini menjalani pola hidup yang lebih sehat juga memperbanyak sayuran dan buah-buahan. Kalau bosan makan buah secara langsung  atau sayuran  dimasak  sebagai  teman makan nasi,  pilihan paling gampang agar tidak  bosan adalah dengan mengolahnya menjadi  jus atau smoothies. Tentu saja, tanpa  tambahan gula. Awalnya terasa  plain, tapi lama-lama mulai terbiasa dan saya menikmatinya.

Meski kurang suka sayuran, bapak saya tidak susah untuk mengonsumsi buah-buahan termasuk  jus atau smoothies yang saya buatkan dengan olahan minus gula putih.

Kalau bapak saya bisa hidup normal dan sehat meski terkena diabetes, saya yakin yang  lain juga bisa menjalani nya. Dan bagi yang masih muda, yang belum terkena diabetes atau penyakit gula ini, mending jaga kesehatan dari sekarang. Saya yakin  bisa, kok.

Tubuh kita adalah aset terbaik yang kita miliki. Yuk sayangi dengan pola hidup yang sehat.

Penulis:
Efi Fitriyyah,  blogger asal Bandung.
Silahkan  berkunjung ke blognya : www.catatan-efi.com, dan blog duetnya  khusus tentang smoothies  bersama Dydie  Pramewarie  di  www.smoothieslover.com
Akun Sosmed:
FB: http://www.facebook.com/EfiFitriyyah
Twitter/Instagram:  @efi_thea
Email:  efi.f62@gmail.com






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading