Sukses

Fashion

[Vemale's Review]: ''Metafora Padma'' karya Bernard Batubara

Judul: Metafora Padma
Penulis: Bernard Batubara
Editor: Siska Yuanita
Desain Sampul Eka Kurniawan
Ilustrasi Isi: Egha Latoya
Jenis Buku: Fiksi Kumpulan Cerpen
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit 2016
ISBN 978-602-03-3297-0


“Kamu harus tahu, Harumi sayang. Pada zaman ketika kekerasan begitu mudah dilakukan, hal terburuk yang bisa dimiliki seseorang adalah identitas.”

Metafora Padma, buku kumpulan cerita pendek karya Bernard Batubara ini sukses membuat emosi saya teraduk-aduk. Mulai dari menghadirkan perasaan ngeri, bergidik, terenyuh, sebal, jengkel, terharu, sampai senyum-senyum sendiri. 14 cerita pendek yang dihadirkan memiliki pesan dan pesonanya sendiri.

Foto: copyright Vemale/nda

Tujuh dari 14 cerita pendek di dalamnya tak lepas dari tema kerusuhan yang berdarah. Kita akan disuguhi banyak adegan yang membuat bulu kuduk merinding. Mulai dari sosok Harumi dalam cerpen Perkenalan yang menceritakan kisah kelamnya terkait ibu dan ayahnya berasal dari dua suku berbeda. Cuplikan kepala-kepala putus dan bergeletakan dalam cerpen Demarkasi. Hingga sosok hantu Lidia dalam cerpen Sepenggal Dongeng Bulan Merah. Dalam cerita pendek Rumah, Obat Generik, Alasan, dan Metafora Padma, kita akan diajak untuk menyelami kehidupan para tokohnya yang memiliki luka tersendiri.

Tak hanya soal kerusuhan berdarah saja yang diangkat di kumpulan cerpen ini. Ada yang menyangkut soal cinta, perselingkuhan, kesetiaan, pencarian jati diri hingga soal yang berkaitan dengan memaknai arti Tuhan. Di cerpen Gelembung, kita diajak untuk menyelami perasaan seorang pria yang hidup dalam sebuah gelembung. Hidupnya yang tak terpengaruh hiruk pikuk dunia tapi ternyata ada luka yang ia miliki di hidupnya. Ada juga seorang wanita yang memilih untuk berpindah ke lain hati demi bahagia yang diidamkannya dalam cerpen Hanya Pantai yang Mengerti. Tentang laut juga kekasih gelap yang menghadirkan kebahagiaan baru dalam hidupnya.

Hubungan sepasang kekasih juga diangkat dalam cerpen Kala Hujan dan Es Krim. Tentang perbedaan prinsip sepasang kekasih dalam Kala Hujan, yang juga menyentil sedikit soal politik. Sementara di cerpen Es Krim, diceritakan pula sepasang kekasih yang bertemu dengan perantara es krim. Meski ternyata ada kisah pilu dan kelam dari asal muasal si tokoh sangat menyukai es krim.

Salah satu cerpen favorit saya adalah yang berjudul Suatu Sore. Si tokoh dalam cerpen ini bertemu dengan seseorang yang memiliki kepercayaan aneh. Lalu, mereka terlibat dalam pembicaraan yang cukup panjang soal Tuhan dan keyakinan.

Foto: copyright Vemale/nda

"Suatu sore aku bertemu seorang laki-laki paruh baya yang mengaku bahwa ia penyembah ulat bulu." (Suatu Sore, halaman 113)

Membaca kalimat pertamanya saja sudah bikin penasaran. Tentang seorang laki-laki yang mengaku dirinya merupakan seorang penyembah ulat bulu. Laki-laki tersebut mencari Hamba Berbulu yang belum juga ditemukan di sepanjang perjalanannya tersebut. Percakapan si tokoh utama dan laki-laki tersebut bikin kening berkerut sekaligus membuat kita merasa tergelitik sendiri. Membahas soal keyakinan juga tentang memaknai keberadaan Tuhan.

Lalu dalam cerpen Solikui Natalia, kita diajak untuk merasakan kegundahan seorang wanita terkait agama yang dianutnya. Yang tak kalah unik dan cukup "horor" adalah kisah seorang penulis dalam cerpen Kanibal yang nekat memotong anggota tubuhnya demi ambisinya untuk menjadi penulis ternama. Sungguh bergidik rasanya membayangkan tokoh dalam cerpen tersebut menggunakan pisau juga kapak untuk memotong jari-jarinya.

Terima kasih, Bara atas bukunya. Sukses selalu untuk karya-karya selanjutnya. | Foto: copyright Vemale/nda

Setiap tokoh dalam cerpen di buku ini memiliki keresahannya sendiri. Ada kisah yang perlu dikuak. Ada pelajaran dan makna tersendiri dari setiap kisah tersebut. Memang ada beberapa bagian yang membuat kita merenung lama demi mencerna makna setiap ceritanya. Tapi ada cerita yang sangat menghibur sampai-sampai membuat kita merasa nggak rela untuk buru-buru menamatkannya. Secara keseluruhan, Metafora Padma merupakan salah satu buku kumpulan cerpen yang akan memberi kita kacamata baru dalam memandang berbagai macam perkara yang terjadi di sekitar kita.

 

 

 

 

 

 

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading