Sukses

Parenting

Meski Aku Janda, Pantaskah Kau Menanyakan Urusan Pribadiku?

Sebuah pertanyaan kadang terdengar begitu menyesakkan bagi seseorang. Terutama jika pertanyaan tersebut dilontarkan dengan tendensius danĀ  menyinggung karena mengulik masalah paling pribadi. Si penanya bisa siapa saja dan yang ditanya adalah seorang perempuan yang telah menjanda atau seorang single mom. Pertanyaan itu adalah:

"Terus, kalau kamu 'kepengen' lalu gimana?"

Di antara sekian banyak keingintahuan orang mengenai hidup para janda, single mom atau single parent lainnya, satu hal yang sering dilontarkan, baik dengan serius atau semena-mena, malu-malu atau malah bernada menggoda adalah tentang kehidupan seksualnya. Keingintahuan orang tersebut menyangkut urusan ranjang di balik kelambu, di bawah selimut dan rahasia pribadi menyangkut aktivitas di dalam kamar tidur.

Seks, demikian kata yang seringkali menjadi benih rasa penasaran manakala bertemu dengan seorang perempuan yang menyandang status janda. Baik yang baru saja menjalani sendirinya maupun yang telah lama akrab dengan kesendirian. Jujur saja, biasanya benih penasaran tentang aktivitas 'tabu' ini lebih cepat tumbuh di benak seorang laki - laki, ketimbang di benak sesama perempuan lainnya. Lalu dengan berbagai cara disampaikan dan dipertanyakan kepada pihak yang bersangkutan.

Risih? Sudah pasti. Kenapa bukan pertanyaan tentang; bagaimana mengatur rumah tangga sendirian? Bagaimana mendidik anak - anak tanpa pasangan? Bagaimana mencukupi kebutuhan? Atau pertanyaan sekelas 'menohok' lainnya seperti "Emang nggak malu menjadi janda?" Daftar pertanyaan seperti ini sepertinya sudah biasa didengar oleh para janda dan single parent yang selama ini harus bergaul dengan masyarakat. Boro-boro pertanyaan soal aktivitas seksual, stigma janda saja sudah sedemikian mengecilkan arti bahkan merendahkan status mereka.

Bukan hanya perempuan yang dibawa perasaan risih mendengar pertanyaan seperti itu. Jujur saja, kepada para laki - laki yang kebetulan duda dan menjadi single parent untuk anak - anaknya pun, sebenarnya pertanyaan seputar seks ini juga membuat gusar. "My sex activity is my business!" Paling itu jawaban yang pas untuk diberikan.

Tak heran jika melihat bahwa komunitas single parents di dunia maya yang baru berumur setahun lamanya, justru berkembang pesat dan lalu banyak diminati oleh para laki - laki yang memiliki pemahaman berbeda tentang 'janda'. Sebutan janda dikerdilkan tanpa disadari dan sudah terasosiasi dengan hal goda-menggoda. Menggoda untuk digoda dan ditanya tentang bagaimana mereka menghalau 'rasa pengennya'. Karena pengkerdilan makna inilah tak heran apabila anak - anak SMP, SMA dan mahasiswa juga turut bergabung di dalamnya dengan berbagai identitas samaran yang luar biasa tak masuk di akal.

Mungkin bisa jadi di dalam komunitas maya itu, ada di antara mereka para suami yang ingin memuaskan rasa penasarannya akan sosok para janda dengan 'rasa pengen' mereka. Atau entahlah apa niat dan tujuan mereka sebenarnya bergaul di komunitas single parents yang mayoritas janda.

Sebagai penutup dan bahan renungan, sebuah kutipan saya sampaikan:

"A man or people should never disrespect a woman, a mother of her children. No matter how mad you are, always remember she's doing everything she can to provide, protect, love and live the children like no one else will. Especially when she's doing all alone and you ain't helping or barely giving a helpful hand."


Salam hormat saya untuk single parents di seluruh Indonesia.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading