Sukses

Lifestyle

7 Orang di Dunia Yang Paling Susah Move On

Bagi sebagian orang, mengucapkan selamat tinggal adalah hal yang paling sulit dikatakan maupun dilakukan. Apalagi jika ditinggalkan seseorang yang sangat dicintai selama-lamanya. Tak bisa lagi mendengar suaranya, tak bisa lagi menatap matanya, atau melihat senyum mengembang di wajahnya.

Dan bagi sebagian orang, melepaskan orang yang mereka cintai adalah sebuah tantangan yang sangat besar, berat dan merupakan ujian seumur hidup.

Dilansir ListVerse.com, inilah 7 orang yang sulit sekali mengucapkan selamat tinggal pada orang yang telah meninggalkannya. Mereka berusaha agar setiap hari 'ia' tetap ada, dan bahkan demi membuat diri sendiri tidak merasa kesepian, mereka rela menebusnya dengan melakukan apa saja.

(vem/bee)

Howard Lewis

Howard Lewis menikah dengan istrinya, Elizabeth selama 34 tahun. Lima tahun terakhir ini, Howard merawat Elizabeth yang menderita penyakit Alzheimer.

Suatu Sabtu pagi, tahun 2005, Howard terbangun ketika mendengar suara aneh napas istrinya. Tak berapa lama, tak ada suara apapun yang terdengar. Ia pergi untuk selama-lamanya.

Apa yang ia lakukan seharusnya menelepon ambulan, tetapi Howard malah pergi keluar, membeli koran, melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa ia lakukan sambil berpura-pura tak ada yang pernah terjadi selama lima bulan.

Setiap malam, ia akan pergi ke kamar dan menyentuh wajah istrinya. Mengucapkan selamat malam dan memberikan kecupan manis. Untuk menutupi aroma busuk di rumahnya, ia menjaga agar suhu udara tetap dingin dan menyemprotkan penyegar udara terus menerus.

Tetangga memang sempat curiga, mengapa Elizabeth tak pernah terlihat. Tetapi Howard mengatakan bahwa istrinya baik-baik saja. Karena merasa ada yang aneh, akhirnya tetangganya menelepon polisi dan memeriksa rumahnya. Ditemukanlah jasad istrinya yang telah membusuk.

Howard mengakui kesalahannya dan sempat ditangkap, namun tidak ada tuntutan yang dilayangkan kepadanya karena ia sudah terlampau menderita.

Jean Stevens

Jean Stevens, asal Pennsylvania, menikahi suaminya James pada tahun 1942. Mereka adalah pasangan yang sangat bahagia, sampai James meninggal karena penyakit Parkinson tahun 1999 lalu. Ia kemudian dimakamkan di pemakaman setempat, selama beberapa hari.

Tak berapa lama, Jean menggali kuburan suaminya dan membawanya pulang. Menempatkannya di sofa dalam garasi, dan membiarkan James tinggal lagi di rumahnya. Ia menyemprotkan banyak wewangian untuk menutupi bau busuknya.

6 Oktober 2010, saudari kembarnya meninggal karena kanker. Ia membawanya ke halaman belakang dan mempertimbangkan menguburkannya di sana. Jean tak pernah menguburkannya, ia justru menyemprot jasad Juni dengan pengharum dan menyimpannya di dekat jasad suaminya.

Ketika polisi mengungkapkan perilaku Jean, Jean mengaku bahwa ia punya problem dalam berpisah dengan orang yang sangat dicintainya. Bahkan ia selalu berusaha menyangkal kematian mereka dengan berbagai cara.

Chan Yung Tong

Chan Yung Tong bekerja di sebuah perusahaan pelayaran, di mana kemudian ia bertemu dengan istrinya, Amy Katima Ismail yang sama-sama bekerja di sana.

Hubungan mereka mekar perlahan-lahan lewat kesenangan menonton film di bioskop. Mereka akan menyusuri jalan dengan berpegangan tangan dan menikmati momen-momen indah berdua. Pasangan tersebut kemudian menikah tahun 1959 dan tak pernah dikaruniai anak karena komplikasi atas operasi yang pernah dilakukannya.

Mereka kemudian memutuskan pindah ke Hong Kong, tahun 1986 dan menetap di sana. Sayangnya, pada 2001, Katima meninggal di rumah sakit Royal Jubilee.

Sejak saat itu, Chan selalu mengunjungi makam istrinya setiap hari. Ia akan menempuh perjalanan jauh dengan bis, berjalan selama setengah jam ke kuburan istrinya, dan menghabiskan waktu berjam-jam di sana. Sekalipun usianya 81 tahun, ia tetap tak peduli. Menempuh jalan berbahaya di musim dingin dengan tongkat, dan menerjang cuaca buruk sekalipun, ia tetap pergi karena ia sangat mencintai istrinya.

James Davis

James Davis berusia 11 tahun ketika bertemu dengan Patsy yang usianya lebih muda 3 tahun darinya. Kala itu ia bertanya apakah Patsy mau berkencan dengannya. Mereka kemudian menjadi pasangan yang tak terpisahkan sejak saat itu, dan menikah pada 1961.

Dikaruniai lima anak, mereka pun pindah ke Stevenson dan menikmati masa tuanya bersama-sama. Patsy menderita berbagai penyakit, sedangkan James sudah pensiun dari pekerjaannya dan hanya merawat istrinya saja. Saat menyadari hidupnya tidak akan lama lagi, Patsy berpesan untuk menguburkannya di halaman rumah mereka kelak kalau ia meninggal.

James mengabulkan permintaan wanita yang sangat dicintainya itu. Lengkap dengan nisan di halaman rumahnya. Sayangnya, apa yang dilakukan James melanggar hukum. Di sana, tak diijinkan untuk seseorang memiliki penguburan pribadi di dalam batas kota.

James berjuang untuk mempertahankan permintaan terakhir istrinya. Berulang kali ia membawa kasusnya ke pengadilan, bahkan sampai ke Mahkamah Agung di Alabama. Sayangnya ia kalah. Pada 15 November 2013, ia akhirnya setuju membongkar makam istrinya dan mengkremasinya.

Faizul Hasan Kadari

Ketika istri Faizul Hasan Kadari meninggal, Desember 2011 silam, ia khawatir bahwa ia akan dilupakan. Tak diberkahi keturunan, Kadari berjanji pada istrinya bahwa ia akan memastikan mereka akan selalu diingat. Akhirnya, ia membangun sendiri miniatur Taj Mahal.

2012, miniatur Taj Mahal di Bulandshahrd, setinggi 15 meter berdiri tegak. Terbuat dari batu pasir, batu baya, semen dan besi. Ia bahkan telah menghabiskan seluruh tabungan hidupnya dan menjual pusaka keluarga untuk mendanai pembangunan gedung tempat persemayaman istrinya tersebut. Kadari kini telah kehabisan uang, tetapi ia lega berhasil menyelesaikan gedung tersebut. Ia bahkan menolak menerima bantuan dari orang lain, dan hanya memakai semua hartanya saja.

Kadari kini berusia 77 tahun dan hidup hanya mengandalkan uang pensiunan. Ia khawatir bahwa ia akan meninggal sebelum struktur bangunan berhasil diselesaikan.

Ruth Huber Bostic

Selama lebih dari 14 tahun, rumah Ruth di Raleigh, North Carolina menjadi lebih dari rumah jompo baginya. Ia mempertahankan kebun indah di mana ia setiap hari sering terlihat berbicara pada tanamannya. Ia melakukan hal tersebut karena sebagian besar waktunya dihabiskan tanpa interaksi dengan orang lain semasa ia tinggal di kamp konsentrasi Hitler.

Tetangganya menganggap bahwa ia adalah wanita yang memiliki penyakit mental dan malah mengasingkannya.

Suatu hari, seorang tukang pos merasa curiga karena tak pernah melihat Ruth lagi. Iapun melaporkan kecurigaannya kepada polisi, dan ditemukan bahwa Ruth sudah meninggal. Sebenarnya, ada satu hal lagi yang menjadi pertanyaan polisi, yaitu keberadaan suami Ruth yang mendadak menghilang.

Setelah melakukan penyelidikan, para detektif dan polisi memutuskan membongkar taman rumah Ruth, di mana ia menemukan tubuh David, suami Ruth. Selama ini, Ruth tidak berbicara pada tanaman, tetapi pada suaminya yang dikubur di bawah tanaman tersebut. Tak heran kalau ia menghabiskan waktu berjam-jam bicara sendiri di taman, dan bagaimana ia sangat defensif merawat taman bunganya itu.

Tsiuri Kvaratskhelia

Tak pernah terlintas di benaknya akan kehilangan seorang anak yang sangat dicintainya. Duka besar yang dialami Tsiuri membuatnya memutuskan merawat jenazah anaknya di ruang bawah tanah rumahnya di Georgia.

Joni, yang kala itu berusia 22 tahun, tak diketahui apa sebabnya mendadak meninggal. Ibunya kemudian merawat jenazahnya dengan memanfaatkan alkohol agar tubuhnya tetap awet. Ia selalu mengganti pakaian Joni dengan pakaian yang baru setiap ulang tahunnya. Sayangnya, pada akhirnya Tsiuri harus menyerah karena pembusukan terus berlangsung dan tidak bisa diatasi hanya dengan alkohol saja.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading