Sukses

Lifestyle

Kisah Nyata: Pacaran Jarak Jauh Itu 'Nano-Nano'

Oleh: Agatha Yunita

Pacaran jarak jauh, atau yang lebih beken disebut Long Distance Relationship (LDR), seringkali dijudge sebagai hubungan yang tidak serius dan lebih baik jangan dijalani karena banyak makan hatinya. Coba, siapa yang setuju dengan pernyataan tersebut?

Setelah bertanya pada para sahabat Vemale, tak sepenuhnya setuju. Karena telah banyak pula yang membuktikan bahwa LDR tidak seburuk itu. Komitmen. Komunikasi. Kejujuran. Kesetiaan. Tentu semuanya harus menjadi paket yang lengkap agar hubungan tetap awet dan dapat berjalan lancar. Toh sebenarnya tidak jaminan juga bila sering bertemu hubungan langsung lancar dan tanpa kendala. Well, semua kembali pada personal yang menjalaninya.

Setidaknya, sebagian sahabat Vemale ini berbagi, bahwa LDR bukan masalah bagi mereka. Itu hanya perkara jarak saja. Dan jarak tidak mengalahkan kekuatan cinta!

Ada manis, asem, asin - Icha

Kami LDR sudah 3 tahun, ada manis, asem, asin, pahit hahaha. Manisnya membuat kami jarang bertengkar, dan sekalipun harus bertengkar kami tidak langsung berhadapan melihat wajah satu sama lain. Pahitnya, saat kangen tidak bisa diungkapkan dengan puas, karena tidak bisa bertemu langsung. Dan akhirnya dibantu dengan kecanggihan teknologi, Skype, webcam, Facebook dan lain sebagainya. Walaupun tetap kangen sih. Intinya, tetap percaya bahwa cinta itu lebih besar dari semuanya. Dan apabila memang sudah ditakdirkan menjadi jodoh, toh tidak akan ke mana. Akhirnya 5 bulan lalu kami menikah.

Jenuh itu bisa dibunuh! - Silvia

Kalau jenuh itu sih biasa ya. Dan saat kami merasa jenuh, kami akan membahas yang seru-seru, seperti film yang sedang diputar, pertandingan yang sedang disiarkan, atau saling mengirim foto kegiatan sehari-hari. Dan begitulah, jenuh itu tak akan menjadi masalah selama kita tak membiarkannya berlarut-larut.

Bagaimanapun LDR itu tetap menyenangkan - Pebriyanti

Bagaimanapun bagi saya LDR itu menyenangkan. Menjadikan orang yang kita sayang itu tetap jadi dirinya sendiri. Kita bisa percaya satu sama lain, walaupun akhirnya hubungan tak selalu berhasil. Tapi saya tetap optimis ;)

LDR tidak memudarkan cinta kami - Penutur Imaji

Sejak tahun lalu akhirnya kami harus menjalani LDR karena ia harus bekerja di Kalimantan. Yah, inginnya sih dia tak jauh-jauh dari saya, tetapi demi masa depan berdua, semua itu harus dijalani dengan niat yang baik. Untungnya, teknologi sekarang canggih. Dengan bantuan Blackberry, komunikasi kami tak pernah putus. Mulai SMS, telepon, saling mengirim foto aktivitas sehari-hari, yang tujuannya sebenarnya bukan memantau, namun membuat kami merasa dekat dan tak berjarak.

Bagi kami, komunikasi dan saling percaya itu dua hal yang memang sulit. Namun selama ini kami tidak pernah mencurigai satu sama lain. Banyak hal kecil kami bagi dan ceritakan, seolah kami tak pernah kehabisan topik. Pun demikian, bukan berarti kami tak pernah mengalami masa sulit dan bertemu masalah. Ada beberapa saat di mana saya mengalami PMS, saya menjadi sensitif dan perselisihan muncul. Untungnya pasangan saya orang yang sangat mengerti dan bisa memahami hal tersebut. Pengertiannya terhadap saya selalu membuat saya kagum. Dan dia akan lebih berhati-hati menghadapi saya saat masa-masa PMS itu datang lagi. Tak ada hal lain lagi yang kami butuhkan selain pengertian dan kepercayaan. Dan kami berencana akan segera menikah September 2012 ini.

Kuncinya setia dan saling percaya - Sophia Amanda

Sakit rasanya kalau kangen itu tak segera ditebus dengan pertemuan, apalagi bila harus ditahan hingga berbulan-bulan lamanya. Saat kangen pun, hanya bisa mendengar suaranya lewat telepon, tanpa bisa menunjukkan perasaan lewat pelukan. Namun, semuanya impas saat bisa bertemu langsung dengannya. Rasanya tak ingin berpisah lagi. Dan sejauh ini, kunci dari hubungan kami adalah saling percaya dan setia. Ya, benar. Hubungan LDR kami dulu berhasil, hingga kini kami sudah menikah dan berbahagia :)

Harus LDR dengan suami dan ketiga anak sekaligus - Flynn Sutanto

Sampai saat ini saya LDR tak hanya dengan suami, namun juga dengan ketiga anak. Kangen? Pasti! Selalu ingin pulang saat ingat mereka, apalagi sudah 5 tahun berjauhan. Namun, kami selalu punya waktu untuk berkomunikasi lewat telepon. Itupun kami harus menghadapi perbedaan jam juga. Saat di Indonesia pagi hari, saya berusaha bangun (di tempat saya tengah malam) untuk sekedar telepon dan membangunkan anak-anak agar pergi ke sekolah. Bagaimanapun juga kan saya seorang ibu, sudah menjadi kewajiban saya memantau mereka. Untungnya suami dapat bekerja sama, selalu memberikan cerita dan membantu memecahkan masalah bersama. Dukungan dan semangat yang diberikan suami dan anak-anak inilah yang menguatkan saya. Thanks papi, thanks kids. I love you so much.

Tak ada alasan untuk berpaling - Kita

Bila orang lain berkata jarak adalah masalah yang membuat semakin jauh, buat kami berbeda. Justru jarak membuat kami begitu dekat. Tak terasa sudah 6 tahun hubungan kami berjalan tanpa pertemuan. namun, ia masih setia menunggu. Kesabarannya begitu luar biasa, tulus sekalipun terkadang saya justru cuek dan tak peduli. Dan yang terpenting, ia selalu menunjukkan kasih sayangnya tak hanya pada saya, tetapi juga pada keluarga. Hingga saat ini, tak ada satu alasanpun yang membuat saya mampu dan mau berpaling darinya. Semoga selamanya ia selalu menjadi yang terbaik.

Banyak. Banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk mempertahankan sebuah hubungan, sekalipun jarak memisahkan. Dengan bekal 'Komitmen. Komunikasi. Kejujuran. Kesetiaan' dan konsisten menjalaninya, apa sih yang bisa membuat hubungan itu gagal? Mereka telah menjalaninya dengan penuh cinta dan usaha. Pastinya Anda juga bisa ;)

(vem/bee)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading