Sukses

Lifestyle

Nikahi... Atau Tinggalkan

Vemale.com - Well, mungkin Anda harus berpikir ulang untuk membuat si dia segera menikahi Anda. Menurut Allen Berger, PhD, pengarang buku LOVE SECRET REVEALED, di zaman modern (dan sarat resesi) ini para pria masuk ke dalam fase yang cukup membingungkan. Peran pria yang biasanya lebih taking charge sudah terbilang kuno. Maklum saja, kesuksesan kaum Hawa semakin cemerlang! Tak heran kalau para pria pun merasa insecure untuk menjalin hubungan yang lebih jauh lagi dengan Anda. Lalu bagaimana kalau Anda benar-benar ingin si dia berlutut dan melontarkan, “Will you marry me?” Hmmm, lebih baik Anda baca dulu artikel tentang ini. The Chasing Game Honey... Coba pikir-pikir lagi, apa yang sebenarnya menjadi akar dari dilema Anda. Kadang, ini bukan tentang apakah ia sudah siap menikahi Anda atau tidak, tapi Anda hanya ingin tahu KAPAN ia akan meresmikan hubungan. Jika si dia belum juga mengucapkan kata ‘ajaibnya’, mungkin inilah saat yang tepat untuk mengatakan ‘the talk’. Makan malam berdua, lalu bicarakan apa yang diinginkan Anda dan si dia, bukan semata-mata apa yang ANDA inginkan. Percakapan ini akan memperlihatkan apakah Anda berdua memang memiliki tujuan dan ‘timeline’ hidup yang serupa. “Hal yang terpenting, ungkapkan semua perasaan mengapa Anda memilihnya menjadi Mr.Right,” jelas Seth Meyers, PhD, pengarang DR. SETH’S LOVE PRESCRIPTION. Kalau reaksinya tidak memuaskan Anda (“Aku belum siap untuk menikah sekarang, Sayang...”), tak perlu murka dan membanting meja. Coba kurangi frekuensi kencan dalam beberapa minggu ke depan. Jika ia ‘memohon-mohon’ untuk bisa bertemu Anda lagi, tandanya ia memang ingin menikahi Anda. Tapi bukan sekarang. Shake Things Up! Memborbardirnya dengan pertanyaan yang sama, bukan jalan keluar yang baik lho. Malah akan membuat si dia semakin jenuh dengan tindakan Anda tersebut. Percaya atau tidak, mayoritas pria justru merasa nyaman dengan wanita yang tidak terlalu mementingkan tanggal pernikahan. Karena ini berarti Anda memberikan semua waktu dan kesempatan yang ia butuhkan untuk menjadi ‘matang’ dan ‘siap’ untuk m-a-r-r-i-a-g-e. Tapi lain halnya kalau pria yang Anda kencani sekarang memang takut komitmen, ya. Pria tipe ini memang ‘tarik ulur’... Kadang ada... Kadang tidak. Kalau kasusnya seperti ini, coba tiru manuver-nya. Lakukan ‘tarik ulur’ juga! Sesekali tolak ajakan kencannya dengan menyibukkan diri bersama the girls. Kalau ia mencari Anda, congrats! Kalau tidak.. Well, berarti ia memang bukan pria yang akan membawa Anda ke altar. Willing to Talk “Kekasih saya pernah menjalin hubungan selama lima tahun, lalu putus tengah jalan,” cerita Diana, 30 tahun pada Cosmo, “enam bulan kemudian, ia memacari saya. Tiga tahun menjelang, ia tidak juga melamar. Apakah ia akan mengulang sejarah percintaannya yang dulu?” Honey, kalau Anda juga punya masalah serupa, jawabannya simpel: tak peduli bagaimana masa lalunya, jika seorang pria memang mencintai Anda, ia akan membuktikannya dengan tindakan, bukan sekedar kata-kata. Ya, termasuk pernikahan. Kalau Anda sudah tak sabar seperti Diana, ungkapkan isi hati Anda! Pria butuh merasa kalau ia dibutuhkan. Tak ada salahnya Anda mengeluarkan semua perasaan. Siapa tahu rasa takut si dia pada komitmen akan menghilang, dan ia akan segera menikahi Anda. Ingat dear, para pria juga mengerti lho apa yang Anda rasakan. Sealing the Deal Alasan lain mengapa pria takut berkomitmen: mereka belum siap menjadi hot daddy. Menurut survei, banyak dari kaum Adam sudah terlanjur berasumsi kalau wanita punya list panjang yang harus dipenuhi; dimulai dari gaji yang ideal, rumah yang layak, dan tuntutan untuk menjadi ‘sahabat terbaik’ Anda. Apalagi, yang membuat pria semakin ‘panas dingin’, adalah kala mereka sudah meraih gelar seorang ayah. “Ia tentu akan merindukan kehidupan saat masih single,” ujar Meyers. Kalau nyatanya si dia memang the right one untuk Anda, yakinkan kalau ia tak akan berakhir menjadi family man yang hanya diam di rumah dan mengganti popok bayi. Katakan begini, “Kamu masih bisa have fun kok, Sayang.” Good luck ya,ladies. “Marry Him, or Leave Him?” Jangan terlena dengan janji manis si dia. Kalau nyatanya ia tidak ingin berkomitmen, saatnya untuk move on. PLEASE. - Mengajaknya pergi ke terapis. Pada dasarnya, pria akan berkomitmen di saat ia memang ingin berkomitmen. Tapi kalau Anda sampai harus menyeretnya ke psikolog hanya untuk melamar... Wake up, dear! - Jangan sampai ia brainwash Anda. Saking Anda tidak ingin berpisah darinya, Anda pun mulai memiliki pemikiran yang sama dengan si dia: marriage is just a piece of papper. Jika seperti itu, artinya ia masih ingin bersenang-senang, dan belum berpikiran untuk menikah. Don’t be a fooled by a fool! - Standar kemapanan. Setiap kali Anda bertanya, ia selalu berargumen tentang kemapanannya, meminta Anda menunggu “....sampai semua sudah mencukupi”. Seriously, pernikahan memang tak hanya bermodal cinta, tapi Anda harus tahu apa yang ia maksud dengan ‘mencukupi’. Kalau ia menjawab, “Kalau aku sudah punya Porsche, vacation home di Yunani, dan iPhone4...” Tinggalkan ia sekarang! [initial] Source: Cosmopolitan Edisi Agustus 2011, Halaman 196 Provided by:
(Cosmo/wsw)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading