Sukses

Parenting

Sekali Lagi, Aku Harus Rela Kehilangan Buah Hati Meski Sudah 4 Kali Mengalaminya

Perpisahan dan kehilangan adalah dua hal yang bersatu untuk menciptakan kenangan mendalam pada hati seseorang. Kenangan yang hanya akan tercipta jika Anda ditinggalkan atau kehilangan orang-orang terkasih. Hal ini nyata dialami oleh Amy dan Jason Marquis. Kenangan dalam hati mereka masih jelas terasa setelah mereka kehilangan 4 orang anaknya. Namun kini, bagai disambar petir di siang bolong, keduanya harus menerima kenyataan menyedihkan, yang lagi-lagi melibatkan anaknya. Mereka pun membagikan kisah menyedihkan ini melalui people.com.

Pengalaman pahit yang harus dialami pasangan suami istri Amy dan Jason Marquis tak kunjung surut. Sebelumnya, mereka harus kehilangan 4 orang anak mereka, dan semuanya meninggal pada usia di bawah 2 tahun. Pada tahun 2013, pasangan ini dikaruniai anak kembar, laki-laki dan perempuan yang diberi nama Carter dan Riley. Carter dan Riley lahir dengan kondisi sehat dan tidak tampak ada gangguan kesehatan apapun. Namun sayangnya, keadaan itu berubah semakin bertambah besarnya bayi kembar ini.

copyright people.com/Catharine Morris Photography

Riley tidak menunjukkan perkembangan yang wajar seperti kebanyakan bayi biasanya. Ia tidak bisa menggulingkan badannya, tidak mengalami kenaikan berat badan, dan tidak bisa menyangga kepalanya. Sementara Carter mengalami perkembangan layaknya bayi normal. Riley juga tidak merasa lapar dan tidak menangis, bahkan saat ia terjatuh dengan posisi kepala membentur lantai. "Dia tidak merasakan sakit, dan dia juga tidak menangis saat lapar. Saat kami membuat lubang tindik di telinganya, ia tidak merasakan apa-apa. Banyak orang mengatakan bahwa sangat wajar jika saudara kembar mengalami perkembangan yang berbeda. Namun bukan itu masalahnya, saya yakin bahwa ada yang salah," kata Amy.

Setelah menjalani serangkaian tes selama beberapa bulan, pada Maret 2014 Riley didiagnosa menderita Leigh's Disease, yaitu gangguan neurometabolis langka yang menyerang pusat sistem saraf. Penyakit ini belum ada obatnya. Kata dokter, Riley akan terus kehilangan kemampuan mental dan motoriknya, serta hanya akan mampu bertahan hidup selama beberapa bulan. "Pulanglah dan peluk dia erat-erat. Sisa waktu Anda tidak banyak," kata neurologis Gail Schuman kepada Amy di New Hampshire's Hospital for Children, setelah menyampaikan kabar buruk tersebut.

Haruskah Amy kehilangan buah hatinya lagi?

(vem/reg)

Kapan Mimpi Buruk Ini Akan Berakhir?

Pasangan suami istri ini pernah kehilangan anak kembar 3 pada tahun 2010. Satu janin meninggal karena keguguran, sementara dua janin lainnya sekarat pada usia kehamilan 23 minggu saat air ketuban Amy pecah, dan nyawa mereka tidak bisa diselamatkan. Sementara pada tahun 2012, mereka harus kehilangan Zack, putranya yang berusia 3 bulan akibat suatu kecelakaan. Zack tercekik di box bayi yang terdapat di tempat penitipan anak. "Saat petugas yang bertugas menemukannya, Zack sudah membiru dengan kepala tertunduk. Zack adalah pelangi hidup saya. Kehilangannya saat menghancurkan hati saya," cerita Amy.

"Saya dan Jason harus menelan derita pahit itu bulat-bulat. Sebagai seorang ibu yang sudah kehilangan 4 orang anak, rasanya sangat berat saat harus pulang, lalu menyampaikan kabar buruk itu pada ibu saya. Maksud saya, seberapa banyak lagi penderitaan yang bisa dialami sebuah keluarga?" kata Amy sedih.

copyright people.com/Amy Marquis

Amy dan Jason akhirnya memutuskan untuk memanfaatkan sisa waktu mereka bersama Riley dengan membuatnya merasa bahagia dan nyaman. Mereka bahkan menolak saat mereka seharusnya mengijinkan Riley menjalani rehabilitasi di rumah sakit. Mereka lebih memilih untuk belajar mengoperasikan ventilator dan membersihkan tabung nafas Riley yang ditanamkan melalui operasi pada Juli 2014 terkait dengan tracheotomy-nya.

Satu tahun pasca operasi, Riley yang kini berusia 2 tahun hanya memakai ventilator saat ia sedang tidur. Masa hidup Riley kini sudah lebih panjang dari yang diprediksikan oleh dokter. Meskipun begitu, Amy dan Jason harus bersiap-siap, karena akan ada hari di saat mereka harus mengucapkan selamat tinggal untuk selama-lamanya pada Riley.

copyright people.com/Amy Marquis

"Hingga ditemukan obatnya, Leigh's Disease adalah penyakit yang mematikan," kata Amy. "Riley dianugerahkan kepada kami karena suatu alasan. Jadi, kami berharap melalui akun Facebooknya (Prayers for Roo), Riley dapat mengajarkan kepada dunia tentang penyakitnya, dan memberikan harapan kepada banyak orang. Khususnya kepada keluarga lain yang mungkin mengalami hal sama dengan kami. Kami tidak tahu berapa banyak waktu lagi yang tersisa bersama Riley, tapi kami berupaya untuk untuk memanfaatkannya dengan baik."

Riley layak mendapatkan kasih sayang dan dukungan sebanyak-banyaknya..

Meski Kesakitan, Riley Tetap Bahagia..

"Saat ini Riley sudah lebih interaktif dan lebih banyak tersenyum. Keluarganya berjuang keras untuk kesembuhannya. Dengan dukungan dan kasih sayang, masa hidupnya mungkin akan bertambah, namun gangguan kesehatan ini sulit diprediksi", kata Schuman.

Amy dan Jason berkomunikasi dengan pasangan lain, yang juga pernah kehilangan anaknya akibat penyakit ini. Salah satunya adalah Dawn Kenney, yang telah kehilangan putri kecilnya Autumn pada bulan Mei lalu, saat usianya 6 tahun. Melalui obrolan di Facebook, Kenney menunjukkan foto-foto Autumn, serta mendukung Amy agar tidak patah semangat dalam usaha untuk memperpanjang kemungkinan hidup Riley. "Saya ingin Amy dan Jason tahu bahwa satu-satunya yang tidak bisa direnggut oleh penyakit ini adalah cinta orang tua kepada anaknya. Penyakit ini telah menghancurkan hatiku berkeping-keping, namun aku ingin mereka tahu bahwa Riley masih akan bisa menikmati hidupnya meski memakai tracheotomy seperti Autumn dulu. Penyakit ini telah memberiku kekuatan untuk berjuang lebih keras dari yang pernah aku lakukan, serta menunjukkan padaku bahwa aku bisa mencintai seseorang (Autumn) dengan sangat dalam. Aku menginginkan hal yang sama terjadi pada Amy dan Jason", kata Kenney.

copyright people.com/Amy Marquis

Amy mengaku bahwa ia sering sedih jika melihat anak-anak seusia Riley bisa bermain bebas dan memanjat. "Aku berpikir 'oh, aku harap Riley bisa seperti itu'. Tapi kemudian Riley melihatku dan tersenyum. Dan hal itu menyadarkanku bahwa Riley dianugerahkan kepada kami karena suatu alasan. Salah satu alasan yang kami sadari adalah saat melihat Riley tetap bahagia meski ia kesakitan. Hari demi hari, dia adalah inspirasi," tutup Amy.

"Hari demi hari, dia adalah inspirasi". Suatu pernyataan yang sangat indah dan mendalam. Senyum yang selalu tergambar di wajah Riley meskipun ia menderita, mampu memberikan kekuatan ekstra bagi kedua orang tuanya. Tetap kuat dan ceria, Riley, semoga lekas sembuh...

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading