Sukses

Lifestyle

Air Mata Anggota Dewan Wanita di Jepang Saat Mendapat Hinaan Tentang Pernikahan

Jika sudah berurusan dengan budaya, Jepang dan Indonesia memiliki kemiripan, terutama dari segi tanggung jawab gender. Sama seperti di Indonesia, wanita di Jepang memiliki tanggung jawab untuk menikah, merawat suami dan mendidik anak-anaknya. Namun sebagai negara dengan tingkat kelahiran yang sangat kecil, wanita Jepang mendapat  tekanan lebih, terutama wanita yang bekerja.

Kita tahu bahwa Jepang memiliki jumlah orang lanjut usia yang lebih banyak ketimbang bayi dan anak-anak. Artinya, tingkat kelahiran di Jepang makin mengkhawatirkan. Banyaknya warga Jepang yang tidak ingin menikah dan tidak ingin memiliki anak menjadi salah satu sebabnya. Namun seperti biasa, seolah sudah menjadi hal alami, kesalahan ini diarahkan pada wanita sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas berkurangnya tingkat populasi di Jepang.

Wanita Jepang masih sering mendapat tekanan akan pernikahan dan kelahiran anak | Foto: copyright: thinkprogress.org

Beberapa waktu lalu, seorang anggota Dewan di Jepang bernama Ayaka Shiomura mengemukakan pendapatnya tentang peningkatan layanan bagi wanita, terutama pada wanita hamil dan yang memiliki balita, juga untuk para ibu yang bekerja. Maksud baik Ayaka berbuah pahit, saat dia masih menyampaikan pendapat, seorang anggota Dewan pria meneriakinya dengan kata-kata yang tidak pantas.

"Hei idiot, segeralah menikah!" ujarnya, seperti dilansir oleh news.yahoo.com. "Apakah kamu sendiri bisa merawat anak?" lanjut pria tersebut.

Masih dalam kondisi kaget dan seperti mendapat tamparan karena mendapat hinaan di depan banyak orang, Ayaka tetap melanjutkan berbicara dengan mata berkaca-kaca dan suara yang pecah. Saat kembali ke tempat duduknya, tampak Ayaka mengusap matanya dengan sapu tangan.

Berita ini langsung menyebar dengan cepat secara online dan menimbulkan reaksi keras atas apa yang dialami Ayaka. Sebagai gambaran, kondisi para wanita di Jepang berada di titik yang serba salah. Bahkan, wanita-wanita Jepang yang bekerja dianggap kurang berguna dan semakin disalahkan atas semakin menurunnya jumlah kelahiran di Jepang.

Permintaan maaf di depan para wartawan | Foto: copyright asahi.com

Walau demikian, tidak ada alasan bagi seseorang untuk menghina seorang wanita di depan banyak orang, apalagi dalam lembaga pemerintahan. Akibat kejadian ini, Akihiro Suzuki (anggota Dewan yang menghina Ayaka) meminta maaf dengan membungkukkan badannya. Banyak orang berharap agar kasus penghinaan seperti ini tidak terjadi lagi.

Sama seperti di Indonesia, wanita di Jepang masih terus berjuang untuk mendapatkan kesetaraan di bidang pekerjaan. Dilansir CNN.com, wanita pekerja di Jepang mendapatkan gaji 30 persen lebih sedikit dibanding pria. Jumlah wanita yang menjadi manager juga sangat rendah, hanya 3 persen saja.

Perjuangan ini masih panjang, agar para wanita bisa mendapat kesetaraan tanpa membedakan jenis kelamin ataupun gender. Semoga kasus yang sama tidak terulang, baik di Jepang maupun negara lainnya.

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading