Sukses

Lifestyle

Sosok Tante Dolly di Balik Lokalisasi Pelacuran Terbesar Se-Asia Tenggara

Kawasan Dolly... Anda pasti sudah familiar dengan kawasan yang kabarnya menjadi lokalisasi pelacuran terbesar se-Asia Tenggara ini. Tapi tahukah Anda siapakah yang pertama kali "merintis" kawasan yang berada di sudut kota Surabaya, Jawa Timur ini?

Sosok Si Noni Belanda Bernama Dolly
Kawasan Dolly ini dulu sebenarnya adalah tempat pemakaman warga Tionghoa pada zaman penjajahan Belanda. Seperti yang dilansir oleh Merdeka.com, pemakaman ini kemudian disulap menjadi tempat prostitusi khusus bagi para tentara Belanda oleh seorang Noni Belanda yang bernama Dolly.

Berdasarkan kisah tutur dari sejumlah masyarakat Surabaya, Tante Dolly hanya menyediakan beberapa gadis untuk bekerja sebagai pekerja seks komersial. Tugas para gadis ini adalah untuk melayani para tentara dari negeri kincir angin. Para tentara itu juga akhirnya sering kembali lagi karena merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh gadis asuhan Tante Dolly.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat luas semakin mengenal gang Dolly. Sehingga pengunjung yang datang bukan hanya para tentara atau prajurit Belanda tetapi juga para penduduk pribumi. Para saudagar yang berdagang di Surabaya pun tak ketinggalan untuk ikut mendapatkan layanan dari para PSK.

Pendiri Rumah Pelacuran Pertama
Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar dalam bukunya yang berjudul "Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly" terbitan Grafiti Pers, April 1982 juga membahas kisah si Noni Belanda ini. Noni Belanda yang memiliki nama lengkap Dolly Khavit menikah dengan pelaut Belanda. Ia kemudian membangun rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur I.

Kawasan Dolly tadinya adalah makam Tionghoa dan wilayahnya meliputi wilayah Girilaya, berbatasan dengan makam Islam di Putat Gede. Dengan banyaknya pendatang yang ada di kawasan itu, bangunan-bangunan makam pun dihancurkan dan kerangka yang ada di dalam makam harus dipindahkan. Siapapun bisa bebas mendapatkan tanah bekas makam tersebut.

Seorang warga yang tinggal di sekitar kawasan Dolly bernama Teguh menjelaskan kepada Merdeka.combahwa dulu ada seorang turis India yang meninggal di wisma Tante Dolly di Cemara Sewu. Karena kasus yang terjadi pada tahun 60-an tersebut, wisma Tante Dolly harus diberi garis polisi dan pemerintah memutuskan untuk melokalisir lokalisasi itu di kawasan Jarak.

Wanita Penghibur "Asuhan" Tante Dolly yang Berkelas
Tante Dolly memang sangat populer dan terkenal saat itu. Selain karena memang parasnya yang cantik, Tante Dolly juga memiliki gadis-gadis yang berkelas. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan bisnis Tante Dolly dan namanya yang dijadikan nama lokalisasi tersebut.

Keturunan Tante Dolly pun disebut-sebut masih ada hingga sekarang tetapi tidak meneruskan "bisnis" seperti yang dilakukan oleh Tante Dolly ini.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading