Sukses

Lifestyle

Indonesia Tidak Bisa Menjaga Kekayaan Faunanya, Benarkah?

Sebagai negara yang memiliki luas luar biasa dan aneka warisan flora dan fauna, Indonesia bisa dikatakan sebagai surganya berwisata. Anda bisa pergi ke gunung, pantai, museum, kebun binatang dan aneka tempat wisata lain yang berada di seluruh penjuru bumi pertiwi. Kita bisa bangga karena banyak hewan asli Indonesia yang tidak ada di negara lain seperti Harimau Sumatera, Orang Utan dan lain sebagainya.

Begitu kaya dan banyaknya flora fauna yang ada di Indonesia, ternyata banyak yang mulai punah. Bukan karena seleksi alam atau cuaca, tapi karena perilaku manusia. Hewan-hewan yang sudah sangat sedikit populasinya ini banyak yang dibunuhi dengan alasan dijual atau diawetkan.

Setelah gajah, harimau, dan orang utan diburu, kini giliran satwa laut dilindungi yang dibantai, yakni penyu. Penyu kini diburu, dibantai dan diambil telurnya di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Penyu hijau yang banyak bertelur di Kepulauan Derawan ini telur-telurnya diambil oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab dan dijual kepada wisatawan.

Rupanya telur-telur hewan laut ini diminati oleh banyak wisatawan. Satu telur dihargai Rp 15.000. Adapun cangkang penyu dewasa dihargai Rp 200.000. Aktivitas jual beli ini tentu saja ilegal karena telur Penyu tidak boleh diambil karena akan mengurangi populasi dan menyebabkan kepunahan. Padahal, berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, penyu dan telurnya dilarang untuk dibunuh atau pun dikonsumsi.

Kepulauan Derawan | (C) http://igeotourism.com/

Kondisi laut yang tercemar, telur-telur yang diambil oleh orang-orang dan diperjualbelikan membuat populasi Penyu Hijau semakin hilang. Lantas kenapa telur Penyu ini banyak diburu dan dibeli? Rupanya telur Penyu hijau (Chelonia Mydas) dan Penyu sisik (Eretmochelys imbricate) bisa untuk dikonsumsi dan dipercaya berpengaruh baik bagi kesehatan.

Dulu, ada ratusan telur Penyu yang menetas di Kepulauan Derawan. Kini, hanya tersisa 15 butir saja, sisanya diambil oleh para pencari telur Penyu. Padahal setiap malam ketika Penyu-Penyu ini saatnya bertelur, bisa ada sekitar 3000 butir telur. World Wildlife Fund (WWF) berusaha turun tangan dengan menempatkan petugas untuk berjaga di Pulau Sangalaki. Namun penduduk malah mengusirnya dengan alasan mengacaukan mata pencaharian mereka sebagai pencari telur Penyu.

Kini Pemerintah berusaha untuk menjaga populasi Penyu denganĀ  memindahkan (relokasi) segera telur penyu begitu induknya selesai menelurkannya. Tempat telur yang baru disamarkan dengan harapan mereka bisa terhindar dari penjarahan. Bila Penyu suatu hari benar-benar punah, manusia lah yang menyesal karena telah mengacaukan ekosistem laut. Semoga mereka segera sadar dan tidak membuat Penyu hanya menjadi cerita di buku saja ya ladies.

BACA JUGA

Handphone Korsleting Saat Dicharge, Sebuah Rumah di Jakarta Terbakar Habis

Donna Trego, Total Meniru Fashion Dan Makeup Ala Lady Gaga

Kisah Hantu Dolly Madison, Ibu Negara Yang Menjaga Taman Bunga

Aku Dan Ibuku Menikahi Pria Yang Sama

Foto Heboh dan Mengharukan, Istri Gendong Suami

4 Hewan Malang Ini Ditelantarkan Kebun Binatang Indonesia

(vem/sya)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading