Sukses

Parenting

Anak-Anak ini Menjadi Korban di Negara Sendiri

Suriah merupakan salah satu negara yang masih terlibat konflik berkepanjangan hingga kini. Seperti yang diketahui, Israel masih saja menyerang Suriah bahkan beberapa kali menggunakan senjata-senjata berbahaya. Sebagai negara yang bersikeras mempertahankan kedaulatannya, Suriah pun bergeming dan selalu berusaha untuk melindungi negaranya agar tidak jatuh ke tangan Israel. Dalam konflik berkepanjangan ini, banyak hal yang dikorbankan dan menjadi korban. Seperti rubuh nya bangunan-bangunan, hancurnya fasilitas publik dan meninggalnya warga Suriah yang tidak bersalah. Begitu banyak akibat merugikan dari serangan Israel ke Suriah, ternyata anak-anak pun juga menjadi salah satu korbannya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menemukan fakta mencengangkan dan membuat miris hati. Terjadi pelanggaran hak asasi di Suriah dengan menggunakan anak-anak dalam konflik bersenjata. Anak-anak di Suriah seolah sudah terbiasa dengan pemandangan yang tidak seharusnya mereka lihat seperti penyerangan, kekerasan, penembakan bahkan pembunuhan. Yang membuat pilu adalah sebanyak 17 kasus pembantaian mulai dari awal tahun hingga sekarang menempatkan korban anak-anak di peringkat pertama. Anak-anak yang seharusnya bersekolah, bermain dan hidup dengan tenang malah diharuskan mengangkat senjata, ikut berperang bahkan menjadi korbannya.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak di Suriah menjadi salah satu korban terbanyak dalam serangan Israel kepada Suriah. PBB berniat turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini namun Presiden Suriah melarangnya. PBB dilarang masuk ke negara itu oleh pemerintahan Presiden Basyar al-Assad dengan alasan PBB bisa membocorkan kondisi negara Suriah kepada Irak. Selain di Suriah, rupanya konflik yang menyebabkan anak-anak meregang nyawa juga terjadi di Irak. Semenjak Amerika Serikat menginvasi Irak, anak-anak di Irak kini banyak yang putus sekolah, tidak memiliki tempat tinggal yang layak bahkan kehilangan kedua orangtuanya akibat peperangan. Anak-anak inipun tidak terjamin hidupnya dan tidak sedikit yang akhirnya menjemput ajal di tanah kelahiran mereka sendiri.

Anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun di Suriah setiap hari hidup di dalam kondisi mencekam. Salah satu laporan membuat PBB bersikeras ke Suriah yakni insiden di Kota Deera dua bulan lalu di mana pembantaian terjadi dan anak-anak harus menyaksikan orang tua mereka dibunuh. Anak-anak ini tentu akan merasakan beban psikologis dan mental karena kejadian-kejadian keji yang mereka saksikan. Trauma mendalam dan ketakutan yang semakin tinggi menjadi momok bagi anak-anak ini.

Tidak ingin semakin banyak anak-anak yang menjadi korban dari konflik Suriah dan Israel, PBB hingga kini masih mencari cara untuk masuk ke Suriah untuk menyelidiki kejahatan kemanusiaan dari dua belah pihak, Assad dan pemberontak. PBB berharap dapat menghindarkan anak-anak di Suriah dari mimpi buruk dan hal-hal tidak manusiawi yang terjadi di sekitarnya. Anak-anak di Suriah berhak untuk mendapatkan kebahagiaan seperti anak-anak lain di seluruh dunia. Anak-anak ini memiliki masa depan, dan tidak seharusnya menjadi korban dari konflik yang berkepanjangan.

(vem/Sya)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading