Sukses

Lifestyle

Napak Tilas Islam di Eropa Melalui Buku Berjalan di Atas Cahaya (Kisah 99 Cahaya di Langit Eropa)

Oleh : Sri Purwatik

Investasi berharga dalam sebuah kehidupan tak hanya bernilai investasi materi.  Investasi sosial adalah salah satu nilai penghubung antar setiap insan yang memiliki keyakinan. Di mana keyakinan seseorang yang menganggap tak ada istilah “orang tidak penting”, karena setiap orang adalah penting dan memiliki peranan masing-masing dalam kehidupan.

Setiap mereka adalah jalan keluar. Satu demi satu dari mereka adalah jembatan-jembatan untuk mengarungi perjalanan. Mereka adalah malaikat-malaikat Tuhan yang Dia kirim untuk  kita. tak peduli dari mana mereka berasal. Yang kita kenal jauh sebelum kita sadar bahwa kita mengenalnya. Hubungan yang baik dan terus terjaga adalah salah satu tabungan investasi sosial dalam mengarungi perjalanan hingga berjumpa dengan batas waktu kita masing-masing.

Tangis haru meledak ketika membaca setiap rangkaian kata yang tersusun menyiratkan banyak pelajaran dan makna. Di tengah perbedaan dimensi kehidupan di dunia ini, hanya satu yang mampu menguatkan hati, keyakinan. Setiap muslim harus mampu menggenggam erat iman mereka di tengah-tengah sekulerisme Eropa. Inilah nasib kaum minoritas di Eropa yang tercermin dalam buku ini. Ketika satu titik kepercayaan dipertaruhkan dengan tuntutan keduniawian, maka hanya tekad mempertahankan iman-lah yang menjadi kekuatan.

“Dalam ajaran Islam, kita belajar ilmu Tauhid dan Birulwalidain. Bagaimana bila ketika kepercayaan beragama kita berbeda dengan orangtua ? Ketika Tuhan datang dengan hidayah Islam kepada orang-orang terpilih ? Pada saat yang sama Tuhan mewajibkan kita untuk menghormati dan menghargai orangtua kita meski berbeda pegangan hidup ?”.

Buku ini memberikan satu solusi jawaban indah yang pernah saya baca. Pelajaran hidup dari seorang Markus, mualaf di desa Neerach yang menikah dengan muslimah asal Singapura.  Dia terlahir dari seorang ibu penginjil yang terhormat. Dia sendiri didaulat menjadi seorang uztad diantara orang-orang Islam. Cita-cita terbesar dia saat ini adalah pergi haji, namun dia masih akan terus mencium kaki ibunya setiap saat dia menyambangi ibunya. Terkadang bagi kita yang telah terlahir dalam Islam, dalam keluarga lingkungan Islam yang utuh kita mungkin tak sadar bahwa itulah anugerah besar yang Allah berikan kepada kita, sebagai jalan untuk meraih cahaya surgaNya.

Keajaiban dari Allah itu sudah banyaklah yang terjadi. Allah Maha Melihat setiap usaha makhlukNya dalam berikhtiar. Semua keinginan dan harapan itu harus diusahakan dulu, lalu biarkan Dia yang mencarikan jalan keluar terindah untuk kita lalui dalam meraih pencapaian itu.

Penulis menceritakan, hidup di Negara Barat tidak semudah hidup di tengah mayoritas keislaman. Keyakinan para agen Muslim di Benua Biru sangatlah kuat. Dengan berbekal “Dengan alasan Allah sebagai Rabb-ku”, para agen Muslim ini tak gentar melangkah dan selalu istiqomah merajut keimanan mereka. Sungguh malu rasanya, bagi kita yang berada ditengah kaum mayoritas ini kalah berikhtiar dalam urusan ke-istiqomahan dalam menggenggam erat islam.

Ketika semua menjadi mungkin. Allah takkan begitu saja melepaskan kita dalam dimensi baru kehidupan. Dialah Maha Petunjuk jalan terindah dalam hidup. Kepercayaan dan iman, bahwa Allah lebih dekat daripada urat nadi kita sendiri. Dia lebih tahu dari apa yang kita ketahui. 

Tangisan kerinduan semakin tercucur deras, ketika membaca epilog buku ini. Hati semakin merasakan kerinduan teramat besar kepada Masjidil Haram, sungguh Rumah Allah yang selalu dinantikan untuk bisa mengunjunginya dengan penuh ketulusan doa. Bukan uanglah yang menjadi modal utama untuk kesana, tapi keyakinan yang kuatlah yang menjadikan modal terbesar kita. Keyakinan, bahwa Allah akan mengundang kita ke RumahNya. Undang kami Ya Robby. Kami yang ingin terus berjalan di atas cahaya, untuk memetik cahaya yang lebih terang dan indah.

(vem/dyn)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading