Sukses

Lifestyle

Tak Ingin Keutuhan Rumah Tangga Terancam, Persahabatan 15 Tahun Dikorbankan

Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Kocok-Kocok Ceria ini benar-benar bikin terharu. Persahabatan yang sudah dibangun bertahun-tahun itu akhirnya tak bisa dipertahankan karena sebuah alasan.

***

Kami berempat sudah bersahabat sejak SMA. Setelah lulus dan melanjutkan kuliah di universitas yang berbeda-beda pun kami masih sering berkumpul bersama secara rutin. Saling curhat, saling bantu, terutama kalau sudah menyangkut topik laki-laki. Tidak pakai arisan memang, tapi kami selalu berusaha bertemu.

Persahabatan kami memang tidak sempurna, terutama soal cinta. Si A dipaksa menikah karena hamil hanya untuk ditinggal pergi oleh sang pacar setelah si anak lahir dan kini tengah mengurus perceraian. Si B punya anak di luar nikah dengan seorang laki-laki yang kita tidak kenal. Tapi kami bisa melalui semua itu karena kami ada untuk satu sama lain. Namanya girls squad kan harus saling bahu membahu di masa sulit dan ikut berbahagia di saat senang.

Saya sendiri, di usia yang hampir mendekati 35 ini, masih memperjuangkan jodoh yang berbeda ras dan agama. Bukan hanya mencari restu orang tua tetapi juga cara melewati birokrasi pemerintah yang berbelit-belit untuk mendaftarkan pernikahan secara resmi. Hanya teman kami si C yang beruntung kalau sudah bicara cinta, menemukan seorang pria baik di kantornya. Pacarannya termasuk lancar hingga ke jenjang pernikahan, lalu mereka punya seorang anak yang cantik walaupun semuanya juga dilalui di usia yang sudah kepala 3.

Kami masih sering bertemu baik untuk bertukar cerita ataupun playdate bersama anak-anak. Sampai suatu hari, C menghilang. Pamit dengan sepenggal kalimat misterius di grup What's App yang berbunyi, “Maaf gue harus left. Ini bukan kemauan gue tapi demi menyelamatkan rumah tangga dan anak gue. Gue tidak bisa lagi berteman dengan kalian semua.” Saya tertegun membaca pesan tersebut, yang dikirimkan secara mendadak hanya beberapa hari setelah kami berkumpul merayakan ulang tahun anak si B.

Kehilangan sahabat tak pernah mudah./Copyright id.pinterest.com/alliecritt

Sejak itu saya sendirian. Kami bertiga kesulitan melanjutkan pertemanan dan tidak bisa berpura-pura bahwa semua baik-baik saja dengan pamitnya C. Girls squad yang sudah ada dan menjadi support hidup saya selama hampir 15 tahun ini hilang tidak bersisa kecuali satu pertanyaan tentang ada apa di rumah tangga C. Saya kemudian mendapatkan jawabannya beberapa bulan kemudian dari mulut seorang teman, yang bukan merupakan bagian dari girls squad saya tapi kebetulan cukup dekat dengan kami semua di SMA.

Suami C merasa pertemanan kami membawa pengaruh buruk bagi istrinya, karena kami kurang beruntung dalam hal cinta. Perkawinan mereka indah, sementara kami bertiga memiliki luka. Karena itulah sang suami mengancam C untuk memutuskan pertemanan dan keluar dari girls squad atau dia akan pergi dengan membawa anak mereka. C menyerah kalah dan mengorbankan kami bertiga demi rumah tangga yang bahagia.

Saya sedih. Girls squad adalah tempat di mana kami bisa nyaman jadi diri sendiri dengan ketidaksempurnaan kami dan masih bisa bahagia. Namun ternyata hal tersebut menjadi bumerang buat C yang kehidupan pernikahannya baik-baik saja. Mungkin kami seperti penyakit menular, sehingga suami C takut ‘cacat’ yang ada bisa menular ke keluarganya. Sekarang saya memahami bahwa di girls squad, tujuan kita adalah mencari kebahagiaan. Dan ketika ada teman satu geng yang menemukan kebahagiaan itu di luar sana, saya harus mengikhlaskannya.





(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading