Sukses

Lifestyle

Stigma Negatif Janda dan Beban Berat yang Tak Dipahami Masyarakat

Janda berarti wanita yang tidak bersuami lagi, baik karena cerai maupun karena ditinggal mati oleh suaminya (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).

Pria maupun wanita yang telah menikah kemudian berpisah, baik disebabkan karena perceraian maupun kematian adalah berstatus sama. Yang disayangkan, budaya ketimuran memberi kesan negatif kepada janda daripada duda. Kaum janda seringkali ditempatkan sebagai wanita pada posisi yang rendah, lemah, tidak berdaya dan membutuhkan belas kasih sehingga dalam kondisi sosial budaya seringkali terdapat ketidakadilan. 

Semakin maju zaman dan pendidikan tidak membuat stigma status janda membaik. Lihat saja beberapa lagu, film dan beberapa oknum yang menjelekkan/merendahkan status janda itu sendiri. Seorang janda sering diperlihatkan sebagai wanita lemah, tak berdaya, bahkan menjadi si penggoda suami orang. Saat seorang wanita berstatus janda, maka selentingan negatif mulai bertebaran. Berbeda dengan pria yang terlihat tetap terhormat dengan status sebagai duda.

Di budaya kita sendiri, seorang janda akan menjadi pergunjingan luar biasa. Apalagi di daerah pedesaan, dimana kata janda masih awam sekali di telinga mereka. Menjadi janda itu sangat rentan dari segala permasalahan dan pandangan masyarakat sehingga banyak dari mereka yang sedikit berlebihan dalam menanggapi status itu. 

Menjadi Seorang Janda Lebih Berat Dibanding Duda

Yang sering dikesampingkan masyarakat, seorang janda justru sering menanggung beban lebih berat dibanding duda. Di satu sisi dia berperan sebagai ibu dari anak–anak yang (seringkali) ditelantarkan oleh ayahnya, di sisi lain dia harus berperan sebagai kepala keluarga untuk memberi nafkah pada anak-anaknya.

Tentu saja berat menjadi seorang janda, dia harus tetap menjaga harkat dan martabat dirinya di tengah–tengah stigma negatif masyarakat dan harus mampu bertahan demi diri sendiri dan anak-anak tanpa didampingi sesosok pria yang bisa menjaga, menyayangi dan mengayominya.

Menjadi seorang janda bukanlah sebuah cita-cita, keinginan, maupun harapan seorang wanita. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menyandang status janda, bahkan status janda merupakan status sangat ditakutkan oleh seluruh wanita di dunia ini. 

Menurut Ollenburger dan Moore (1996) mengenai norma yang berlaku di masyarakat, menyatakan bahwa kehidupan seorang wanita yang menyandang status janda sangat memengaruhi psikis dikarenakan wanita cenderung hidup lebih lama dari pria. Wanita pada umumnya menikahi pria yang usianya lebih tua dari mereka sendiri, pria tua lebih mungkin menikah kembali dibandingkan wanita tua. Adanya norma-norma sosial yang kuat, yang menentang perempuan tua yang menikahi pria muda, dan juga norma-norma yang menentang wanita tua menikah lagi. 

Menjadi janda sesungguhnya adalah hal yang serba salah, bagaimana tidak janda akan diliputi kegalauan luar biasa tentang statusnya sekarang. Akankah status itu dia buka ke masyarakat luas atau hanya dia simpan untuk dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya semua akan terbongkar jika akan tiba saatnya semua itu terbongkar. Hal inilah yang sering menyebabkan psikis seorang janda sendiri terganggu, janda takut mengungkapkan statusnya tetapi jika tidak diungkapkan akan lebih sakit slentingan yang beredar tentang status yang ia sandang saat ini.

Godaan Laki-Laki Karena Dianggap Kurang Kasih Sayang

Hal lain yang sering ditakutkan wanita dengan status janda adalah banyak laki-laki yang akan masuk dalam kehidupannya dan membanggakan tentang dirinya dan niat baiknya untuk menikahi seorang janda. Selain itu akan banyak juga pria mencoba mengelabui janda agar jatuh dalam pelukannya, sebab janda sering dianggap wanita lemah dan haus akan kasih sayang. Banyak kasus pria menggoda seorang janda dengan iming-iming kebahagiaan sesaat.

Alasan itulah yang sering membuat para janda menutupi statusnya, sebab khawatir banyak laki-laki datang hanya untuk menganggu dan menggoda. Sedangkan ketika mereka tidak mengungkapkan status janda secara jujur, sulit bagi janda itu sendiri untuk mencari pengganti suami mereka lagi. Tidak ada seorang janda pun yang ingin untuk berlama-lama menyandang status janda, dan manusiawi sekali jika janda menginginkan dia diayomi, dilindungi dan disayang layaknya wanita pda umumnya.

Akhir dari dilema seorang janda adalah menjadi diam dengan statusnya, diam menerima perilaku yang tidak menyenangkan dan menjadi seseorang yang tertutup. Berat menyembuhkan luka yang mereka rasakan, berdiri sendiri menyandang tugas ganda, menjadi kuat untuk anak-anaknya, menghilangkan rasa trauma yang ia rasakan dan anaknya (jika terjadi KDRT dalam keluarganya).

Sungguh berat menjadi “janda”.

Jadi janganlah kita mengucilkan janda. Janda juga ingin didengar dan diayomi bukan menjadi bahan pergunjingan, apalagi jika janda itu memiliki anak, menyembuhkan psikis anak sangatlah berat bagi seorang janda. Mencoba menutup telinga demi anaknya dan menguatkan anaknya dari gunjingan orang lain. Janda itu tidak selamanya jelek, tidak selamanya mengganggu hubungan orang, tidak selamanya dia hina. Janda bisa berkarya, bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan bisa menjaga perilakunya. Jadi terima kami, hargai kami karena kami juga bisa menjadi orang yang bermanfaat dan membanggakan untuk kalian.

 

Dari kami,

SPINMOTION Indonesia

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading