Sukses

Lifestyle

Takdir Tuhan Tak Akan Berbenturan Satu Sama Lain

Adakah yang alergi atau keburu meriang dengar pertanyaan “kapan?”. Padahal kalimat sambungannya belum keluar, lho, cuma pada konteks situasi tertentu, satu kata ini saja sudah sangat horor, apalagi disertai kalimat selanjutnya.

“Kapan nikah?”
Wah ini, konon adalah pertanyaan maut yang kerap menghantui si Mblo jika mau ada pertemuan keluarga. Seringkali datangnya tak kenal kondisi, seolah-olah menjawabnya sesimpel nyebut tanggal lahir.

Lagi seru-serunya ngobrol hangat bersama keluarga, eh muncul pertanyaan itu, jadi awkward, kan. Apalagi kalau direnteti dengan, “Udah umur segini lho, tante dulu seumur kamu udah gendong anak dua.” Dhuuaar... rasanya pengin salim terus pamit pulang.

“Kapan hamil?”
Pertanyaan ini sejujurnya sangat sensitif, terlebih pasti ditanyakan pada pasangan yang sudah sekian bulan menikah tapi perutnya tak kunjung membesar. Ah, jangankan sudah berbulan-bulan, kadang baru sebulan nikah, bulan depannya sudah ada yang melirik perut dengan tatapan kepo.

Saya, termasuk beruntung karena lolos dari dua pertanyaan dahsyat di atas, begitupun pertanyaan lanjutan dari, "Kapan ngasih adek buat si sulung?”

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Sebaliknya, pertanyaan yang seringkali saya dapatkan adalah “ Di rumah aja, nih? (habis resign) kapan mau kerja lagi?
Tambahannya, “Biaya sekolah anak-anak tambah tinggi, lho.”

Saya sendiri sering bingung menjawab pertanyaan ini, bukan karena saya tidak ada rencana hidup, juga bukan merasa sudah banyak tabungan buat masa depan tapi namanya rencana hidup bisa saja berubah. Dulu, saya menargetkan setelah anak umur sekian, saya akan kembali bekerja. Nyatanya tidak semudah itu juga saya berpindah posisi.

Support system yang baik, konsekuensi positif dan negatif yang akan timbul, semua harus dipikirkan. Seiring waktu berjalan, saya kembali merenungkan, apa saya memang harus kembali bekerja? Apakah kondisi sekarang ini setara dengan yang akan didapat/hilang saat saya bekerja? Ini yang seringkali tidak dipahami orang lain, seolah-olah mengatakan, jadi stay at home mom adalah status sementara sebelum kembali melanjutnya tujuan hidupnya sejak awal, padahal, bisa saja berbeda bagi setiap orang kan.  

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Banyak juga ternyata mama yang memang dari awal ingin di rumah, bukan nyambi nunggu anak gede. And they've got happy life, apapun kondisinya. Sesederhana itu.  

Pada akhirnya, pertanyaan tersebut sering kali saya tinggalkan karena tak akan pernah usai dipertanyakan. Jika saya bilang belum mau, persoalan tidak begitu saja selesai. Jika saya tentukan waktunya pun, akan selalu ada sanggahan kenapa tidak lebih cepat dari yang sudah direncanakan.

Saya percaya, waktunya akan datang. Apakah saya dapat sumber penghasilan sendiri atau rezekinya lewat suami. Takdir Tuhan tak pernah berbenturan dengan takdir lainnya, semua sudah diatur.  
Setiap orang punya waktunya masing-masing.  



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading