Sukses

Lifestyle

Nostalgia Kuliner 'Yang Manis Yang Terlupakan'

Vemale.com - Dipandu Arie Parikesit, seorang pengamat kuliner Indonesia, perjalanan manis ini dimulai dengan mengunjungi salah satu tempat kuliner kenangan yang kini masih berdiri kokoh, yaitu Toko Roti Tan Ek Tjoan yang berlokasi di Cikini. Toko roti tertua ini berdiri pertama kalinya di Bogor tahun 1921 dan kemudian membuka outletnya di 1953 di Jakarta, hingga kini tetap konsisten menghadirkan roti segar dengan tekstur lembut dan padat yang merupakan ciri khas roti warisan Belanda dan Indonesia. Dengan menggunakan proses pembuatan yang sama selama hampir satu abad lamanya, toko roti ini menciptakan roti manis serta kue – kue lezat yang telah menjadi favorit keluarga Indonesia, dari dulu hingga kini. Kini toko roti yang telah berdiri hampir satu abad ini mencoba menyesuaikan produknya dengan selera yang sedang digemari.

Foto: dok. WomanKapanlagi
Pada kesempatan ini, awak media diundang untuk melihat langsung ke dalam proses pembuatan juga peralatan yang digunakan. Konon awalnya gula pasir digunakan sebagai bahan pembakar yang diletakkan di bawah alat pemanggang roti dengan bata sebagai penyanggah. Beberapa pegawai yang telah bekerja selama puluhan tahun nampak terlihat mahir menguleni adonan roti. Beberapa roti andalan yang bisa Anda nikmati di Tan Ek Tjoan seperti coklat poles, nougat (isi kacang & taburan tepung gula), roti sarinah (taburan kacang dibagian luar), dan juga roti gambang yang sudah hampir jarang kita temukan. Roti Gambang merupakan roti berbentuk panjang, yang di masanya beberapa puluh tahun lalu, roti dengan tekstur keras berwarna coklat ini merupakan teman minum teh pahit paling pas saat berkumpul dengan keluarga.

Foto: dok. WomanKapanlagi
Hari telah menjelang siang, rombongan media masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan. Sekotak roti jadi bingkisan manis dari Toko Roti Tan Ek Tjoan. Perjalanan selanjutnya menuju jalan Senopati, tempat Rempah-Rempah Restaurant siap menyambut dengan makanan khas tradisional, pelepas kangen Anda akan makanan rumahan yang mulai jarang kita temukan. Menu–menu tempo doeloe seperti Abon Tembakau Deli, Ayam Rempah, Anyang Jantung Pisang, Ikan Arsik dan menu lainnya yang menyentuh memori manis masa lalu pun bisa Anda temukan di sini.

Foto: dok. WomanKapanlagi
Jika kembali kita telaah, berapa banyak dari kita lebih mengenal menu–menu Internasional ketimbang menu makanan Indonesia. Meski begitu, saat ini perkembangan pecinta kuliner khas Nusantara juga sangat menggembirakan. Banyak beberapa di antara mereka bahkan siap hunting ke pelosok, untuk dapat menikmati menu–menu langka, yang beberapa bahkan sudah hampir tidak bisa kita temukan, kecuali di acara - acara khusus.

Foto: dok. WomanKapanlagi
Sesuai dengan namanya, Rempah–Rempah Restaurant mengangkat kelezatan menu khas Nusantara yang kaya akan rempah. Kurang lebih 30 kekayaan rempah Indonesia digunakan untuk ragam menu – menu yang dihidangkan di resto ini. Salah satu rempah, yaitu bunga kecombrang sebagai penguat rasa, banyak digunakan di menu–menu restoran dengan aksen dekor rumah tempo doeloe. Menu Abon Tembakau Deli adalah salah satu menu yang patut Anda coba. Suiran krispy daging goreng (layaknya dendeng) yang telah diproses tanpa lemak ini memiliki rasa krispi yang kaya akan rempah, menghadirkan sensasi kres yang nikmat. Gulai ikan asap, menu khas dari Medan yang menyajikan menu ikan limbab (semacam ikan lele) dengan aroma asap dan bumbu rempah-rempah yang kuat. Ada lagi ayam rempah dengan gorengan ayam bersama campuran daun yang juga digoreng renyah bersama ayam. Beberapa daun tersebut adalah daun kari, pandan muda, daun jeruk, dan daun-daun lain yang bisa dimakan. Makanan Indonesia memang selalu dikenal dengan menu sambalnya, dan Rempah – Rempah Restaurant juga menyajikan menu sambal yang beragam seperti: sambal terasi, sambal ijo, sambal pencit, sambal mangga, sambal sereh, sambal matah (sambal minyak) dan masih banyak lagi. Media Sweet Getaway ini berakhir di Situ Babakan. Setelah puas memanjakan rasa dengan menu–menu kaya rempah, rombongan melanjutkan perjalanannya menuju daerah yang dikenal sebagai Kampung Betawi, sebuah perkampungan yang syarat akan budaya Betawi. Mulai dari desain rumah–rumah khas Betawi yang masih apik berdiri kokoh, hingga jajanan yang tersedia dengan penjaja warung yang ramah melayani dengan logat Betawi yang kental. Para media juga diajak untuk melihat langsung pembuatan dodol dan bir pletok, mencoba dan melihat proses pembuatan es dung-dung, yaitu es tradisional yang masih menjadi idola tua dan muda ini, sebagai penutup manis perjalanan Nostalgia Kuliner Tempo Doeloe. (vem/ana/miw)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

    Loading