Sukses

Beauty

Jangan Bohong Pada Dokter! II

Vemale.com - Artikel Sebelumnya: Jangan Bohong Pada Dokter!

“Saya pelaku seks aman.”

Kekasih Anda mungkin saja tak siap untuk seks aman. Percayalah bahwa sering sekali terjadi kehamilan tak direncanakan atau penularan penyakit seksual, bahkan pada orang-orang yang seharusnya sudah paham pentingnya pengaman dalam hubungan seksual. Survey dari The Center for Sexual Health Promotion di Indiana University in Bloomington pada 2010 mengungkap bahwa dua pertiga orang Amerika kadang-kadang melakukan hubungan seks tanpa kondom. Hal itu terjadi bukan karena kenaifan pada efek hubungan seks bebas. “Saya tahu risikonya, tapi bagaimana lagi, it happens,” kata Anna Sowa, 28 tahun, warga North Carolina, AS. “Meski sudah menyaksikan teman yang menderita karena hubungan seks yang dilakukan tanpa pengaman, seringkali saya tak jujur mengatakan jika saya sudah ‘melanggar aturan’ pada dokter saya.”

Dokter memerlukan data soal seks tanpa pengaman, atau pengalaman seks bebas di masa lalu, atau penyakit organ seksual yang pernah diderita, tentu bukan karena ia tertarik pada kehidupan pribadi Anda. Jika Anda terlalu malu mengakui hal personal ini, tulis saja di selembar kertas dan masukkan pada catatan kesehatan. “Seringkali penyakit seksual menular tak terlihat pada pemeriksaan perdana,” kata Dr. Minkin. Apalagi, dua dari infeksi virus yang paling sering menyerang organ seksual – HPV (Human Papillomavirus) dan Chlamydia, tak menunjukkan gejala apa pun. Antibiotik yang tepat bisa memusnahkan virus. Tapi jika Anda tak diperiksa secara teliti dan serangan virus mengganas, organ reproduksi Anda terancam. Anda bisa sulit hamil dan mengalami sakit tulang selangka berkepanjangan. Yang ironis, meski 60 persen virus HPV bisa menghilang dengan sendirinya dalam jangka waktu enam bulan setelah menyerang tubuh, ada jenis-jenis virus HPV yang menjadi penyebab kanker leher rahim.

“Saya selalu mengonsumsi makanan sehat.”

Setelah tiga hari penuh tak mengasup apa pun kecuali perasan jeruk lemon, sirup maple dan paprika, Catherine Howe Bryant, 32 tahun, merasakan pusing, lambat berpikir, dan tentu saja lemas bukan main. “Bobot tubuh memang turun beberapa kilo, tapi rasanya tubuh saya tidak karuan,” akunya. Meski begitu, ia tetap melakukan yang ia sebut detoksifikasi tersebut saban kali ia merasa sudah kegemukan. Dan ia tak pernah mengatakannya pada dokter. Padahal, pengaturan pola makan yang ekstrim bisa merusak organ.

“Ketika tubuh Anda tak mendapatkan asupan protein yang dibutuhkan untuk regenerasi sel dan memperbarui jaringan, tubuh membakar lapisan otot, termasuk lapisan otot yang melapisi jantung,” kata Arthur Frank, M.D, direktur kesehatan di The George Washington University Weight Management Program di Washington DC. Jika otot jantung terganggu, efeknya adalah jantung berdebar, detak jantung tak beraturan, dan beragam masalah jantung lain. Membiarkan lambung kosong juga memperlambat metabolisme tubuh jangka pendek dan pada akhirnya justru mempersulit proses penurunan berat badan.

Apa pun alasan langsing Anda, agar bisa berbikini selama liburan atau ingin lebih gesit saat ingin ikut marathon, ceritakan pada dokter. Dia tentu punya saran bijak dan rekomendasi ahli gizi yang bisa membantu Anda lebih langsing dengan sehat yang jelas-jelas lebih aman dibandingkan detoksifikasi asal-asalan. Intinya, janganlah mudah percaya kepada diet yang menganjurkan pelakunya untuk tidak makan selama beberapa waktu. Bagaimanapun, tubuh Anda butuh nutrisi dari makanan. Jadi, jangan sembarangan berdiet, ya!

“Rasanya tubuh saya baik-baik saja, kok!”

Kira-kira satu dari delapan perempuan mengalami depresi dalam kurun waktu tertentu, tapi tak mudah mengakui bahwa ia butuh pertolongan ahli. Pria pun tak luput dari depresi, dan jumlahnya lebih besar dari perempuan. Selain selalu merasa sedih, diliputi rasa bersalah, serasa tidak punya harapan, dan gampang marah, perempuan depresi bisa cepat naik atau turun bobot tubuhnya. “Cobalah jujur pada dokter Anda soal suasana hati yang Anda rasakan. Anda boleh menceritakan perubahan perasaan, pemikiran, atau perilaku yang akhirnya memengaruhi hubungan Anda pada teman atau situasi rumah dan kantor,” kata David Fassler, M.D., pakar psikiatri klinis di The University of Vermont College of Medicine di Burlington. Dengan kejujuran tersebut, dokter Anda bisa memilah-milah sebab penyakit Anda, dan mengesampingkan virus atau fungsi tiroid atau kesalahan obat saat melakukan diagnosa. Ia akan lebih mudah mengevaluasi gejala klinis karena tekanan psikis atau merekomendasikan ahli kesehatan jiwa yang berpengalaman. Jangan cemas, karena saat ini banyak pilihan pengobatan kejiwaan, dari konsultasi psikologi hingga konsumsi obat antidepresi. So, jujurlah pada dokter Anda. [initial]

Source: Fitness Magazine, Edisi Februari 2012, Halaman 85

(fitness/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading