Sukses

Parenting

Ayah, Setiap Tetesan Keringatmu adalah Pelajaran Untukku

Selama aku hidup, aku tak pernah melihat Bapak menangis. Sama sekali, tidak sekalipun.

Hidupnya mungkin tak sempurna. Sejak kecil, ia selalu berusaha untuk menghidupi dirinya, bersekolah sebaik mungkin, dan melakukan semua yang ia bisa. Sesekali aku mendengar cerita Bapak ketika ia masih kecil. Ia pernah bercerita bahwa dulu setiap pulang sekolah, ia harus mencari rumput untuk kambing yang dipeliharanya. Di bangku sekolah menengah atas pun, ia rela berjalan berkilo-kilometer jauhnya untuk mencapai sekolahnya. Sejak dulu jauh sebelum aku lahir di dunia, ia sudah tahu apa arti kerja keras.

“My father didn't tell me how to live; he lived, and let me watch him do it”― Clarence Budington Kelland

Bapak tak pernah membentak apalagi memaki-maki. Jika ia marah, ia hanya menggumamkan beberapa kata, tapi itu sudah cukup untuk membuatku kalang kabut. Bapak adalah sosok yang lebih suka langsung melakukan sesuatu tanpa harus basa-basi terlalu banyak bicara.

Sewaktu aku duduk di bangku sekolah dasar, Bapak pernah dikirim bertugas ke Timor Timur (yang sekarang sudah menjadi negara sendiri bernama Timor Leste). Aku ingat ibu pernah berkata bahwa saat itu bapak akan pergi bertugas jauh sekali. Bahkan, "Lebih jauh dari Jakarta," kata Ibu. Saat itu aku sama sekali tak punya bayangan di mana Timor Timur, aku hanya tahu bahwa itu tempat yang sangat jauh sekali. Selama satu tahun (atau dua tahun, aku lupa), sebagai prajurit yang mengabdi pada negara, Bapak bertugas di sana. Saat itu alat komunikasi hanya bisa melalui telepon dan bapak setiap beberapa minggu sekali menyempatkan untuk menelepon lewat jaringan telepon kantor. Mendengar suara Bapak yang jauh di sana saat itu rasanya sudah membuat hati bahagia.

"My father gave me the greatest gift anyone could give to another person, he believed in me."-Jim Valvano

Ia sosok yang selalu sabar mengantarku pergi ke sekolah setiap pagi. Terkadang ketika sedang tidak sibuk bekerja di kantor, ia pun akan menjemputku dari sekolah. Sejak sekolah dasar bahkan hingga sudah bekerja seperti sekarang, Bapak selalu menjadi seseorang yang selalu menemaniku ke mana pun aku pergi. Selalu memastikan aku pulang dan berangkat dengan selamat, di mana pun itu.

Aku pernah mengecewakannya, mungkin bukan sekali, tapi berkali-kali. tapi ia tak pernah menunjukkan kemarahannya. Satu pesan yang selalu ia berikan padaku dan adikku ini selalu kuingat, "Jangan melakukan sesuatu dengan setengah-setengah." Terkadang merasa sangat bersalah jika selama ini aku belum bisa membahagiakan dan membuatnya bangga. Tapi ia selalu percaya padaku, selalu memberikan semua keputusan kepadaku, karena ia tak pernah memaksaku untuk melakukan sesuatu hingga detik ini.

Selalu ada pelajaran dari setiap tetesan keringatnya. Ada kasih sayang, cinta, dan perjuangan dalam setiap peluh keringatnya. Ia yang selalu memastikan semua keluarga bisa tinggal di rumah yang nyaman. Ia yang tak pernah lelah untuk melakukan yang terbaik untuk anak dan istrinya. Mungkin ia tak pernah menceramahiku tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup, tapi caranya berjuang untuk keluarga sudah cukup memberitahuku apa arti kerja keras dan bagaimana menjadi orang yang bermanfaat dalam hidup.

Semoga di sisa hidupku, aku bisa menjadi anak yang selalu Bapak banggakan. Sehat selalu, Bapak.

Dan tak ketinggalan, Selamat Hari Ayah :)

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading