Sukses

Lifestyle

Mengapa Semuanya Terasa Berharga Saat Ia Tiada?

"Dulu, saya butuh waktu 10 tahun untuk bisa mengiklaskan kepergian Papa saya untuk selamanya, dan kini saya sedang berusaha mengiklaskan kepergian suami. Saya tahu betul bagaimana arti sebuah kehilangan."

Demikian ucapan sendu seorang ibu bagi seorang anak, yang kini menjadi satu - satunya laki - laki dalam keluarga. Kini sang ibu harus mewarisi tanggung jawab sebagai kepala keluarga, pelindung satu - satunya dalam keluarga. Merelakan kepergian seseorang karena sebuah takdir kematian saja dia membutuhkan 10 tahun lamanya, bukankah setidaknya butuh 10 tahun lagi, bahkan lebih, untuk mengiklaskan kepergian mendiang suaminya?

Salah satu penulis favorit saya, Stephen King pernah berujar,

"We will perhaps, sing the songs we all know in our hearts: 'TIME is short, no one is really okay, life is quick and DEAD is dead.'"


Mungkin sebuah nasihat, pun sebuah peringatan bagi siapapun, bahwa kematian bagaimanapun juga, cepat atau lambat akan menghampiri setiap kehidupan yang ada di alam semesta yang fana. Lalu keabadian akan memeluk mereka untuk selamanya.

Dalam sebuah tulisan saya sebelumnya tentang hidup dan mati, pernah diandaikan: "Jika saja semua makhluk dan utamanya manusia, mengalami mati dahulu lalu dibangkitkan dan menjalani kehidupan, pastilah semua manusia akan jauh lebih menghargai dan menghormati setiap detik kehidupannya." Bukankah penghargaan atas sesuatu yang ada akan terasa lebih tinggi dan terasa jika sesuatu tersebut menjadi tiada? Bukankah kebahagiaan kecil akan lebih terasa, jika saja seseorang pernah merasakan kepahitan tergetir? Dan pastilah orang akan merasakan 'lebih hidup' jika saja dia dibangkitkan dari kematiannya.

Bangkit dari kesendirian layaknya kaku tak bergerak di alam gelap yang sunyinya pun sudah cukup menyakitkan. Hingga saat degup pertama jantungnya yang pertama didetakkan, tarikan nafasnya yang pertama dihembuskan, setiap manusia akan lahir dalam pemahaman bahwa hidupnya sangatlah berharga dan akan memanfaatkan waktunya dalam sebaik - baiknya sikap, perilaku dan tindakan. Namun itu semua hanyalah pengandaian saja. Seringkali manusia lupa bahwa 'hidup itu singkat', 'semua tidaklah baik - baik saja' dan .... kematian? Sudahlah, pasti akan terjadi.

Konon hari Jumat diyakini banyak orang sebagai hari saat Tuhan menciptakan Adam, manusia pertama. Juga hari di mana Adam diturunkan ke muka bumi untuk mengawali kehidupan manusia. Hari Jumat pun diyakini sebagai hari dimana 'akhir dari akhir' akan terjadi alias kiamat. Karena itulah sebagian besar manusia, cemas, kuatir dan ketakutan saat hari akan berubah menjadi Jumat. Karena mereka tahu dan selalu ingat, bahwa di hari Jumatlah semua kehidupan diramalkan akan binasa dan tamat.

Namun setidaknya ada satu keyakinan tentang hari Jumat yang bisa menjadi penyemangat, bahwa konon doa dan pengharapan lebih banyak dikabulkan di hari Jumat dibandingkan di hari - hari lainnya. Percaya? Mari berpikir positif tentang hal ini dan memaknainya agar banyaknya doa dan pengharapan juga disertai sikap yang baik dan tindakan yang tepat. Mari bersama - sama lantunkan doa dan pengharapan pada mereka semua yang telah mendahului.  Sembari mengiklaskan kepergian mereka, jangan lupa menyisipkan kembali keyakinan di dalam hati akan hidup dan mati, bahwa hidup ini singkat, kita tidaklah baik - baik saja (selamanya) dan .... kematian? Itu sudah pasti.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading