Sukses

Lifestyle

Diejek Gorila, Biarlah.. Apapun Kata Orang, Aku Sayang Tubuhku

Memiliki tubuh besar tak membuat sahabat kami patah semangat. Sering diejek macam-macam tidak berpengaruh banyak, dia justru makin kreatif dan membuktikan dirinya mampu menjadi yang terbaik. Salah satu tulisan untuk Lomba Menulis #MyBodyMyPride.

***

Kenalkan nama lengkapku Fitri Rahmadani Ritonga a.k.a Fitri Borito. Waktu aku masih sekolah di bangku SMP, aku dijuluki si "Jacklyn" and "Cynthia Rock Rock". Jika kamu adalah generasi yang besar di tahun 80an pasti nggak asing dengan nama-nama tersebut. Dari SD sampai SMA aku sudah aktif dalam setiap ekskul mulai dari pramuka, paskibra sekolah, basket, sepak bola sampai klub atletik di sekolah. Bahkan waktu SMP aku sempat ikut bela diri pencak silat "Perguruan Walet Putih" hingga sabuk Biru.

Dengan banyaknya kegiatan fisik tersebut, bisa teman-teman bayangkan sendiri bagaimana proporsionalnya tubuhku pada waktu itu. Pada masa tersebut, aku melakukan semuanya untuk mendukung cita-citaku menjadi seorang "POLWAN" yang akhirnya harus pupus karena mataku sudah minus dan silindris sejak kelas 1 SMA. Dulu belum trend kata-kata "Galau", trend di zaman 80an jika kita sedang galau adalah "Stress".

Stress adalah kata yang tepat tentang perasaanku pada waktu itu. Kegundahan hati melanda jiwa ketika harus memakai kacamata untuk pertama kalinya, aku harus mengubur cita-cita sebagai polwan dalam-dalam. Kalau kalian menebak apakah tubuhku yang besar sekarang karena stress gagal jadi polwan? Bukan. Sampai lulus SMA, aku menjaga bentuk tubuhku tetap ideal.

Akhirnya aku lulus dan ikut ujian UMPTN. Alhamdulillah aku lulus, jurusan yang aku ambil adalah Manajemen Kehutanan di Universitas Tanjungpura Pontianak. Lahir dan besar di Kisaran-Sumatera Utara harus menantang diri menjejakkan kaki di perantauan demi meraih pendidikan yang aku pilih. Di zaman itu, harga pesawat masih mahal sehingga kedua orang tuaku tidak dapat mengantarku. Namun almarhum ayahku berkata " Nang.. kamu itu ibarat batang ubi kayu, dimana pun kamu dilemparkan kamu akan tumbuh" kata-kata itu yang membuat hatiku besar dan berani berangkat ke Pontianak sendirian.

Singkat cerita, Pontianak adalah tempat memuaskan hasrat kuliner yang selama ini aku jaga. Bubur pedas, nasi kuning, sotong pangkong, cakue, kembang tahu, aduhai mana sanggup menahan diri untuk tidak menikmatinya? Bisa ditebak, badanku makin lama makin melebar. Selama 5 tahun aku tinggal di sana, berawal dengan ukuran celana 30 menjadi 36, berat badan 50 kg menjadi 80 kg.

Foto: copyright stock.tookapic.com

Happy.. ya awalnya aku happy dengan semuanya sampai akhirnya mulai terasa bullying dari teman-teman. Mereka bilang sih candaan, misalnya bilang badan aku semakin besar kayak gajah, beruang madu, kuda nil, sampai ke gorila. Awalnya aku ikutin candaan mereka sambil menimpali dengan ikut mem-bully diriku yang bikin tertawa semakin riuh. Hal yang menjengkelkan tersebut membuat hatiku semakin menerima kondisiku dan caraku membalas semua cemooh itu dengan prestasi dan kemampuan yang aku miliki. Dengan begitu, ketika mereka mencemooh badanku pasti ada teman yang akan membela dengan lebih menunjukkan prestasiku ketimbang meributkan kondisi badanku yang semakin melebar.

Tubuh besar ini menunjukkan identitasku di Pontianak, walaupun tubuhku besar tapi tetap terlihat tegap dan lincah (kata teman-temanku). Saat itu aku dipanggil Butet karena berasal dari Medan. Semua itu membuatku menjadi sosok yang mudah dikenal di lingkungan kampus. Kuliah semester tiga aku diangkat menjadi Sekretaris di organisasi mahasiswa jurusan, semester enam aku menjadi Ketua organisasi mahasiswa jurusan, dan juga ketua organisasi seni, dan menjadi Wakil Ketua mahasiswa angkatanku MAGENTA 03.  Ketika dosen atau mahasiswa atau junior di kampus bertanya kenal Butet? Semua pasti tahu aku.

Alhamdulillah, bentuk tubuhku tidak menyulitkanku untuk mendapatkan pekerjaan. Ketika masih menyelesaikan skripsi, aku sudah mendapat pekerjaan di bagian administrasi. Kantornya kecil, yang bekerja juga masih 2 orang. Namun aku bangga, pekerjaan pertamaku bukan karena fisikku tetapi karena kemampuanku.

Aku bekerja tidak terlalu lama karena aku harus pulang demi keluargaku, adikku sakit dan harus ada yang membantu ibu menjaganya. Menganggur hampir 1 tahun akhirnya aku mendapat pekerjaan di bidang perbankkan, lagi-lagi fisik tidak menjadi penghalang. Dulu aku pikir orang yang kerja di bank harus langsing dan cantik. Namun, ladies, believe in yourself, Tuhan itu sangat adil dan membuka mata kita ketika kita menghargai diri kita dengan bersyukur pada nikmat apapun yang diberikan Tuhan.

Foto: copyright underarmour.com

Masuk dalam dunia kerja membuat aku kalap mata dan makin doyan makan, sehingga beratku menjadi 90 kg.  Jangan tanya berapa banyak cemooh, ejekan, candaan yang mengarah ke fisik. Lepas dari perbankkan aku bekerja di perusahaan asing yang bergerak dibidang pertambangan, pekerjaan ini aku suka. Awalnya banyak rekan kerja yang meremehkanku dengan mengejek ketika ada pekerjaan yang mengharuskan kami naik atau turun di lingkungan kerja yang terjal dan menanjak.

Sedih, kecewa, dan menyalahkan diri sendiri. "Kenapa aku harus gendut, kenapa aku besar? Kenapa? Kenapa?". Namun semua pertanyaan itu lenyap saat aku sudah berhadapan dengan sepiring nasi Padang plus rendang atau sate ayam atau semangkuk mie instan. Ejekan itu banyak sekali dan akan panjang jika diceritakan.

Ketika cemoohan dan candaan mengenai badanku yang besar ini dikaitkan dengan jodohku yang tak kunjung datang, hatiku makin sedih dan ingin rasanya lenyap.

Jika ada pembaca Vemale.com yang punya problem sama denganku, tetaplah kuat dan percaya bahwa Tuhan itu punya rencana indah buat kita. Semangat dari sahabat dan keluarga yang selalu membuatku tegar dalam hadapi candaan, cemoohan, dan bully mereka. Jangan sampai semua itu membuat kita semakin terpuruk. Mari kita tunjukkan ke mereka semua kita punya potensi, punya kemampuan, punya kepribadian yang baik. Dan lagi-lagi aku menunjukkan kepada mereka bahwa tubuh besarku tidak menghalangi aktivitasku, malah membuatku mudah dikenal. Aku juga banyak ikut lomba yang diadakan perusahaan, baik tim dan personal. Alhamdulillah aku sering memenangkan lomba-lomba tersebut.

So.. ladies, aku bangga dengan tubuhku yang sekarang karena tubuhku adalah identitasku. Ketika orang bertanya namaku, mereka akan menambahkan bentuk tubuhku dalam identitasku. Jika kalian punya tubuh gendut, besar, tambun, apalah itu kata mereka, mari sama-sama kita angkat kepala kita tunjukkan senyuman bahagia. Kita adalah orang-orang besar dengan kemampuan yang besar dan juga, hati yang besar walau di luar sana banyak orang yang mencibir, mencemooh, dan menertawai kita ingat bahwa Tuhan selalu punya tempat yang besar untuk kita.

 

-f3.borito for Vemale.com-

 

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading