Sukses

Lifestyle

Ketika Pertanyaan ''Kapan nikah?'' Melukai Hati Teramat Dalam

Kisah nyata ini ditulis oleh Trisna, salah satu Sahabat Vemale. Semoga bisa meredakan kegundahan hatimu, yang sering mendapat pertanyaan "Kapan nikah?".

-oOo-

Kata “kapan” seharusnya hanya menjadi sebuah kata tanya untuk menanyakan waktu, tapi entah kenapa tiba-tiba menjadi horor jika diikuti dengan kata “lulus”, “nikah”, dan “punya” anak di belakangnya. Bahkan mungkin bagi sebagian orang, kata itu seolah berasal dari dasar neraka. Layaknya seperti Voldemort kata ini harusnya tidak boleh disebutkan, karena akan menjadi sumber ketakutan bagi si pendengarnya.

Well, sebagai orang yang juga sering dihinggapi pertanyaan demikian, saya berusaha mencoba menelisik dan menganalisis tujuan si penanya mengajukan pertanyaan tersebut, takutnya kalau saya berandai-andai jatuhnya menjadi su’udzon. Hanya saja, bisa saya tarik kesimpulan sepertinya mereka yang sering bertanya memang kurang tata krama, entah mungkin kurang akal, kurang peka, atau kurang perasa, asal lidahnya bergoyang saja, begitu mudah merangkai sangka, selalu lelaki dan wanita lajang dihujani bermacam-macam tuduhan..

"Makanya usaha, dong!"

atau,

"Ahh.. kamu sih terlalu banyak milih, mau nikah di umur berapa? Keburu tua,"

atau,

"Gak usahlah terlalu mengejar karir, nikah dulu sono.."

atau

"Maharnya minta terlalu besar kali, makanya kamu nggak laku.."

atau

“Sebenarnya kamu mau nikah nggak, sih?”

dan beragam versi lainnya.

Astaghfirullah. Kejam sekali ya?

Padahal Rasulullah Saw. berkata:

“Orang Islam itu adalah orang yang dengan muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya” (Hr. Bukhari).

Sedangkan Allah juga berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Q.s. al-Hujurat: 12).

Meski demikian, walaupun mereka begitu mudah berprasangka., kita jangan ikut-ikutan. Anggap saja mereka ingin memotivasi dengan mengajukan pertanyaan itu. Padahal sebenarnya yang para lajang butuhkan bukanlah motivasi menikah, karena tanpa dimotivasipun keinginan itu pada dasarnya sudah menggebu-gebu juga. Bisa dibilang para lajang atau lebih bijaknya kita (eehm.. saya, kamu dan mereka) tidak butuh motivasi untuk menikah, bahkan justru motivasi yang berlebihan bisa berubah jadi penyiksaan. Alangkah bijaknya, daripada memberikan motivasi, lebih baik tunjukkan saja jalan yang bisa dilakukan. Kalau tidak punya solusi, sebaiknya tahan-tahanlah diri untuk menggembosi para lajang untuk menikah karena itu menyakitkan bagi mereka.

Toh.. kita juga tidak tahu apakah mereka sudah berusaha atau belum tentang jodohnya. Apakah ia terlalu menyulitkan diri atau bukan soal itu sama sekali. Kalau kita tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, lebih baik singkirkan asumsi, bersihkan hati. Siapa tahu, di antara mereka, ada yang telah habiskan malam-malamnya dengan istikharah dan tahajud, tenggelam dalam doa-doa panjangnya untuk dipertemukan dengan jodoh.

Siapa tahu ada yang sudah gigih mencari ke sana kemari. Siapa tahu, di antara mereka, sudah minta bantuan orang-orang alim dan shalih, merekomendasikan calon, memfasilitasi dan konsultasi. Tapi, apa mau dikata? Memang belum ada satu pun yang mengiyakan, atau sudah ada yang sreg tapi belum mendapat restu, atau tiba-tiba karena sesuatu membatalkan rencana pernikahan di tengah jalan, karena seperti halnya kematian, jodoh juga adalah misteri.

Kenapa.. kenapa.. kenapa orang-orang itu berlagak seperti juara? Apakah karena mereka telah sempurna sehingga merasa berhak dan bebas melempar kata? Atau apakah karena telah mengantongi buku KUA, sehingga mereka merasa boleh nyinyir pada siapa pun yang belum menikah?

Aduhaaii… Menikah itu bukanlah piala. Jadi, tidak usah dibangga-bangga untuk menyindir atau untuk merendahkan muslim lainnya. Sebab, kalian juga bisa menikah dan walimah juga karena izin Allah kan? Bukan murni lantaran ikhtiar saja. Kalau ingin membantu, jangan pasang wajah menyebalkan, dilengkapi cibir-cibir yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Karena pernikahan itu persoalan sensitif. Mungkin bagi laki-laki, bisa dianggap harga diri dan bagi perempuan, itu terkait citra di masyarakat.

Orang yang belum menikah bukan berarti tidak memikirkan hal-hal tentang pernikahan, bukan berarti tidak berusaha, dan bukan berarti tidak mau juga Tapi, Allah memang belum menghendaki.

Ingatlah..ingatlah..

Memotivasi dan menzalimi itu dua amal yang berbeda.

Daripada menambah beban, bantulah dengan doa dan berhati-hatilah dalam berujar.

So.. untuk kalian para jomblo, single atau bujang *termasuk saya juga nih*, Jangan panik karena pertanyaan beberapa manusia! Luruskan saja niat kalian. Tenang saja, kalem, semua sudah diatur dengan sebaik-baiknya, dengan setepat-tepatnya. Tidak perlu gelisah, khawatir jadi salah arah. Tidak perlu buru-buru atau khawatir jalan yang ditempuh keliru. Kita jangan terbawa arus, meski di luar sana banyak sekali “kompor” yang nyaris membuat hangus.

Santai saja, lagipula mereka di luar sana belum tentu ikut andil dan bertanggung jawab apabila diri salah niat. Kuatkan hati sambil berbenah diri. Ketika kalian ingin menikah pilih dengan hati-hati, dengan istikharah dan pertimbangan yang matang, jangan menikah hanya karena khawatir tidak dapat jodoh, atau tidak enak dengan omongan orang, atau karena dikejar-kejar target nikah, lalu asal pilih yang penting status berubah.

No way!

Karena hidup kita selanjutnya dan masa depan anak-anak kita sangat tergantung dari pilihan yang kita buat. Jadi.. luruskan saja niat kalian.

Last, tanamkan dalam hati kalau kalian akan menikah di waktu terbaik, berprasangka baiklah pada Allah SWT. Jangan sampai pertanyaan orang lain atau kekepoan mereka membuatmu berprasangka buruk pada Yang Maha Memberi Kebaikan. Bukan manusia yang memberimu pahala dan bukan mereka juga yang kau pantas cari ridha-nya. Dan ketika pertanyaan “KAPAN NIKAH” itu mampir lagi di telinga, jangan biarkan ia mengusik perasaan, melainkan jadikan cambuk untuk memperbaiki diri, lagi dan lagi. Karena Allah memasangkan seseorang sesuai dengan kadar keimanannya. Keep positive thinking and husnuzhon to Allah SWT, karena Dia adalah sebagaimana persangkaan hamba-Nya.

Note: Tulisan ini kupersembahkan untuk para lajang, single dan bujang, semoga sedikit banyak bisa memberikan motivasi dan harapan kalian, dan terkhusus untuk diriku.

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading