Sukses

Lifestyle

Hidup Selalu Penuh Lika-Liku, Seberapa Tangguh Anda Menghadapinya?

Kisah nyata ini dikirim oleh sahabat kami bernama Yuan Yunita.

-oOo-

Saya dilahirkan dari keluarga sederhana, tidak berkecukupan tapi juga tidak berkekurangan. Saya memiliki seorang adik perempuan, yang dari segi kecerdasan bisa dibilang jauh lebih pintar dibandingkan saya. Mungkin, karena alasan itulah, kedua orang tua saya lebih memilih untuk menyekolahkannya hingga ke perguruan tinggi, sedangkan saya hanya lulusan SMK. Dan karena kondisi keuangan yang saat itu tidak begitu baik, setelah lulus sekolah kejuruan, saya terpaksa langsung bekerja merantau di Jakarta. Saya sedih sekali waktu itu, tetapi saya tidak punya pilihan lain.

Di Jakarta, saya tinggal dengan paman dan istrinya. Awalnya saya disambut dengan baik, tetapi lama kelamaan sikap mereka menjadi tidak bersahabat. Setelah empat bulan saya tinggal di sana, saya memutuskan untuk kos di dekat kantor. Waktu itu saya sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang supplier alat-alat teknik. Karena gaji yang tidak seberapa dan sering sakit-sakitan, saya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman setelah hampir satu tahun bekerja di Jakarta.

Akhirnya aku kembali ke kampung halaman

Sekembalinya di pulau Bangka, saya bekerja di sebuah toko alat-alat sparepart motor dengan gaji yang lebih kecil dari sebelumnya. Karena merasa tak cocok, saya memutuskan berhenti dari pekerjaan tersebut setelah tiga bulan. Kemudian, saya bekerja di toko alat-alat baut. Di sana, saya bertemu dengan pacar pertama saya. Karena atasan tidak menyukai hubungan kami, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan tersebut setelah satu setengah tahun kerja. Sebenarnya, agak berat meninggalkan pekerjaan tersebut karena atasan sudah menganggap saya seperti anaknya sendiri. Namun bos saya tidak menyukai hubungan saya dan pacar karena menganggap bahwa pacar saya tidak pantas untuk saya.

Tak lama, saya bekerja di sebuah perusahaan agen sembako terbesar di kota kami. Setelah dua tahun, dengan berat hati saya memutuskan untuk berhenti karena saya tahu bahwa teman saya korupsi, dan saya tidak berani mengadukan perbuatannya kepada bos saya. Saya merasa bersalah dan dilema. Di satu sisi dia teman saya dan di sisi lain ada bos saya. Jadi, saya putuskan untuk resign sekalipun saya sudah merasa cocok dengan pekerjaan tersebut.

Setelah seminggu menganggur, saya diterima bekerja di perusahaan distributor kosmetik. Itu pun hanya bertahan satu tahun karena managemen di sana masih terbilang buruk. Saya merasa tidak ada kemajuan jika terus bertahan di sana. Selepas dari sana, saya bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Karena kewalahan harus mengerjakan laporan yang belum selesai dari satu tahun sebelumnya, saya hanya bertahan selama tiga bulan.

Batal menikah setelah 4 tahun pacaran

Di saat yang bersamaan, hubungan saya dengan pacar memburuk. Berbagai permasalahan muncul justru setelah kami memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, sebuah pernikahan. Kami memutuskan untuk berpisah setelah hampir empat tahun bersama. Boleh dibilang, saat itu adalah titik terendah dalam kehidupan saya.

Di tengah kekosongan hati saya, saya mencoba menekuni kembali hobi menulis dengan mengikuti berbagai perlombaan menulis cerpen dan puisi. Awalnya hanya iseng menumpahkan uneg-uneg, tapi lama kelamaan saya mulai menyukainya. Dari hobi ini pula, saya banyak berkenalan dengan orang-orang di dunia literasi. Dan dari mereka, saya banyak belajar tentang menulis. Tulisan saya mulai dikenal orang lewat berbagai event baik indie maupun mayor. Dari situ, berbagai penghargaan dalam bentuk sertifikat saya terima, dan itu menjadi titik balik dari keruntuhan hidup saya. Saya merasa kembali hidup.

Saya bekerja kembali di perusahaan Finance dan hanya bertahan enam bulan karena perusahaan tersebut mengalami pailit. Terakhir, saya bekerja sebagai staf keuangan di perusahaan distributor makanan dan minuman. Di sini, saya bertahan selama lebih dari dua tahun. Saya tidak ingin hanya stuck di sini. Saya mencoba kembali peruntungan saya dengan merantau ke Batam. Awalnya, berat meninggalkan kampung halaman. Tapi, saya tidak ingin karier saya hanya begitu-begitu saja.

Akhirnya aku bisa kembali survive

Sesampainya di Batam, saya menganggur selama satu bulan lebih. Awalnya sempat putus asa dan merasa bahwa kota ini bukanlah tempat untuk orang yang hanya lulusan SMK seperti saya. Karena setiap kali melihat lowongan di koran, mayoritas syaratnya harus S1. Tapi gayung pun bersambut, saat memutuskan untuk kembali saja ke kampung halaman, saya mendapat panggilan interview dari sebuah perusahaan purchasing. Setelah menunggu selama dua hari, saya diterima di bagian staf Administrasi dan bekerja di perusahaan tersebut satu minggu kemudian. Di sini, saya digaji lebih tinggi dari gaji terakhir waktu di kampung. Bahkan gaji adik saya yang S1 masih kalah dibandingkan dengan saya yang hanya lulusan SMK.

Dulu, saya sering merasa risih dan kecewa karena sering dibanding-bandingkan dengan adik. Tapi sekarang, saya bisa membuktikan bahwa saya juga bisa survive. Sebab untuk berhasil, tidak hanya bermodalkan otak yang encer dan ijazah S1 saja, melainkan dengan kemauan dan kerja keras. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan jika kita mau berusaha. Ladies, teruskan perjuangan Kartini kita, gapai cita-cita setinggi bintang di angkasa..

 

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading