Sukses

Lifestyle

Bagaimanapun Latar Belakang Kita, Aku Percaya Pendidikan Adalah Sebuah Hak

Ketika ada orang yang meragukan kita, cara balas dendam terbaik adalah dengan menunjukkan kepada mereka bahwa kita mampu.

Nama saya Latifatun Nuriyah, biasa dipanggil Latifah. Aku tidak tau apa harapan orang tuaku memberiku nama demikian. Yang aku tau arti dari namaku adalah cahaya yang lembut.

Aku dibesarkan di keluarga yang sangat sederhana dengan 3 saudara. Bapakku bekerja sebagai buruh bangunan. Itu pun kalau ada kerjaan, jadi lebih sering menganggur daripada bekerja. Ibuku adalah tulang punggung keluarga kami. Meskipun kondisi kami serba kekurangan, tapi orang tuaku ingin anak-anaknya bisa sekolah tinggi supaya nasib kami kelak berbeda dengan mereka. Di sini saya akan berbagi cerita tentang kegigihan dan perjuanganku menempuh pendidikan

Sekolah Dasar (1996 – 2002)

Saat Sekolah Dasar aku sering sakit, jarang masuk sekolah. Tapi nilai akademisku terbilang cukup baik. Aku selalu masuk dalam 3 besar di kelas. Sejak SD aku sudah diajari orang tuaku untuk hidup prihatin. Sering kali aku tidak mendapat uang jajan, karena memang orang tuaku tidak punya uang. Buatku yang penting aku bisa berangkat sekolah setiap hari, uang jajan bukan masalah penting.

Sekolah Menengah Pertama (2002 – 2005)

Seperti hal nya ketika aku SD, keadaanku di SMP pun tidak jauh berbeda. Cuma sekarang aku jarang sekali sakit. Diberi uang hanya cukup untuk ongkos pulang-pergi. Meskipun bukan sekolah elit, tetapi SMP ku sudah cukup bagus di wilayah kecamatanku. Aku selalu masuk ke kelas favorit, nilaiku juga tidak terlalu buruk tapi juga tidak terlalu bagus karena saingannya sangat ketat. Meskipun berat, tetapi masa SMP dapat aku lalui dengan cara berpikir yang lebih dewasa memahami hidup.

Sekolah Menengah Pertama (2005 – 2008)

Semakin tinggi jenjang pendidikanku, semakin tinggi pula biayanya. Saat kelas 1 SMA bapakku sakit ginjal dan salah satu ginjalnya harus diamputasi. Ibuku merasa tidak sanggup untuk membiayai 3 orang anak yang semuanya masih sekolah. Maka, untuk bisa melanjutkan sekolahku, aku harus bekerja. Aku bekerja di sebuah pabrik roti milik tetanggaku sepulang sekolah. Dari pukul 16.00 – 23.00 aku dibayar Rp 7.000,00/ hari. Setiap hari minggu dan hari libur aku bekerja di sebuah pemancingan dekat rumah dengan gaji Rp 20.000,00/hari. Kegiatan ini aku jalani sampai kelas 3 SMA. Saat itu memang kondisiku sangat sulit. Tapi untungnya aku selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Sejak SD – SMA ini pun aku selalu mendapat beasiswa. Namun uang beasiswaku hanya cukup untuk membayar SPP bahkan kadang kurang, sehingga untuk membeli buku dan biaya sekolah lain aku harus bekerja.

Strata-1 (2008 – 2012)

Aku berkeinginan untuk melanjutkan pendidikanku, meskipun banyak saudara dan tetangga meremehkan karena aku anak orang miskin. Tapi aku tidak peduli dengan suara sumbang mereka. Untuk mewujudkan cita-citaku, aku harus mencari beasiswa yang akan membiayaiku dari awal kuliah. Dengan perjuangan mencari beasiswa kesana kemari akhirnya aku menemukan beastudi etos. Beastudi tersebut merupakan salah satu program dari Dhompet Dhuafa Republika.

Aku lolos beasiswa dan juga diterima di universitas dan jurusan yang direkomendasikan beastudi etos. Perjuangan saat kuliah juga tidak lebih mudah. Saat kuliah aku aktif dalam organisasi kampus, praktikum yang begitu menyita waktu, belum lagi tugas dan perkuliahan. Kegiatanku sangat padat dari pagi sampai malam.

Keaktifanku dalam organisasi kampus membuatku berpeluang untuk menerima pesanan nasi bungkus pada setiap kegiatan. Dari situ lumayan aku bisa mendapat tambahan uang saku. Aku juga aktif mengikuti kegiatan karya ilmiah yang mengantarkanku bisa mengikuti pekan ilmiah mahasiswa nasional (PIMNAS) yang diselenggarakan Dikti. Pada kegiatan tersebut aku berhasil mendapat medali perunggu.

Meskipun kegiatanku padat, tetapi aku tidak melupakan kuliahku. Dengan perjuangan yang sangat keras aku akhirnya lulus 3 tahun 9 bulan dengan IPK 3,53. Nilai yang cukup memuaskan buatku.

Strata-2 (2012 – 2015)

Ketika ada peluang beasiswa untuk melanjutkan program S2, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Beasiwaku hanya membiayai biaya kuliah, sedangkan untuk biaya hidup sehari-hari, aku bekerja di sebuah laboratorium. Aku bekerja selama 1 tahun. Namun, aku merasa pekerjaanku menghambat kuliahku sehingga aku memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada kuliah.

Pada tahun 2014 aku memutuskan untuk menikah dengan teman lamaku waktu SMP. Suamiku sangat mendukung pendidikanku, sehingga aku tidak mengalami kendala berarti dalam menyelesaikan kuliah. Aku lulus S2 dengan nilai 3,93 dan waktu tempuh 2 tahun 7 bulan. Meskipun tidak cumlaude, tapi aku puas karena aku bisa menyelesaikan pendidikanku sampai akhir. Saat ini aku sedang hamil 3 bulan, sambil menunggu peluang karir yang sesuai, aku fokus pada bayi yang aku kandung dan suamiku.

Perjuanganku untuk menjadi wanita mandiri tanpa melupakan kewajibanku sebagai seorang ibu dan istri tidak cukup sampai disini. Ujian akan datang lebih berat ketika aku sudah bekerja dan anak-anakku lahir.

Inilah aku, berjuang untuk diriku sendiri dan impian orang tuaku. Tidak ada halangan untuk siapapun memperoleh pendidikan yang tinggi asal kita berusaha dan teguh dengan keyakinan dan cita-cita kita. Bahkan jika Anda seorang wanita, pendidikan adalah hak Anda. Setinggi apapun Anda ingin mencapainya.

Terima kasih, semoga kisahku menginspirasi

-oOo-

Semoga kisah ini memberi inspirasi dan motivasi untuk pembaca Vemale. Menjadi Kartini tidak harus dengan membuka sekolah atau melakukan hal-hal super besar. Dengan memperjuangkan impian Anda dan bermanfaat sekecil apapun untuk orang lain, maka Andalah Kartini itu.

 

LOMBA MENULIS VEMALE.COM

ANDALAH KARTINI ITU

 

Dalam rangka menyambut Hari Kartini, Vemale.com mengadakan sebuah lomba menulis kisah nyata yang dapat memberi inspirasi untuk banyak wanita.

Kirimkan kisah Anda mengenai suka duka menjadi wanita dan bagaimana Anda berjuang untuk menjadi wanita mandiri tanpa melupakan kodrat ke email redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek: KARTINI VEMALE 

10 kisah yang ditayangkan akan mendapat bingkisan cantik dari kami. Kami tunggu kisah Anda hingga tanggal 30 April 2015.

 

Some people say I'm not a very pretty woman, but I'm a very beautiful woman inside. - Anne Ramsey

(vem/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading