Sukses

Lifestyle

Dengan 'Bekal Kedipan Mata', Akhirnya Aku Bisa Meraih Gelar Sarjanaku

Dawn Faizey Webster memiliki kecepatan menulis hanya 50 kata per jam. Artinya ujian yang biasanya bisa diselesaikan dalam waktu tiga jam oleh orang normal baru bisa ia selesaikan dalam waktu tiga minggu. Dan, karena ia tak bisa menggerakkan badannya apalagi menulis, ia mengandalkan kedipan matanya hingga akhirnya bisa meraih gelar sarjana di ilmu sejarah. Dawn yang menderita sindrom terkunci (locked-in syndrome) membuktikan bahwa sesuatu yang rasanya mustahil untuk dicapai bisa ia raih dengan ketekunan dan kesabaran yang tinggi.

Terkena Stroke Setelah Melahirkan Alexander
Dilansir dari mirror.co.uk, Dawn tidak bisa berjalan atau berbicara setelah terkena stroke--yang terjadi dua minggu setelah melahirkan putranya Alexander. Wanita yang dulunya bekerja sebagai guru ini masih bisa berkomunikasi melalui kedipan matanya dan gerakan kepala yang sangat lemah. Meskipun kondisinya tampak sangat menderita, semangatnya untuk tetap melanjutkan sekolah dan meraih gelar sarjana tidak padam.

"Ketika pertama kali terkena stroke, saya sadar bahwa saya tidak bisa melakukan aktivitas fisik apapun," ungkap Dawn. "Lalu saya memutuskan untuk menggunakan satu-satunya organ yang masih utuh--otak saya. Saya merasa adanya keinginan yang kuat untuk membuktikan pada diri saya dan orang lain bahwa saya masih menjadi diri saya yang dulu."


Kuliah Selama 6 Tahun
Dengan bantuan komputer khusus, Dawn dengan tekun menghabiskan waktu tiga jam per hari untuk mengikuti perkuliahan secara online. Dawn mulai mengikuti perkuliahan pada tahun 2008. Selama 6 tahun mengikuti perkuliahan, dia menderita penyakit lain seperti dua kali harus melawan penyakit pneumonia. Tapi ia tak putus asa dan terus semangat untuk mengikuti perkuliahan.

Dawn yang dibantu komputer khusus untuk berkomunikasi dan menyelesaikan perkuliahannya. | Foto: copyright mirror.co.uk

Ayah Dawn, Alec merasa sangat senang dengan perkembangan putrinya. Pria berusia 80 tahun ini merasa sangat bangga dengan Dawn. Melihat Dawn berjuang melawan penyakitnya selama ini sangat menyentuh hati Alec. "Kami harus merawatnya 24 jam penuh sehari. Dawn akan lulus pada bulan Oktober mendatang di Manchester, momen kelulusan itu akan menjadi momen yang membanggakan bagi kami semua," kata Alec.

Momen Penuh Kesedihan Dawn
Pada tahun 2003, setelah Dawn melahirkan putranya di usia kehamilan yang baru 26 minggu, ia kembali pulang ke rumah dengan tekanan darah yang tinggi. Setiap kali bangun tidur, ia merasa sakit kepala dan kata-kata yang diucapkannya jadi tidak jelas. Selain itu ia merasa kesemutan di bagian tubuh sebelah kanan.

Dawn merasa sangat depresi ketika menyadari bahwa dirinya tidak bisa berbicara dan tubuhnya lumpuh. Hanya otaknya yang masih normal dan aktif seperti sedia kala. Ketika orang-orang di sekitarnya berbicara di dekatnya, yang bisa ia lakukan hanyalah mendengar tanpa bisa merespon apa-apa.

Dawn yang tetap semangat meski menderita locked-in syndrome. | Foto: copyright mirror.co.uk

"Saya menangis di dalam batin saya, tanpa air mata. Ketika orang-orang melihat saya, mereka tidak tahu bahwa saya sebenarnya masih sepenuhnya sadar seperti sebelumnya," kenang Dawn.


Hingga ketika Dawn ternyata bisa mengedipkan matanya, harapan baru akhirnya muncul. Dengan laptop yang dirancang khusus, Dawn akhirnya bisa berkomunikasi melalui kedipan matanya. Sayangnya, suami Dawn, Simon malah meninggalkannya di saat Dawn berada pada kondisi yang paling membutuhkan bantuan orang lain.

Ladies, jika Anda berada di posisi Dawn, kira-kira apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda tetap bersemangat untuk melanjutkan hidup atau malah merasa tersisih dan terbuang hingga tak lagi punya harapan untuk melanjutkan hidup?

Dawn yang kini menjadi orang tua tunggal ini masih ingin melanjutkan studinya untuk meraih gelar master di History of Arts.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading