Sukses

Lifestyle

Boneka Natal Untuk Kakak

Oleh: Agatha Yunita

Sore itu aku bergegas menuju sebuah mall, tentu saja untuk mencari sebuah gaun dan beberapa pernik Natal untuk menghias kamarku. Ah, memang agak sedikit terlambat, maklum saja karena aku menyesuaikan dengan jadwal keluarnya THR Natal yang kuterima dari kantor tempatku bekerja. Aku pun masuk ke sebuah hypermarket, di mana aku bisa dengan mudah menemukan semua pernik hiasan pohon Natalku. Melihat antrean panjang di depanku otomatis aku langsung cemberut. Tubuhku sudah lelah dan menuntut untuk beristirahat, namun sepertinya panjangnya antrean ini akan menambah kelelahanku.

Aku pun berpikir, apa yang bisa kubeli selagi aku di sini. Aku tak mau rugi antre panjang, dan yang jelas aku ingin menghibur diriku, memberi award bagi diri sendiri karena aku merasa...

Omelan terhadap diri sendiri langsung terhenti saat seorang anak kecil menabrak kakiku. Untung saja belanjaannya aman di dalam kereta dan tidak tumpah. Ingin rasanya aku marah, namun kuurungkan niatku.

"Kakak, maukah kau membantuku menghitung uang ini?" tanyanya

Rasa jengkel yang masih di tersisa di dalam hatiku menyuruhku untuk mengacuhkan dan pura-pura tak tahu. Namun lagu damai Natal yang terngiang seolah menyihirku dan langsung membuatku berlutut agar dapat berbicara dengan anak kecil itu lebih akrab. "Hi, iya apa yang bisa kubantu adik kecil?" tanyaku.

Dengan bibir mungilnya kemudian ia menemaniku antre di kasir, menceritakan bahwa di malam Natal ini ia ingin menghadiahi kakak perempuannya sebuah boneka. Matanya berkejap bangga saat bilang bahwa uang yang ia bawa adalah uang dari tabungannya. Ia tak mengijinkan ayahnya memberikan uang kepadanya.

"Aku ingin memberikan boneka ini untuk kakak perempuanku. Kata Papa, malam ini mama akan mengunjungi kakakku di rumah Tuhan Yesus. Kakakku akan tinggal lama di sana, aku tak ingin dia kesepian. Aku ingin memberikan boneka ini sehingga ia ingat padaku..." ungkapnya sambil tersenyum.

Seorang wanita paruh baya menepuk bahuku. "Ibunya sedang berjuang melawan kanker rahim yang diidapnya. Ayahnya memintaku menemaninya membeli sebuah boneka. Ia bersikeras ingin menitipkan boneka ini untuk diberikan kepada kakaknya," bisik wanita itu, yang akhirnya kuketahui adalah nenek si kecil.

Kulihat barcode yang menempel di bagian tubuh boneka itu, dan kuperkirakan uang yang ada di genggaman anak kecil ini tentu tak cukup. Namun, dipastikan ia akan kecewa sekali. Aku tak tega melihatnya. Kuambil uang di genggamannya kemudian kuselipkan uangku. "Sepertinya ini lebih dari cukup, sini kakak bantu menghitung." Aku pun menyodorkan uang untuk membeli boneka itu kepada sang kasir. Tak peduli lagi di mana kereta belanjaanku tadi berada.

Melihat ketulusan dan kasih sayang yang ada di jiwa seorang anak kecil tadi, aku mengembalikan beberapa item belanjaanku. Kubayangkan masih banyak orang yang membutuhkan pertolonganku. Kuambil beberapa handuk, kaus kaki, perlengkapan mandi dan segera kuantar ke gereja di tempat biasanya aku mengadu semua masalahku. "Tolong bantu saya membagikan kepada yang membutuhkan..." aku pun pulang dengan penuh kemenangan. Inilah hiasan Natal terbaik di seluruh hidupku.

(vem/bee)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading