Sukses

Lifestyle

5 Kisah Mengharukan Berhasil Selamat Setelah Terapung di Laut

Bicara soal umur, siapa sih yang bisa menebaknya. Tak ada orang yang tahu kapan usianya akan berakhir, di mana, dan lewat kejadian apa. Entah itu karena kecelakaan, sakit, atau sekedar terlalu lelah, sakit perut, sakit kepala, setiap orang bisa saja dipanggil Yang Maha Kuasa, kapanpun juga.

Tetapi ada pula kejadian-kejadian tak terduga di mana apabila dibayangkan rasanya tak mungkin seseorang bisa selamat darinya.

Dilansir Listverse.com, kecelakaan di laut seringkali dianggap sebagai kecelakaan besar yang mematikan. Bagaimana tidak, terapung-apung di tengah samudera atau tenggelam menjadi ancaman yang tidak main-main, tak banyak orang yang bisa bertahan hidup saat mengalaminya. Namun, secara ajaib, 5 kisah orang-orang yang berhasil selamat dari laut ini akan membagikan cerita bagaimana mereka bisa bertahan hidup dengan terapung-apung di tengah samudera.

(vem/bee)

Troy dan Josh

Josh Long (17) dan sahabatnya Troy Driscoll (15) memutuskan untuk pergi dengan kapal untuk memancing ikan di perairan Carolina Utara. Mereka berangkat tanpa memperhatikan peringatan bendera akan gelombang tinggi yang dipasang di pantai.

Belum berapa lama melaut, gelombang tinggi menyeret kapal mereka jauh ke tengah. Bahkan ketika mereka berusaha mendayung sekuat tenaga, mereka malah semakin terseret menjauh.

Keduanya akhirnya harus bertahan di dalam kapal kecil tanpa bekal air, makanan atau peralatan lain selain alat pancing. Mereka tak punya petunjuk arah, dan tersesat tanpa harus tahu ke mana mereka pergi. Di mana-mana mereka hanya melihat air dan sinar matahari. Selama enam hari mereka terjemur sinar matahari, tidak minum dan mereka juga tak berani masuk ke dalam air karena takut ancaman ikan hiu.

Mereka hanya bertahan dengan berburu ubur-ubur sebagai makanan. Pada hari ke enam, setelah mengirimkan pesan lewat botol kepada keluarganya, tim penyelamat datang. Mereka dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi luka bakar sinar matahari yang parah dan dehidrasi. Kondisi mereka sangat mengenaskan, bahkan dokter mengatakan, mereka bisa saja tak akan bertahan hidup bila pertolongan tak segera datang.

Amanda Thorns dan Dennis White

Amanda Thorns (25), ayahnya Willie (64) dan sahabat ayahnya Dennis White (64) memutuskan berlayar ke Cape Cod 6 November 2012 silam. Amanda seringkali berlayar dengan ayahnya di daerah tersebut, namun kali ini ia berinisiatif untuk bergerak ke laut yang lebih dalam dan menuju Bermuda.

Sekitar jam 12 siang, mendadak gelombang tinggi datang disertai badai. Mereka akhirnya bertahan dengan menurunkan jangkar, berharap bahwa kapal mereka bisa selamat. Selama empat hari, badai tak kunjung berhenti. Sang kapten, Willie, keluar ke dek untuk mencoba melakukan sesuatu selagi anaknya, Amanda tidur. Tak disangka, gelombang besar menghempas dan membuat tubuhnya jatuh terlilit tali. Tiang kapalpun terhempas jatuh ke laut.

Dennis dan Amanda berusaha kembali menolong ayahnya, namun hasilnya nihil. Ayahnya hilang terbawa gelombang laut yang ganas bak monster.

Mereka kemudian berusaha menunggu badai mereda dan menaikkan jangkar, berlayar kembali dan berharap ada pertolongan. Beberapa kali mereka berusaha mencari pertolongan, namun tak ada yang menjawabnya. Sedikit demi sedikit perahu bergerak tak tentu arah.

10 hari setelah badai merenggut ayahnya, Amanda menembakkan pistol suar. Kali ini sebuah tanker besar melihat tanda permintaan pertolongan mereka. 21 November, mereka berhasil sampai di Bermuda, dalam kondisi berduka atas kematian ayahnya, namun masih bersyukur karena mereka berhasil selamat.

Terapung dalam Icebox

23 Agustus 2012 silam, sebuah perahu nelayan asal Thailand membawa 20 orang penumpang di dalamnya. Mendadak kapal tersebut pecah dan mulai tenggelam. Sebagian besar penumpangnya dipaksa berpisah dengan kemungkinan tak akan pernah bertemu lagi.

Dua orang berhasil masuk ke icebox, kotak yang biasa mereka gunakan untuk menyimpan ikan, ketika perahu mereka tenggelam. Icebox tersebut mengapung dan membawa mereka mereka pergi entah ke mana.

Beruntunglah saat itu angin muson membawa mereka berlayar. Disertai hujan yang memberikan mereka air segar untuk minum setiap hari. Mereka mengapung berbekalkan ikan segar yang tersisa di dalam icebox, dan itulah yang mereka gunakan untuk makan selama terapung di laut hingga 17 Januari 2013.

Mereka beruntung karena sebuah tim yang sedang berpatroli dan menemukan mereka. Keduanya segera diberi pertolongan karena mengalami dehidrasi, kelaparan serta luka bakar sinar matahari yang sangat parah.

Kisah Pemuda Pulau Fiji

Samu Perez (15), Filo Filo (15) dan Edward Nasau (14) pergi berlayar dari ke Atafu Atoll ke rumah. Namun perahu kecil mereka tersesat tersapu oleh arus kuat. Mereka diperkirakan tewas setelah dalam radius 1000 km persegi tim SAR mencari keberadaan mereka. Orang tua, bersama 500 keluarga dan teman-teman mereka berkabung dan mengadakan upacara peringatan kematian untuk mereka.

Sementara itu, ketiganya malah terapung di lautan luas. Bertahan dengan mengandalkan ikan mentah, dan camar yang mendarat di kapal mereka. Mereka juga menadah air hujan melalui terpal perahu. Sayangnya, hujan tidak datang setiap hari, dan dua hari sebelum mereka ditemukan, mereka terpaksa minum air laut.

Kondisi mereka sangat mengenaskan, dehidrasi parah, kelaparan dan luka bakar akibat sinar matahari di seluruh tubuh. Mereka ditemukan terapung di atas 1600 km Atol Fiji. Dalam 50 hari terapung, mereka benar-benar berusaha keras untuk hidup.

Keluarga mereka menyambut mereka dengan gembira dan rasa syukur, karena tak pernah membayangkan mereka akan selamat.

Kisah Steven Callahan

Steven Callahan adalah seorang anggota angkatan laut yang berencana berlayar dari kepulauan Canary melintasi samudera Atlantik ke Bahama. Ia berlayar dengan perahu pribadinya.

Seminggu dalam perjalanan, perahunya rusak parah karena cuaca buruk dan sesuatu yang tidak diketahui (diduga ikan paus). Ia terpaksa meninggalkan kapal dan berhasil menyelamatkan diri dengan persediaan darurat berupa rakit penyelamat, kantong tidur, makanan, jatah air, grafik navigasi, speargun dan sebuah flare serta stills solar (alat kondensasi air laut menjadi air minum segar).

Ia memanfaatkan semua perbekalan yang dimiliki, memancing dengan menggunakan tangan dan tombak dan mengonsumsi ikan mahi-mahi, ikan harimau serta ikan terbang. Ia menggunakan stills solar untuk mendapatkan air segar setelah bekal airnya habis.

Suatu hari, ketika ia mencoba memancing dengan tombak, ikan yang ia pancing kabur dan tombang justru mengenai rakitnya. Tabung karet di bawah rakit robek dan menyisakan lubang besar. Mustahil rakitnya dapat berdiri seperti semula. Steven mencoba memperbaiki dengan peralatan seadanya. Dan pada hari 76, ia melihat daratan pertama kalinya. Diselamatkan oleh nelayan, ia kemudian dibawa ke rumah sakit setempat. Ia menghabiskan waktu sebulan untuk memulihkan kondisinya, dan menumpang kapal melalui Hindia barat.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading