Sukses

Lifestyle

Cerita Inspirasi Mak Yati, Pemulung Yang Berkurban Kambing Dan Sukses Bertani Jagung

Dalam ketidakmampuan, selalu ada jalan untuk mencapai impian. Quote ini menggambarkan bagaiman sosok seorang wanita paruh baya bernama Mak Yati. Bekerja sebagai pemulung, Mak Yati bisa dikatakan hidup dalam garis kemiskinan. Namun Mak Yati tidak menjual harga dirinya dengan mengemis atau meminta belas kasihan orang, justru wanita lugu ini memiliki hidup yang menginspirasi banyak orang.

Biasanya yang berkurban adalah seseorang yang mampu secara finansial. Mak Yati tidak rendah diri, dan menabung dengan keras selama 3 tahun agar bisa berkurban. Bagi Mak Yati, bisa berbagi dengan sesama adalah sebuah kebahagiaan yang tidak terkira. Mak Yati menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilannya dan membeli kambing.

Ketekunan Mak Yati tidak hanya menabung untuk membeli kambing untuk berkurban, tapi juga merencanakan hari tua. Mak Yati tahu bahwa dirinya tidak akan bisa menjadi pemulung selamanya. Kondisi tubuhnya akan menurun seiring usia dan tidak akan sanggup lagi memikul hasil memulung yang berat itu. Di hari tua, Mak Yati pulang ke desanya, membangun usaha. Kerja keras Mak Yati mendapat apresiasi dari Kementrian Sosial dan menjadikan Mak Yati inspirasi.

Potret Mak Yati (kiri) | (c) merdeka.com

Kementrian Sosial memberikan hadiah bedah rumah bagi Mak Yati. Mak Yati adalah gambaran masyarakat Indonesia yang hidup serba kekurangan namun tidak menyerah untuk meningkatkan taraf kehidupan. "Kami bersyukur, bahwa Mak Yati tidak hanya memutuskan pulang kampung dan mendapatkan program bedah rumah dari Kementerian Sosial (Kemensos), tapi juga sukses dengan kebun jagung," ujar Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri saat inspeksi mendadak (sidak) di Pasuruan, Jawa Timur, Minggu (25/8) dikutip dari merdeka.com.

Mak Yati bukan orang kaya, bukan pula pegawai seperti kebanyakan kaum kelas menengah. Namun Mak Yati mampu berpikir jauh dengan merencanakan hidup dan masa depannya bahkan sampai bisa berkurban kambing walau harus menabung bertahun-tahun. Kini Mak Yati bertani jagung, menanggalkan karung dan alat memulung. Mak Yati ingin di hari tuanya tidak menyusahkan keluarga, dan bisa tetap makan dengan hasil keringatnya sendiri.

Tahun 2012 lalu, Mak Yati berkurban di Masjid Al-Ijtihad, Tebet, Jakarta Selatan. Alasan mereka berkurban cukup sederhana, yaitu ingin memberikan daging kurban karena setelah hidup di Jakarta selama 47 tahun selalu mendapat pemberian daging kurban. Sungguh mulia hati Mak Yati, semoga 

 

BACA JUGA

Tidak Pakai Helm Demi Gaya Rambut, Pemuda Ini Koma Setelah Kecelakaan

Hebat, Pria Ini Akan Mendaki Gunung Semeru Dengan Jalan Mundur!

Kisah Tentang Bintang Laut dan Anak Pantai

Di Penghujung Usia, Kakek Rai Wujudkan Mimpi Terakhirnya Terbang di Angkasa

Tubuh Pendek Kami Adalah Berkah, Bukan Bahan Tertawaan

Kisah Kanker: Jangan Menyerah Pada Penyakit Ini, Aku Bisa Sembuh

(vem/sya)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading