Sukses

Lifestyle

Inilah Rasanya Ketika Suami Membantu Kelahiran Istrinya

Menjadi seorang ayah adalah anugerah yang luar biasa, demikian yang dirasakan George (red: nama disamarkan). Telah memiliki seorang anak laki-laki berusia 5 tahun membuat George sangat bersyukur, terlebih lagi si kecil akan segera memiliki adik yang tengah dikandung Melissa, istrinya.

Belakangan ini Melissa seringkali merasa lemas. Usia kandungannya memang sudah 9 bulan, sehingga mereka harus siap kapanpun kontraksi terjadi. Menurut pengalaman sebelumnya, George harus sudah menyiapkan tas berisi baju untuk persalinan di rumah sakit. Hari itu, akhirnya George beberes bersama si kecil Leo.

"Ada yang tak beres," batin George. Seperti terdengar suara rintihan dari kamar istrinya. Iapun bergegas berlari. Di sana George melihat istrinya terbaring lemah di lantai kamar. Dengan susah payah ia mengangkat istrinya ke atas ranjang. "George... panggil ambulan," kata Melissa pelan dan lemas.

Sigap, George menekan tombol teleponnya. Ambulan akan datang sekitar 60 menit lagi jika jalanan lancar. "Sabar ya sayang, ambulan akan segera datang..." George memegang tangan istrinya.

3 menit berlalu serasa satu jam. Melissa merintih tak kuat lagi. Melihat istrinya kesakitan George menelepon 911, meminta bantuan terdekat agar istrinya bisa diberi pertolongan lebih awal. Operator 911 membimbing George untuk memberikan persalinan sendiri kepada istrinya sebelum ambulan datang. "Pak, Anda harus segera melakukan persalinan tanpa harus menunggu ambulan datang, kami akan membimbing bapak." Tak lama George dibantu si kecil mempersiapkan sprei bersih, dan ember air.

Ia meletakkan sprei di meja, dan mengikuti setiap instruksi yang diberikan operator. Tak lama ia melihat kepala bayi telah muncul, dan dalam hitungan detik ia telah melihat wajah anaknya. Ia masih belum tahu jenis kelamin anak keduanya itu. Ia terus membimbing Melissa yang tampak berjuang sekalipun kelelahan dan nyaris kehabisan nafas. Si bayi kecil itupun keluar, namun dengan leher terbelit tali pusar. George, menceritakan kondisi si kecil pada operator 911. Dengan tenang, ia diminta meletakkan anaknya di meja sisi istrinya. Si kecil terlihat diam saja. Dalam kasus ini George harus ekstra hati-hati, jika salah langkah bayinya tak akan terselamatkan.

Pikirannya tak bertanya-tanya apakah anaknya laki-laki atau perempuan. Ia hanya berharap bahwa bayinya bisa selamat dan hidup. Bayi itu terlihat lemah, memerah dengan masih ada sebagian darah melekat di tubuhnya. Ia membuka belitan tali pusar dari leher si kecil. Dan si bayi masih tak menunjukkan gerakan apapun.

George mengambil inisiatif memberikan CPR. 1..2..3.. 1..2..3.. keajaiban terjadi. Si bayi bernafas lagi. Ia membuka mata dan menunjukkan aktivitasnya. Ia mulai menangis. Diperiksa keseluruhan kondisi fisik anaknya. Melissa berbisik, "anak kita laki-laki..."

Akhirnya petugas medis datang. Memeriksa sang ibu dan si kecil. "Anda ayah yang hebat, Pak. Keduanya dalam kondisi sehat-sehat saja. Namun kami harus membawanya ke rumah sakit untuk meneruskan prosedur kesehatan." George lega. Ia sangat bersyukur dapat menyelamatkan nyawa kedua orang yang dicintainya.

Adalah momen terbaik mengantarkanmu turun ke bumi, nak...

Kisah nyata ini ditulis seperti diceritakan Josh Levs kepada Lisa Goff dari Reader Digest.

(vem/bee)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading