Sukses

Lifestyle

Natalku, Natal Untuk Ian

Aku adalah seorang single mother di usiaku yang masih muda, 24 tahun. Aku masih gemar hangout dengan teman-temanku dan menikmati masa mudaku.

Empat lalu aku menikah dan langsung dikaruniai seorang anak, Ian. Pernikahanku ternyata tak bertahan lama, hanya dalam 6 bulan saja, kami berpisah. Emosi dan gengsi membuat kami enggan rujuk. Kami tenggelam dalam ego masing-masing dan menolak mediasi rujuk yang ditawarkan. Akhirnya, anakku harus lahir tanpa didampingi ayahnya. Dan, memang mantan suamiku sendiri tak begitu peduli pada anaknya. Ia menghilang entah ke mana.

Anakku Ian sudah bawel dan sangat aktif. Sepulang kerja, ia selalu tak ingin lepas dariku. Bercerita ini itu dengan suara cadelnya. Kadang aku tak mengerti apa yang diucapkannya. Aku akan membiarkannya bercerita terus sampai ia menyadari bahwa aku asyik dengan ponselku sendiri.

Dalam hati tentu saja ada rasa bersalah. Tetapi, entah mengapa setiap melihat Ian aku melihat wajah mantan suamiku. Sehingga aku enggan untuk memeluk atau mendekapnya seperti ibu-ibu pada umumnya.

Natal tahun ini, akan kuhabiskan di Bali. Kekasih baruku menawarkan liburan singkat bersama. Tentu saja aku tak ingin menolaknya. Aku begitu gembira dan bersemangat sampai setiap sahabat kutelepon malam-malam demi kabar tersebut.

***

Tiket sudah kugenggam di tangan. Semua koperpun sudah kusiapkan dengan rapi. Aku tak sabar menunggu esok hari.

Mama yang sejak kemarin-kemarin melarangku pergi hanya bisa menghela nafas. Beliau selalu mengingatkan bahwa Ian butuh perhatian dan waktuku.

Hampir setiap hari kata-kata itu kudengar. Sampai rasanya aku sudah kebal dan bukan hal yang spesial.

"Ma, aku kan juga butuh refreshing. Setiap hari aku kerja juga demi Ian kan? bukan demi siapa-siapa!" tegasku.

Hari itu, 22 Desember, aku membulatkan tekadku meninggalkan anakku untuk berlibur. Berkali-kali aku meyakinkan diriku, aku memang berhak mendapatkan ini. Toh aku setiap hari sudah bekerja keras untuknya. Mengapa aku tak boleh sekedar menyenangkan diriku untuk kali ini?

***

23 Desember,

Dua hari ini sebenarnya menyenangkan. Tapi seperti ada yang hilang. Ian, sedang apa yah dia sekarang? Biasanya setiap sore ia akan menggangguku dan berulah sambil bercerita ini itu.

Tak kusangka aku merindukannya.

Kukemas semua barang-barangku. Dan akupun bertengkar dengan kekasih baruku karena itu. Ia melarangku pulang ke Jakarta dan memintaku tinggal. Bahkan ia mengancamku untuk putus jika aku berani meninggalkannya di liburan kali ini.

Aku tak peduli. Di mataku hanya ada bayangan Ian yang menggemaskan.

Aku pulang ke Jakarta.

***

"Ian sedang apa, ma?" tanyaku mengendap-endap ketika kulihat mama berada di ruang keluarga. Mamaku terkejut. "Kok kamu sudah pulang?"

Pertanyaan mama kuabaikan. Aku berhambur ke kamar Ian dan kulihat ia sedang tertidur pulas. Mama mengikutiku dari belakang. "Ia kangen kamu lho. Berkali-kali ia menanyakan ke mana mamanya pergi," mamapun berlalu memberikanku waktu dengan Ian.

Di sana, di kamar kecil di mana malaikatku tidur aku bersimpuh. Menangis memandang wajah kecil anakku. Anak yang seharusnya kuhujani kasih sayang karena telah ditinggal ayahnya pergi.

"Maafkan mama ya, nak. Natal ini, adalah Natal untuk Ian. Begitu juga Natal-Natal selanjutnya nanti. Sampai akhirnya waktu mama habis untuk menemanimu di dunia..."

(vem/bee)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading