Sukses

Lifestyle

Suatu Saat Kita Semua Akan Menjadi Kenangan

Nilai intrinsik suatu barang memang terkadang tak bisa selalu dinilai dari harga beli atau berdasar fungsi dan kegunaannya. Begitu pun tak bisa diukur dengan sejumlah uang yang dipakai untuk membelinya. Apalagi jika barang tersebut didapatkan dari sebuah perjuangan, di baliknya ada cerita dan kenangan yang saksi yang bisu suatu kejadian.

Bak pusaka para ksatria, priyayi dan bangsawan di masa silam, barang-barang kenangan ini disayang-sayang dengan penuh perhatian. Disimpan di tempat yang aman dan tak sembarang orang bisa melihat, apalagi menggunakannya. Jika hilang atau diambil orang, rasanya sebagian dari diri pun juga hilang. Ah, masa segitunya?

Memorabilia. Demikian nama benda yang disimpan atau dikoleksi karena nilai sejarahnya. Khususnya yang memiliki kenangan atas seseorang atau suatu kejadian. Sebuah topi atau jaket di masa kuliah, jam tangan pemberian orang tua, cincin warisan ibu atau sekedar pin pemberian seorang mantan kekasih pujaan. Barang semacam ini akan selalu disayang, dikenang dalam momen khusus. Terutama saat bernostalgia sambil memakainya atau menimangnya barang sebentar. Seolah tak mau kehilangan kenangan akan masa lalu yang telah lama pergi dan tentunya tak bisa datang kembali. Walaupun kecil wujudnya, sederhana bentuknya dan tak laku bila dijual di loakan, namun benda - benda memorabilia selalu memiliki tempat istimewa sebagai barang berharga bagi pemiliknya.

Kehadiran seseorang bisa menjadi sebuah 'memoriabilia' dalam kenangan kita akan masa lalu. Mungkin peran dan kedudukannya di hidup kita tak begitu istimewa, kurang penting dan kecil kontribusinya. Tetapi saat orang tersebut akhirnya pergi dan hilang untuk sementara atau selamanya, perasaan kehilangan suatu waktu akan datang juga. Mereka bisa saja orang-orang yang selama ini hadir 'hanya untuk melengkapi' hidup kita, berperan sebagai sosok yang membantu pekerjaan kita sehari-hari. Mereka mungkin saja hanya asisten rumah tangga, tukang kebun yang sudah tua renta atau sekedar tukang ronda yang setiap subuh membangunkan warga dengan memukulkan besi ke tiang listrik di perumahan. Mereka yang tak pernah dipandang ada selama ada di sekitar kita.

Akhirnya, untuk menjadi 'memorabilia', ternyata tak setiap orang harus menjadi ayah, ibu, kekasih, artis ternama atau atlet juara saja. Namun dengan menjadi orang yang tak pernah lelah mengerjakan kebaikan untuk orang lain, walau mengerjakan 'tugas' remeh. Karena seperti memorabilia, walau kecil wujudnya bisa jadi akan mengisi dan selalu ada bersemayam dalam hati dan kenangan manusia lainnya

Kisah ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi yang baru saya alami. Saya baru saja kehilangan jam tangan yang dulu saya beli dengan cucuran keringat saat bekerja di perantauan. Pernah digunakan sebagai pengganti pembayaran untuk dua botol bensin saat motor mogok di perjalanan dan menjadi teman saat menghitung waktu menunggu saat bertemu dengan anak-anak kesayangan yang jauh dari jangkauan. Jam yang saya beli hanya ratusan ribu saja. Bukan dibeli di Glodok apalagi di Swiss, tapi ditebus di sebuah toko jam kecil di Mataram, Pulau Lombok nun jauh di Timur sana.

Barang sebagai memorabilia boleh hilang, sengaja dihilangkan untuk menghapus kenangan maupun tidak. Tetapi kehadiran dan karya seseorang, takkan pernah bisa hilang dalam ingatan. Ijinkan saya terus menulis, dengan harapan semoga bisa menjadi sebuah memorabilia kecil untuk dikenal, bagi anak-anak dan keluarga, maupun mereka yang tak pernah bertatap muka dengan saya tetapi mengenal saya melalui tulisan ini.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/.

(vem/wnd)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading