Sukses

Parenting

Pigeon Pancarkan Cinta Lewat Sentuhan Para Ahli

Kematian bayi di Indonesia masih terbilang tinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Angkanya 37 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 2011. Meski angkanya terus menurun, tapi posisi Indonesia di Asia Tenggara tidak berubah. Indonesia menempati posisi keempat terbanyak angkanya.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2003, angka kematian bayi sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53%. Beberapa penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%). Karena itu, dalam program Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan pemerintah, mengurangi angka kematian bayi merupakan salah satu dari delapan sasaran yang hendak dicapai negara kita.

Dr I Gusti Ayu Pratiwi (Tiwi), SpA, MARS, dokter spesialis anak menjelaskan bahwa angka kematian bayi dapat dikurangi dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI), sebesar 13%.  ASI  berperan penting  menciptakan bayi sehat. Sebab ASI mengandung beberapa nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak bayi. ASI juga mengandung zat-zat yang meningkatkan imunitas dan melindungi bayi dari berbagai penyakit. Beberapa fakta menunjukkan bahwa bayi menyusui lebih kebal dari serangan penyakit daripada yang tidak mendapat ASI langsung dari ibunya. Ini karena ASI mengandung makrofag, sitokin, interleukin, laktoferrin, bahkan ada faktor bifidus yg berperan dalam pertahanan pencernaan bayi.

Di dalam ASI terkandung enzim lipase yang dapat membantu usus bayi baru lahir yang kandungan enzim lipase nya belum optimal. Penyerapan DHA (docosahexaenoic acid) memerlukan enzim lipase. “Jadi jika ada susu formula yang tidak ada enzim ini patut dipertanyakan apakah usus bayi baru lahir dapat menyerapnya,” ujarnya dalam Media Gathering Pigeon yang mengusung tema ‘Pancaran Cinta Lewat Sentuhan Para Ahli Kami” diselenggarakan di Hotel Grand Hyatt, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (23 Mei 2013).

 Pancaran Cinta Lewat Sentuhan Para Ahli Kami

Namun demikian untuk memberikan ASI, si ibu harus memperhatikan gerakan bayi saat menghisap. Tiwi menekankan perlunya memperhatikan posisi dan perlekatan bayi saat menghisap puting payudara. “Selain itu, si ibu juga perlu mengenali ketersediaan ASI di dalam payudaranya,” imbuh Tiwi

Sementara itu, menurut dr Luh Karunia Wahyuni, SpKFR (K), Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, kegiatan menghisap ASI dan mengeluarkan suara membutuhkan keterampilan gerakan yang berbeda. Namun demikian seluruh aktifitas ini memiliki persamaan mendasar, yakni mempergunakan alat gerak oral (oromotor). Kemampuan untuk melakukannya dicapai secara bertahap, yaitu dimulai dari gerakan dasar (reflek). Selanjutnya melalui proses belajar pengalaman sensorik serta melalui percobaan melakukan gerakan oromotor dengan pola gerak yang benar, sampai tercapai gerakan oromotor secara otomatis dan terampil. “Menghisap adalah tahapan proses memasukkan makanan atau cairan ke dalam mulut, dan menggerakkannya ke belakang rongga mulut untuk ditelan,” kata Luh Karunia. Gerakan menelan haruslah mudah dimulai, bersifat ritmis, kuat, terus menerus, dan efisien.

Kunci proses menghisap pada bayi baru lahir (neonatus), kata Luh Karunia, adalah cairan bergerak secara primer karena perubahan tekanan. Terdapat dua tipe tekanan yakni tekanan positif atau kompresi “dorong” cairan keluar, dan tekanan negatif atau menghisap “tarikan” cairan keluar. Tekanan positif terjadi pada saat neonatus melakukan kompresi memeras cairan dari payudara ibu melalui aktifitas menjepit puting dengan bibir, gusi, dan lidah. Sedangkan tekanan negatif terjadi pada saat neonatus harus melakukan penutupan di sekeliling puting dan memperbesar ruang di dalam rongga mulut, dengan menjatuhkan bagian belakang lidah dan rahang.

Untuk menghasilkan penghisapan, rongga oral harus tertutup penuh. Untuk menyokong penutupan yang sempurna, juga diperlukan bentuk dan kesesuaian puting. Bentuk dan kesesuaian puting ini akan secara langsung mempengaruhi kemampuan neonatus untuk membentuk katup sehingga dapat menciptakan keadaan vakum yang optimal di dalam rongga oral. “Keadaan vakum ini penting agar tenaga yang dibutuhkan untuk menghisap tidak besar, mencegah efek kompensasi, dan mempermudah proses inisiasi reflek menelan,” ujar Luh Karunia.

Dalam acara Media Gathering tersebut juga dilakukan pengenalan “Peristaltic PLUS Nipple”. Inovasi dot terbaru yang dikeluarkan Pigeon ini diberi nama berbahasa Jepang: “Bo-Nyu-Jikkan” yang artinya: “Merasakan Pengalaman Menyusu yang Sesungguhnya”. Satoru Saito, Manager Baby & Mother Care Laboratory, Pigeon R&D, Jepang yang bertindak sebagai pembicara ketiga menuturkan, pembuatan dot tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa fakta hasil studi sebelumnya. Berdasarkan studi Infant Feeding Research (2005) telah terjadi penurunan penggunaan formula. Di lain pihak, tingkat menyusui meningkat hingga menjadi 85-95%. Namun demikian dari angka menyusui tadi, terjadi penurunan pemberian ASI eksklusif alias langsung dari payudara ibunya sebesar 49,5-42,4%. Artinya banyak ibu yang cenderung memerah susunya sendiri dan dimasukkan ke dalam botol, lalu diberikan kepada si bayi.

Saito menyebut ada beberapa alasan mengapa ibu bertindak demikian, di antaranya, sebagian ibu memberikan ASI secara langsung melalui payudara sepanjang hari selama tiga bulan saja, selama masa cuti melahirkan. Setelah itu, terutama yang bekerja, tidak punya waktu cukup untuk menyusui anaknya. “Selain itu ibu bepergian ke luar rumah dan meninggalkan bayi di rumah untuk diasuh kepada saudara atau pembantunya,” ujarnya kepada wartawan.

Berdasarkan penelitian intensif yang telah dilakukan Pigeon tersebut diperoleh hasil bahwa untuk memberikan kenikmatan bayi mendapatkan ASI saat tidak mendapatkan puting si ibu, maka diperlukan dot yang tidak menyusahkan bayi. Jangan sampai bayi bingung menyedot karena dot yang kaku, berukuran besar, tidak dapat menyedot ASI secara sempurna, atau mengganggu pernapasan bayi.

Hal inilah yang menjadi perhatian Pigeon yang merupakan pemimpin industri produk bayi terkemuka Jepang. Pigeon yang sangat mendukung pemberian ASI untuk bayi memiliki keseriusan dalam pengembangan inovasi produk-produk bayi terbaik melalui Research & Development Center (R&D Center) dengan melakukan penelitian intensif untuk menghasilkan produk-produk yang dapat menjadi solusi kebutuhan bayi.

Keseriusan pengembangan produk telah dijalani Pigeon melalui penelitian secara intensif yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun dimulai sejak tahun 1962 saat pertama kali melakukan penelitian mengenai botol dan dot. Beberapa tahun kemudian Pigeon juga kerap mengembangkan riset  yang terkait dengan perkembangan mulut dan rahang bayi mulai dari penelitian perilaku pada saat bayi menyusu hingga menganalisa pergerakan lidah bayi pada saat menyusui yang dilakukan di Pusat Riset Pigeon di Jepang ‘Joso Laboratory’ bekerjasama dengan para dokter anak dari Jikei University Medical School serta ahli persalinan.

Dalam kaitan dengan dot Peristaltic yang baru ini, Pigeon Mother Care Laboratory melibatkan beberapa peneliti untuk melakukan penelitian di 200 rumah sakit di Jepang. Studi tersebut mencakup bagaimana bayi menghisap, menciptakan puting buatan yang mirip dengan puting asli, pengukuran lidah dan puting, serta kordinasi antara menelan, menghisap, dan bernapas. Dari pengamatan tersebut, didapat kesimpulan terdapat gerakan Peristaltic bayi seperti gelombang. Gerakan tersebut berlangsung 10-15 menit.

Hasil inilah yang mendorong Pigeon menciptakan dot baru. Dot ini memiliki tiga fungsi. Pertama, dalam soal kelekatan. Permukaan bertekstur tidak licin dan tidak pula lengket. Struktur kepala dot yang sederhana – tidak bulatan  -- memastikan perlekatan yang sesuai. Kedua, dot terbuat dari silikon yang paling lembut dan stuktur kepala dot yang sederhana, bertujuan agar fleksibel dan memudahkan gerakan Peristaltic alami. Ketiga, aliran ASI yang sesuai agar ASI tidak mudah bocor atau tumpah dan lubang susu yang disesuaikan dengan usia bayi guna menghindari bayi tersedak.

Peristallic PLUS Pigeon

’Peristaltic Plus Nipple’ baru ini tersedia dalam 4 ukuran, yaitu SS, S, M, dan L, sesuai dengan usia bayi. SS untuk bayi berumur 0 bulan, S untuk bayi berusia 1 bulan ke atas, M untuk bayi berusia 3 bulan ke atas dan L untuk 6 bulan ke atas. Produk ini, kata Saito, diluncurkan di Jepang pada 2009. Berbagai komentar pun berdatangan menyambut keluaran baru Pigeon tadi. Umumnya memberikan komentar positif, seperti membantu perkembangan bayi, sesuai dengan pola menelan bayi, desainnya bagus. “Mereka pun ingin membeli kembali produk tadi,” ujar Saito di akhir penjelasannya.

Melalui kegiatan Media Gathering bertajuk ’Pancaran Cinta Lewat Sentuhan Para Ahli Kami’ ini, Pigeon ingin menegaskan seputar dukungan penuh terhadap pemberian ASI sebagai nutrisi terbaik yang berperan penting dalam pertumbuhan dan kesehatan bayi namun juga memahami kebutuhan para ibu yang memiliki kondisi tertentu tidak dapat memberikan ASI secara langsung melalui payudara pada sang buah hati. Sehingga hal ini lah yang mendasari Pigeon sebagai pemimpin industri produk bayi untuk terus mencari solusi alat bantu terbaik dengan melakukan penelitian yang intensif dalam pengembangan produk agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan aman.

Selain itu, sebagai salah satu komitmen yang disebarkan Pigeon dalam mendukung pemberian ASI kepada bayi, terkait dengan diperkenalkannya produk ’Peristaltic Plus Nipple’ ini, Pigeon pun telah menjadwalkan beberapa kegiatan edukasi yang menyasar masyarakat luas dengan mengusung topik ”Pentingnya ASI bagi Bayi’ dan ’Bagaimana Bayi Menghisap ASI melalui puting Payudara Ibu’.  Kegiatan edukasi ini dikemas dalam bentuk seminar yang dilakukan secara roadshow di 5 kota besar di Indonesia.

Langkah berikutnya guna menyebarkan edukasi secara lebih luas lagi khususnya untuk topik ’Pentingnya ASI bagi Bayi’, Pigeon juga akan mengeluarkan artikel-artikel inspiring di beberapa media cetak dan digital dengan harapan dapat menggerakan hati para Ibu yang memiliki bayi untuk mulai peduli terhadap tumbuh kembang sang buah hatinya melalui pemberian ASI. Selain itu, Pigeon juga telah menjalin kerjasama strategis dengan beberapa shopping mall dan Rumah Sakit terkemuka dalam hal penyediaan ’Nursery Room’ atau ’Ruang Menyusui’ yang nyaman, agar mengakomodir kebutuhan para Ibu yang sedang menyusui untuk tetap dapat memberikan ASI kepada sang buah hatinya meskipun ketika tidak sedang berada di rumah.

Seputar kegiatan edukasi yang dijalankan Pigeon sebagai kampanye pengenalan inovasi produk dot terbaru ‘Peristaltic Plus Nipple’ di masyarakat luas ini, Andy Iskandar selaku Marketing and Sales Director, PT. Multi Indocitra Tbk menuturkan, “Kami menyadari bahwa kepedulian Ibu untuk dapat memberikan ASI ternyata masih rendah di masyarakat. Untuk itulah Pigeon ingin berpartisipasi dalam mendukung gerakan pemberian ASI agar tercipta bayi-bayi Indonesia yang sehat, cerdas dan berprestasi dalam wadah kampanye edukasi yang dapat menambah pengetahuan masyarakat akan pentingnya ASI.”

(vem/dyn)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading