Sukses

Fashion

Refleksi Cinta Edward Hutabarat di 30 Tahun Berkarya

Vemale.com - "30 tahun Edo berkarya, saya telah mengenal sosoknya hampir 20 tahun lamanya. Masih teringat sangat jelas rasanya di tahun 90an lalu, saat ia menunjukkan koleksi couture pertamanya, kebaya encim yang indah. Kini dengan lini batiknya, Edo mengapresiasi warisan wastra Indonesia, dan lewat show Reflection ini kami persembahkan karya terbaru edo bertajuk Resort," ucap Ria Lirungan, selaku editor at Large Bazaar Indonesia membuka show Tunggal 30 Tahun Berkarya Edo Hutabarat. Berlangsung 27 Juli 2011 di Sampoerna Strategic Building, pagelaran solo karya Edward Hutabarat (Edo) ini menghadirkan 100 Koleksi batik pesisir, Pekalongan, Madura dan Cirebon. Cerita sedih juga menjadi bagian dari persiapan show Edo kali ini, selama beberapa bulan Edo mencoba mendalami kimono, belajar dari master Kimono dan salah satunya dengan mempelajari Yukata (kimono katun). Berkunjung langsung ke Jepang, mempelajari segala hal mengenai keindahan dan keragaman adat istiadat negeri tersebut, sebuah rencana besar untuk bisa memiliki toko di Kyoto pun hampir terlaksana. Namun begitu keadaan berkehendak lain, saat tsunami menyapu Jepang semua cita pun pupus sudah. Meski begitu Edo merasa harus terus mewujudkan asanya, tema Celebration yang awalnya merupakan tajuk show perayaan 30 tahun ia berkarya ini, diubahnya menjadi tema Reflection. “Bagi saya setiap orang harus mempunyai refleksi atas dirinya, dan di tahun ke 30 berkarya, untuk saya lebih baik refleksi dari pada sebuah kenduri,” tandas Edo. Di sela – sela konferensi pers, Edo juga memamerkan keindahan koleksi – koleksi pengrajin dari berbagai daerah. Lewat bimbingannya, keahlian para pembuat batik makin berharga. Bagi Edo para pengrajin – pengrajin ini perlu didampingi para expert lainnya yang akan membuka mata dan pikiran mereka akan perkembangan gaya hidup di luar sana. "Batik itu hebat banget, karena behind the scene batik itu begitu sakral melalui proses yang panjang, bayangkan dari seorang perempuan hadir sebuah mahakarya batik. Duduk 8 jam tanpa senderan demi mengukir batik, menciptakan heritage berharga, hingga berbulan - bulan lamanya,” ungkap Edo dengan penuh semangat. Dalam shownya kali ini juga dilelang kain Parang Cunduk Cirebonan yang dikerjakan selama 11 bulan lamanya, yang hasil pelelangannya akan disumbangkan ke Sampoerna Foundation. Hadir dalam pesona warna – warna cerah batik pesisir, 100 koleksi batik Edward Hutabarat begitu indah memukau para audience. Kesan fresh, ceria, dengan potongan loose ala babydool, kimono, gaun, jaket, terusan dipadu dengan obi, lengan balon, gaun balon, bawahan yang dibentuk berundak, harem pants, serta dengan motif – motif lama yang dimodifikasi, menghasilkan kesan vintage yang edgy. Semua hadir begitu segar, berkesan relaks dan kasual. Beberapa gaun yang semi formal pun dibuat dalam cutting yang sederhana. Penggunaan bahan – bahan katun mendominasi koleksi dilengkapi dengan material chiffon yang menjuntai indah. Di tangan Edo, batik bisa melintasi segala gaya dan tren tanpa kehilangan keotentikan dan keindahannya! (vem/ana/miw)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

    What's On Fimela
    Loading