Sukses

Fashion

Proyek Pulang Kampung - Bukti Kegigihan Mengangkat Tradisi Tekstil Batak

Vemale.com - Selalu ada rasa haru, gembira dan kangen yang membangunkan bulu kuduk saat kita pulang kampung. Membasuh rasa rindu, melewati setiap jalan penuh kenangan, mengelitik angan untuk bercerita tentangnya. Memanjakan segala indera, bercengkrama dengan penduduk desa serta alam yang masih begitu ‘bersih’. Sekelumit cerita indah proyek Pulang Kampung, dikemas dalam sebuah pameran foto dan kain – kain Ulos khas Sumatera Utara, yang mengundang rasa cinta kita akan khasanah negeri yang agung. Keindahan alam, ramahnya para penduduk kampung, melihat adat istiadat serta mengungkap keindahan wastra khas Sumatera Utara, yang sedikit terlupakan.

Foto: dok. WomanKapanlagi
Bermula dari seorang Antropolog asal Belanda bernama Sandra Niessen yang memulai penelitian lapangan untuk gelar PhD-nya, mengulas keindahan wastra Sumatera Utara pada tahun 1979 hingga 2003 dan melahirkan buku berjudul LEGACY IN CLOTH - BATAK TEXTILES OF INDONESIA pada tahun 2009. Terbitnya buku tersebut tidak membuat Sandra merasa tuntas tugasnya sampai di situ, hingga ia bisa membagikan setiap eksemplar bukunya tersebut ke masing – masing penenun yang ia kenal di Sumatera Utara. Dikutip dari pernyataannya, buku ini merupakan persembahan untuk keindahan tekstil Sumatera Utara yang mulai terlupakan. Bagi Sandra, kehilangan Batak tekstil bukan hanya kehilangan beberapa teknik dan pola dari kain tersebut, namun hal yang lebih mendasar adalah kehilangan sistem pemikiran sejarah kultural juga cara pandang hidup. “Dalam setiap buku yang saya berikan kepada penenun-penenun, saya stempel khusus dengan tulisan Proyek Pulang kampung, agar mereka selalu mengingat peran mereka sebagai bagian dari proyek ini” ucap Sandra dalam sambutannya di acara pembukaan pameran Proyek Pulang Kampung ini. Ia persembahkan buku LEGACY IN CLOTH - BATAK TEXTILES OF INDONESIA kepada para penenun di Sumatera Utara untuk merayakan semangat tradisional serta ketrampilan dan pengetahuan unik mereka. Buku ini memuat rekaman pusaka kebudayaan yang luas dari Batak Toba, Karo dan Simalungan. Seorang penenun Boru Pandiangan yang juga hadir dalam acara pembukaan, sambil menenun menuturkan keluhannya pada tim Woman. Dari kesulitan benang yang mahal, serta proses yang panjang, hingga sangat jarang anak muda yang tertarik untuk meneruskan keahlian tenun ini. Mereka lebih memilih ke kota untuk mencari kerja, dan meninggalkan tradisi keahlian menenun dari para leluhurnya yang mulai berkurang jumlahnya. Pameran foto dan kain ini menghadirkan keindahan alur tekstur tenun, warna – warna serta motif unik yang khas. Hasil foto jepretan MJA Nashir, seolah menanggalkan sepenggal cerita perjalanan pahlawan dari negeri Kincir Angin, yang mengharumkan kembali seni dan tradisi serta kekayaan wastra Batak. Pameran berlangsung terbuka untuk umum di Erasmus Huis, mulai 23 September hingga 1 November 2011 nanti. (vem/ana/miw)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

    Loading